Pesona Selir Yang Disia-siakan

"Benar apa yang saya katakan, yang mulia. kalau selir tidak ingat dengan yang mulia." bisik Kasim di telinga ibu suri.

"Kamu benar, dia bahkan bertanya siapa aku." jawab ibu suri sembari menatap Lin-rang yang ada di depannya.

Sedangkan Lin-rang sendiri tentu saja dia merasa asing, karena dia tidak pernah mengenal wanita tua yang ada di depannya.

"Kakak, kenapa kakak berkata seperti itu? kakak tidak tahu dia siapa?" ucap lirih Ming-na.

"Ya nggak tahu lah, kita kan baru ketemu." jawab Lin-rang dengan suara yang sangat keras.

"Aduh kakak, apa kakak tidak ingat kalau dia itu yang mulia ibu suri." jawab Ming-na dengan nada yang sangat dipelankan.

"Ibu suri?" tanya Lin-rang dengan nada bicara yang seolah tidak percaya.

Ming-na menganggukkan kepalanya, namun jari Lin-rang masih menunjuk ke arah ibu suri.

"Ternyata selir Lin benar-benar tidak punya sopan santun." ucap seru Kasim.

Lin-rang kemudian tersenyum, dia menatap beberapa perhiasan yang dipakai oleh wanita tua yang sudah duduk di kursi depan rumahnya. "Hehehe... maaf saya tidak tahu." jawab Lin-rang yang kemudian meletakkan beberapa barang belanjaannya.

ibu suri menetap Lin-rang, Dia terlihat sedikit tidak percaya dengan apa yang ada di depannya itu, "Apa yang barusan kalian lakukan? dari mana kalian?" tanya ibu suri.

"Kami?" Lin-rang menunjuk dirinya sendiri.

Ibu suri menganggukkan kepalanya

"Kami dari pasar, kami habis berbelanja, yang mulia ibu suri." jawab Lin-rang.

Tidak seperti yang dikatakan oleh kebanyakan orang, beberapa rumor mengatakan kalau Lin-rang sekarang ini sudah gila karena dibuang oleh kaisar. Ibu suri menatap Lin-rang yang begitu sehat, wajahnya cantik dan benar-benar bersinar.

"Apakah benar kalau kamu itu selir Lin-rang?" tanya ibu suri yang seolah tidak percaya.

Lin-rang menganggukkan kepalanya.

"Apa kamu tidak berbohong padaku?" tanya ibu suri kembali.

Lin-rang menggelengkan kepalanya.

Ibu suri menatap Kasim, mereka berdua saling menatap satu sama lain kemudian melihat ke arah Lin-rang. penampilannya begitu berbeda, begitu cantik menarik mempesona bahkan raut wajahnya menunjukkan aura yang begitu luar biasa.

"Yang mulia, apa yang yang mulia lakukan di tempat kami?" tanya Ming-na.

Ibu suri menatap gadis muda yang ada di samping Lin-rang, dia adalah pelayan setia Lin-rang semenjak kecil.

tiba-tiba saja Lin-rang menarik bahu Ming-na, dia membisikkan beberapa kalimat pertanyaan yang menggelitik. "Ming-na, apa kamu yakin dia ibu suri?" tanya Lin-rang dengan nada suara yang pelan.

Ming-na menganggukkan kepalanya.

"Pantas saja dia seperti Toko mas berjalan, Kalau ada perampok lewat kemudian merampok wanita tua itu, aku yakin dia bakal kaya raya." ucap sembari menatap ke arah ibu suri.

"Ya ampun kakak, jangan bicara seperti itu, nanti yang mulia ibu suri marah." tegur Ming-na.

"Walah walah . kalau ada perampok yang merampok wanita tua itu, aku yakin dia akan kaya berturun-turunan, lihat aja lehernya dipenuhi dengan permata, tangannya aja pakai cincin giok segede gaban. Setelah itu.. lihat aja gelang giok yang dipakai, kalau di tempatku itu harganya satu mobil kali ya." ucap Lin-rang.

Ibu suri dan kasim menatap Lin-rang yang dari tadi berbicara, dia membicarakan sesuatu sembari menganggukkan kepalanya.

"Apa kamu yakin kalau dia junjunganmu, pelayan?" tanya ibu suri kepada Ming-na.

Ming-na menganggukkan kepalanya kembali.

"Kenapa gadis ini sangat berubah, bahkan wajahnya benar-benar mampu menarik perhatian semua pria." gumam ibu suri dalam hati yang kemudian berdiri.

"Ibu suri, apa ibu suri tidak takut dengan rumor yang beredar?" tanya Kasim.

"Kamu lihat sendiri kan, Dia tidak apa-apa bahkan dia baik-baik saja." jawab ibu suri.

Kasim kemudian berjalan di belakang ibu suri.

"Selir Lin-rang." panggil ibu suri.

Lin-rang tidak menjawab, Dia hanya diam sembari menatap begitu banyak perhiasan yang bergelantungan di tubuh ibu suri. "Kalau aku dapat beberapa perhiasan yang ada di tubuh wanita ini, aku yakin uangku bertambah banyak." gumam Lin-rang dalam hati sembari menatap beberapa perhiasan dengan mata yang berbinar-binar.

"Yang mulia." panggil Lin-rang.

"Iya." jawab ibu suri.

"Yang mulia, apa perhiasan yang ada di tubuhmu itu semuanya asli?" tiba-tiba Lin-rang menanyakan pertanyaan yang sangat memalukan.

Ibu suri malah tersenyum. "Memangnya kenapa?" tanya ibu suri.

"Itu perhiasan beneran atau palsu?" tanya Lin-rang kembali dengan nada yang begitu penuh harap.

"Tentu saja ini perhiasan dan apapun yang dipakai oleh yang mulia ibu suri adalah asli, Kenapa selir Lin berani mengatakan hal itu?" kata Kasim dengan nada sedikit marah.

Hari itu ibu suri menghabiskan waktunya lebih dari setengah hari di tempat Lin-rang, wanita itu menatap paviliun bobrok yang sudah tidak dihuni selama puluhan tahun itu. paviliun yang sudah disulap oleh Lin-rang dan Ming-na sebagai tempat yang terlihat begitu bersih. walaupun tidak sebesar tempat-tempat para bangsawan yang lain.

suara canda tawa terdengar begitu keras di tempat Lin-rang, dia berbicara tanpa filter sama sekali, hal itu membuat Ibu Suri malah tertawa terbahak-bahak. Baru kali ini dia tertawa Selepas itu, wanita tua itu merasa beban yang ada di pundaknya benar-benar hilang hari itu.

Kasim menatap Lin-rang dengan tatapan mata yang seolah tidak percaya, seorang gadis yang dulu sering sekali mengejar yang mulia Kaisar kini telah berubah. Dulu Lin-rang akan melakukan hal yang sangat nekat untuk mendapatkan perhatian Kaisar Hae jin, namun sekarang setelah sang Kaisar membuangnya dia malah sudah berubah total.

"Aku benar-benar sangat senang berbicara denganmu, selir Lin." ucap Ibu Suri.

"Aku kan sudah bilang kepada Ibu Suri jangan pakai panggil nama selir, sekarang Aku ini bukan selir lagi, aku sudah dibuang oleh yang mulia Kaisar, jadi panggil saja Namaku Lin-rang, Bae Lin-rang." ujar Lin-rang sembari menunjuk kedua pipinya dengan dua jari, hal itu membuat Ibu Suri tertawa kecil karena gemas.

"Baiklah kalau begitu, kapan-kapan aku akan datang ke sini lagi." ucap ibu suri.

Lin-rang menganggukkan kepalanya.

"Oh ya ibu suri, kalau kemari jangan lupa bawa oleh-oleh ya." kata Lin-rang yang membuat Kasim dan Ming-na langsung melotot. mereka tidak hanya terkejut namun tidak akan pernah menyangka kalau Lin-rang malah mengatakan hal itu.

"Iya, kalau aku ke sini lagi aku akan membawakan mu oleh-oleh yang sangat banyak." jawab ibu suri yang kemudian pergi dari tempat Lin-rang.

Setelah dia naik kereta kuda ibu suri membicarakan mengenai perubahan drastis yang dialami oleh Lin-rang, ibu suri yakin apa yang dikatakan oleh Kasim benar adanya, Lin-rang benar-benar sudah tidak mengingat mengenai masa lalunya.

"Ya ampun kakak, kenapa kakak mengatakan hal itu kepada yang mulia ibu suri?" ucap Ming-na yang takut.

"Memangnya Kenapa? ya kalau berkunjung ke rumah orang itu harus bawa oleh-oleh dong." jawab Lin-rang yang kemudian meminta Ming-na untuk membawa belanjaan mereka ke dalam rumah. sedangkan Lin-rang, Dia terlihat membereskan beberapa tanaman yang masih belum selesai dia tanam. "Kalau aku bisa mendapatkan banyak perhiasan dari ibu suri, walah.. hidupku pasti akan sangat menyenangkan." ucap Lin-rang sembari tersenyum begitu bahagia.

*Bersambung*