Namanya Elisa, dia terlahir sebagai putri kedua dari keluarga Hanggara, namun hal itu tak membuat nasibnya bagus seperti kakaknya.
Dia bahkan dikenal sebagai perempuan arogan dan sangat jahat di kalangannya, berbeda dengan kakaknya yang sangat lembut dan pandai menjaga sikap.
Marvin Wiratmadja, adalah putra dari Morgan Wiratmadja. Terlahir dengan kehidupan super mewah membuatnya tumbuh menjadi orang yang sedikit arogan dan tak mudah di dekati meski oleh lawan jenisnya.
Namun siapa sangka, ketertarikannya justru tertuju pada seorang gadis yang dikenal berhati busuk dan semena-mena bernama Elisa Hanggara.
Bagaimana takdir akan mempertemukan mereka?
Baca episodenya hanya disini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sujie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diantar Pulang (2)
Setelah beberapa waktu berlalu dalam sebuah keheningan diantara keduanya, akhirnya Marvin berinisiatif untuk membuka percakapan.
Ia beberapa kali menoleh dengan wajah sedikit grogi pada Elisa. Sungguh, karena ini adalah pertama kalinya ia mendekati seorang wanita.
Kehidupan di luar negeri memang sangat bebas, terlebih lagi untuk kalangan atas sepertinya. Wanita sudah menjadi hal yang umum dibicarakan kesana kemari. Tapi Marvin, dia sama sekali tidak berselera dengan orang-orang berkulit putih, mata biru, rambut pirang dan lain-lain.
Satu hal yang ia inginkan dari dulu adalah, ingin mendapatkan istri yang selembut ibunya, rambut yang hitam legam, mimik wajah polos dan ramah, serta sikap yang anggun.
Yang semuanya adalah paket lengkap dari seorang Elisa Hanggara.
Setelah beberapa saat memantapkan hatinya, akhirnya ia memanggil nama Lisa, namun ternyata gadis itu pun juga secara bersamaan memanggil namanya.
Marvin tersenyum melihat pipi Lisa yang sedikit berwarna merah. Mungkinkah dia juga sama groginya sepertiku? Batin Marvin.
"Kau duluan!" kata Marvin mempersilahkan.
"Maaf jika aku bertanya, tapi temanmu tadi pulang naik apa? Mobilnya kan kau bawa?" tanya Lisa polos, membuat Marvin jadi semakin gemas melihatnya.
Rupanya dia dari tadi gelisah bukan karena canggung berada bersamanya? Tapi dia malah memikirkan sekertarisnya yang tadi ditinggalkannya begitu saja.
"Tenang saja, dia masih ada urusan. Nanti setelah aku selesai mengantarmu pulang, aku akan kembali lagi kesana." Marvin menjawab sekenanya. Padahal tidak mungkin ia akan capek-capek kembali kesana hanya untuk menjemput Ken. Bodoh amat, Ken mau pulang atau tidak.
"Oh ... begitu, apa kalian sudah lama berteman?" tanya Lisa penasaran.
"Ya, lama sekali. Kenapa?"
"Tidak apa-apa. Mobil miliknya ini kan mobil mewah, jika kalian tidak berteman baik pasti dia tidak akan mungkin meminjamkannya kan?"
Mendengar penuturan Elisa membuat Marvin menolehkan wajahnya yang pada saat itu Lisa masih melihat kearahnya dengan polos.
Astaga! Kau ini boneka atau apa? Tadi pipimu tiba-tiba bersemu merah. Dan sekarang matanya berkedip lucu sekali.
Jika saja diantara mereka ada hubungan yang sedikit lebih serius, seperti pacaran mungkin. Marvin ingin sekali menghentikan mobilnya dan mengecup matanya yang lucu itu. Oh ... jangan lupakan bibirnya yang merah jambu itu, Marvin ingin melahapnya saat ini juga.
"Marvin?" panggil Elisa dengan lembut.
"Oh ... iya, sampai dimana tadi? Aku sedang fokus mengemudi, maafkan aku!" ujar Marvin.
"Ya, aku dan Ken sudah berteman sejak lama. Kami tumbuh bersama dan sudah bersahabat sejak kecil. Apa yang menjadi milikku juga menjadi miliknya. Begitu pun sebaliknya. Kecuali cinta tentunya." Marvin sedikit menjelaskan dan menoleh pada Lisa di akhir kalimatnya. Senyumnya itu, entah kenapa membuat Lisa menjadi tersipu. Apa dia GR? Mungkin saja, tapi biarkan saja.
Marvin mengul*m senyumnya melihat ekspresi Lisa. Pipinya lagi-lagi bersemu merah, meski samar-samar.
"Lisa," panggilnya kemudian.
"Ya?"
"Aku ingin berteman denganmu, kumohon jangan menghindari ku lagi," pinta Marvin.
Mendengar hal itu Lisa pun menundukkan kepalanya.
"Lisa? Kenapa? Apa aku tidak cukup baik walau hanya menjadi temanmu?" tanya Marvin lagi.
"Bukan begitu. Ya, tentu saja kita bisa berteman." Lisa tersenyum canggung.
Apa kau takut jika aku akan mengetahui semua rumor yang beredar itu?
Marvin merasa iba melihat raut wajah Elisa yang tiba-tiba berubah menjadi muram.
"Marvin," panggil Lisa ragu-ragu.
Sementara Marvin yang mendengar namanya dipanggil oleh wanita pujaannya pun dengan segera menoleh seraya mengurangi kecepatan kendaraannya.
"Ya?"
"Tidak jadi," ujar Lisa yang tengah berada di dalam kebimbangannya. Ia ingin sekali menanyakan apakah Marvin masih menyimpan video panasnya atau sudah menghapusnya.
Tapi rupanya ia masih sangat malu untuk mengatakannya. Ia malu sekali jika harus mengungkit hal itu.
"Kenapa Lisa?" tanya Marvin. Ia lalu menepikan mobilnya di tepi jalan dekat rumah Lisa.
"Tidak apa-apa Marvin. Rumahku sudah ada di depan sana, aku turun disini saja," ujar Lisa seraya melepaskan sabuk pengamannya.
"Lisa," Marvin menahan gadis itu dan memegangi tangannya.
"Aku akan mengantarmu sampai depan rumahmu," kata Marvin dihiasi senyum diwajahnya.
Meskipun sebenarnya ia merasa cemas melihat perubahan sikap Lisa. Ia tahu, pertemuan dan kesan pertama mereka berjumpa sangatlah buruk. Mungkin memalukan bagi Lisa, karena itulah ia ingin memperbaiki semuanya.
"Baiklah," jawab Lisa pasrah.
"Apa aku membuatmu tidak nyaman?" tanya Marvin memberanikan diri.
Lisa tidak menjawab dan hanya menggeleng lalu menundukkan kepalanya.
"Ya, sudah. Rumahmu yang mana?"
"Tiga rumah lagi dari sini," jawab Lisa.
Marvin pun melajukan kembali mobilnya dengan lembut dan menghentikannya tepat di depan rumah Lisa yang pagarnya masih terbuka karena kak Stevinya juga baru saja memasukkan mobilnya.
hmm🤔, bisa jdi sih..atau mngkin kembaran stevi kh!!??