Kisah dua wanita cantik yang terlahir dari ibu yang berbeda, terapi memiliki ayah yang sama. Morgan Tan memilki dua orang istri, anak dari pernikahan resmi bernama Pricilia Tan dan satu anaknya terlahir dari sebuah kesalahan bernama Claudia Tan.
Demi ingin mendapat pengakuan marga Tan dari sang Ayah, Claudia harus menggantikan posisi sang kakak sebagai istri dan menikah dengan Edward yang merupakan pewaris tunggal dari keluarga Chen.
Takut akan rumor dan kondisi buruk Edward, kelurga Tan sengaja menukar anak gadisnya Pricilia dengan anak haram Morgan Tan yaitu Claudia. Apalagi terdengar rumor pria tersebut memilki penyakit aneh dan istri-istrinya meninggal secara misterius.
Lalu, bagaimana kah nasib Claudia di tangan kelurga Chen?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon enny76, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan seseorang
"Nyonya tunggu!" seru Anna
Aku tidak perduli dengan panggilan Anna, aku tetap berjalan cepat dan ingin tahu tempat apa itu? Paviliun yang tersembunyi tetapi terlihat oleh kedua mataku.
"Nyonya jangan kesana!" seru Anna menghentikan langkah ku.
Semakin Anna ingin menghalangi ku, semakin aku ingin tahu dan ingin membuka tabir rahasia keluarga Chen.
"Nyonya kembali lah, jangan sampai nenek Chen murka! Seru Anna yang berlari kearah ku dengan nafas tersengal.
"Anna! Jangan halangi aku, sungguh aku penasaran dengan kelurga Chen! Aku hanya ingin tahu keberadaan Edward Chen! Balas ku sambil terus melangkah.
"Nyonya..."
"BUGH!
Tiba-tiba ada yang memukul tengkuk ku dari belakang. Seketika kepala ku pusing dan mata ku menjadi gelap gulita. Aku terjatuh dan tidak sadarkan diri.
Aku merasakan kepala ku pusing, ku buka mata perlahan sambil mengedarkan pandangan keseluruh ruangan. Ternyata aku sudah berada di dalam kamar dan tertidur diatas ranjang.
"Nyonya sudah bangun?"
Itu suara Anna, aku menoleh padanya. Wanita itu beranjak dari duduknya dan menghampiri ku.
"Anna..." panggil ku pelan
Anna membantu aku duduk, ia mengambil minum dalam dispenser, lalu memberikannya pada ku. Ku teguk air putih dalam gelas.
"Anna, kenapa aku ada disini? Bukankah tadi berada di taman belakang?
Anna terdiam dengan wajah tertunduk kaku. Aku sangat penasaran dan semakin kesal dengan Anna. Kenapa dia begitu tertutup kepadaku. Padahal kalau pun dia cerita, aku tetap akan tutup mulut.
"Siapa yang memukul ku tadi?" ku tatap wajahnya yang tanpa ekspresi.
Anna masih tetap diam, bahkan wajah nya semakin tertunduk. Apakah dia mendapatkan ancaman? namun, rasa penasaran ku terus menggebu, apa yang sebenarnya telah terjadi.
Aku beranjak dari ranjang dan berdiri di depan wanita muda itu. "Anna, katakan siapa yang memukul ku tadi? Tanyaku lembut, "Kamu tidak usah takut, aku akan membela mu bila terjadi apa-apa."
Anna menggeleng lemah, wajahnya pias memancarkan ketakutan. Ku raih tangan Anna yang dingin bagaikan salju. "Aku janji akan melindungi mu." kata ku penuh kesungguhan "Ceritakan padaku tentang kelurga Chen, ada rahasia apa dengan kelurga ini?"
Anna mengangkat wajahnya dan menatap ku dengan ekspresi tak terbaca. saat ia ingin membuka mulut, Bibi Helen muncul dan memanggil dirinya.
"Anna!"
Wanita itu melepas tangan ku dan berjalan mundur.
"Pergi ke pantry, siapkan untuk makan malam nenek Chen."
"Baik ibu kepala." ucapnya terbata
Anna melangkah cepat meninggalkan kamar dengan wajah ketakutan.
"Nyonya, ada yang ingin bertemu anda. Sebaiknya nyonya mandi dan berpakaian rapi."
Aku mengerutkan kening "Ada yang ingin bertemu dengan ku? Siapa?" tanya ku yang mulai penasaran.
"Nanti nyonya juga akan tahu siapa, lebih baik bersiaplah, sebentar lagi saya antar."
Rasa penasaran membuat ku ingin cepat bertemu, apakah tuan Chen sudah mulai melunak dan akhirnya ingin menampakkan wajahnya di depan ku? Tidak ingin menunggu lama, aku masuk kedalam kamar dan mulai membersihkan diri.
Ku ambil dress warna pink, dress dengan tinggi selutut ini membuat ku semakin ramping dan cerah. Wajah ku sudah terlihat cantik dengan polesan bedak padat dan lipstik berwarna pink. Aku keluar dari kamar dan berjalan dengan bibi Helen yang menunggu di sofa.
Langkah ku semakin anggun dengan sepatu pantofel terbuat dari kaca, dan Hati ku terus bertanya-tanya seperti apa wajah tuan Chen? Semoga tidak mengecewakan. Desis ku dalam hati. Kami menuruni anak tangga berukir yang melingkar.
Posisi ruangan tamu berada di depan, kami masih harus melewati beberapa pintu dan ruangan. Karena rumah ini sangat luas dan besar hingga cukup lama kami berjalan. Saat sudah mendekati ruangan tamu, aku melihat nenek Chen sedang mengobrol dengan seseorang.
Seketika langkah ku terhenti di dekat lemari pajangan kristal. Nenek Chen menoleh dan tersenyum padaku.
"Pricilla sudah datang." kata nenek Chen,
Wanita paruh baya yang duduk di samping nenek Chen ikut menoleh. Dia menatap ku penuh kehangatan.
"Cilla, kemarilah, tante mu datang kesini ingin bertemu." kata nenek Chen lembut.
Aku sedikit terkejut dengan kedatangan ibuku. Bagaimana bisa ia datang ketempat ini dengan mudah. Rasa rindu yang teramat membuat ku ingin memeluk ibuku, Namun aku sadar kalau aku bukanlah Claudia tetapi Pricilia.
Ibu ku berdiri dan tersenyum sumringah, ia berjalan kearah ku dan memeluk ku. Aku tidak membalas pelukannya takut nenek Chen curiga. Waktu begitu cepat berjalan, hingga sudah hampir empat bulan aku tidak bertemu ibuku.
"Cilla, Kamu semakin cantik dan terawat disini." kata ibu bangga, dia tidak tahu keadaan ku yang sebenarnya. Aku hidup dalam bayang-bayang Pricilia, di kelurga Chen banyak aturan yang tidak aku pahami. Aku di perlakukan tidak semestinya dan di kurung dalam istana sangkar emas. Entah sampai kapan aku bisa bertahan di istana ini. Ingin rasanya aku ikut pulang bersama ibu dan menjadi wanita biasa, bukan wanita terhormat seperti yang di inginkan ayah ku.
"Tante buatkan mu sup ayam, bukankah itu makanan kesukaan mu?" kata ibu sambil memberikan rantang susun yang ia bawa.
Aku begitu terharu dan ingin menangis. Tetapi ku tahan, meskipun bola mataku berembun. Aku tidak boleh sedih dan terlihat seperti anak kandungnya. Aku harus berpura-pura jadi Pricilia dan bersikap biasa saja.
"Terima kasih Tante, sudah merepotkan."
"Silakan di teruskan, saya ingin masuk kedalam dulu." kata nenek Chen sambil menyunggingkan senyuman. Tumben wanita tua itu sangat baik dan ramah di depan ibuku.
"Iya nenek Chen, maaf saya mengganggu ketenangan anda dengan datang kesini." balas ibu yang terlihat sungkan. "Boleh saya ngobrol sebentar dengan Cilla." ibu meminta izin sebelum wanita tua itu benar-benar pergi.
"Silakan! balasnya sambil melangkah masuk kedalam bersama bibi Helen.
Aku menghela nafas lega. ku peluk tubuh ibuku penuh kehangatan setelah kami tinggal berdua. Aku sangat merindukan ibu yang telah melahirkan ku ke dunia. Ku tatap wajah wanita lembut itu penuh haru. Ibuku adalah wanita tangguh, hatinya begitu tulus dan ia tidak pernah mengeluh.
Kami duduk di sebuah sofa klasik sambil bertukar kabar.
"Sepertinya kamu bahagia tinggal di rumah nenek Chen?" kata ibu sambil tersenyum, wajahnya memancarkan kebahagiaan.
Aku terdiam, ingin rasanya aku berterus terang dan menceritakan semuanya. Tapi bibir ini terasa kelu dan kaku. Aku tidak ingin ibu khawatir dan merasa sedih. Namun, perasaan ibu tidak bisa di bohongi. Ia melihat senyuman ku seperti di paksakan, bola mataku yang nanar membuat senyuman di wajahnya memudar.
Ibu menggenggam tangan ku hangat, lalu ia berkata "Apa kamu tidak bahagia dengan pernikahan ini Claudia? Katakan saja nak, ibu akan bicara dengan ayah mu."
Aku tidak ingin melihat kesedihan di mata ibuku, sudah banyak ia menderita setelah melahirkan anak seperti ku yang tidak pernah di inginkan. Namun ibuku tetap bertahan dan merawat ku penuh kasih sayang.
"Maafkan ibu Clau bila membuat mu kecewa, Karena ibu sudah menyuruh mu menikah dengan tuan Chen. Kalau kamu sedih ibu ikut sedih, kalau kamu bahagia ibu pun ikut merasakan kebahagiaan." ucap ibuku sedih
Aku menyunggingkan senyuman dan berkata "Ibu lihat sendiri bukan? Nenek Chen sangat baik padaku. Aku di perlakukan seperti cucunya sendiri, di berikan gelang dan kalung giok yang harganya sangat fantastis serta pakaian dan sepatu mahal." kataku berbohong.
"Ibu tidak usah sedih ya, di mansion ini aku di perlakukan dengan baik dan aku sangat bahagia." Kataku yang tidak ingin ibu khawatir. wajah ibu kembali cerah, ia tersenyum dan terlihat bahagia.
"Kalau begitu, jangan buat masalah pada nenek Chen, Kamu harus hormat dan patuh pada nenek Chen juga suami mu Edward Chen."
Mendengar nama pria itu membuat ku merinding, ku telan salivaku yang terasa hambar.
💜💜💜💜
Ayok donk bantu LIKE setelah membaca, kasih Vote/gift jangan di karya terbaru bunda ini. TOLONG ALL BANTU RATE BINTANG 5 DAN KASIH KOMEN YA 🙏🥰🥰
jangan bohong kamu Chen pdhl udh d sentuh berkali kali tuh istrinya nek yah engg pa pa kan udh halal itu lagian engg ada sesuatu yg terjadi kan Ama kamu tuan Chen berarti penyakitmu sudah sembuh ya kan
Mantap bunda
Hatur nuhun