Terpaksa Menikahi Narapidana

Berita tentang kehamilan Airin membuat semua yang ada di kediaman Nyonya Lina begitu bahagia. Mereka ada di sana untuk memberikan selamat pada Airin. Termasuk para penjaga dan juga pelayan.

Di rumah itu, sudah lama tidak ada nya kehadiran seorang bayi. Oleh karena itu, mereka sangat senang karena sebentar lagi rumah sunyi itu kedatangan malaikat kecil.

"Airin, mulai sekarang semua urusan di perusahaan akan di tangani oleh Leo dan Ibu. Kamu harus istirahat dan tak boleh lelah. Kamu juga tidak boleh bertemu dengan keluarga aneh mu itu. Ibu tidak mau kamu sedih karena mereka."

Airin hanya tersenyum. Nyonya Lina bicara sepanjang kereta api. Airin tahu jika Ibu mertua nya itu sangat lah baik dan perhatian pada nya.

"Iya, Bu. Airin akan mendengarkan semua nya."

"Bagus. Mulai sekarang, akan ada suster dan juga pelayan yang selalu menemani kamu. Makan mu harus di jaga."

"Baik, Ibu mertua ku tersayang."

"huft. Seperti ini ternyata rasanya punya anak perempuan ya. Maklum ya, Airin. Ibu tidak pernah merasa sebahagia ini."

"Bu. Ibu sejak tadi bicara terus. Leo kan mau berduaan sama Airin. Ibu keluar dulu, ya."

"Leo, Ibu masih mau melihat Airin. Kamu mana mengerti. Nanti kalau Airin mual lagi gimana?"

"Bu, ada suster dan juga pelayan. Leo juga bakal siaga. Ya, Bu. Sudah beberapa hari Leo tidak bertemu dengan Airin."

"Oke. Tapi, jangan macam-macam kamu, ya. Airin sedang hamil muda. Tak baik terlalu banyak guncangan."

"Ibuuuu.. Leo tidak seperti itu."

"Iya. Iya. Yasudah kalau begitu. Airin, Ibu keluar dulu. Mau lanjut panen sayuran dan buah. Pokoknya, selama hamil kamu harus makan sayur dan buah yang Ibu tanam. Oh ya, sapi yang di peternakan kita juga sudah bisa di ambil susu nya."

"Ibuuuu."

"Iya, Leo. Ibu pergi."

Nyonya Lina akhir nya pergi juga. Airin hanya tertawa kecil saat melihat tingkah laku mertua dan juga suaminya itu.

Airin bisa maklum kenapa mertuanya bisa sangat bahagia. Selama ini, memang Ibu mertuanya Airin itu sudah sangat mendambakan seorang cucu dari Leo dan juga Aris.

Namun apalah daya, Aris yang saat itu akan menikah, malah tertimpa kemalangan dan sampai saat ini belum sadarkan diri.

"Airin, apakah calon bayi itu ada di sini?"

Tiba-tiba sekali Leo mengatakan hal itu sambil memegang perut sang istri. Airin sedikit terkejut dengan perlakuan suami nya itu.

"Iya. Kan tidak mungkin di kepala. Kamu ini, sudah dewasa kok pertanyaan nya seperti itu."

"Hmm, bukan begitu. Hanya saja, kalau nanti kita melakukan hubungan suami istri, apa dia akan terje-pit?"

Puk

Pundak Leo di tepuk oleh Airin. Airin tidak menyangka jika sang suami malah berpikir hal seperti itu.

"Jangan berpikir hal yang tak mampu kamu pikirkan sayang ku. Sekarang, aku lapar."

"Kamu lapar? Oke, kamu mengidam apa? Biar aku carikan."

"Ngidam? Aku lapar bukan ngidam."

"Tapi, biasanya Ibu hamil kan ada ngidam nya. Nanti, kalau ngidam sesuatu, jangan di tahan. Kamu harus bilang, ya sayang."

"Iya. Nanti kalau ngidam nya datang, aku kabari kok."

Airin berpikir, apa yang terjadi pada suami nya ini. Ia sedang tidak mengidam, malah di paksa untuk mengidam kan sesuatu.

Padahal saat itu Airin hanya lapar dan ingin makan. Karena tadi, ia memuntahkan semua makanan yang telah ia makan. Alhasil, saat ini perut nya sudah minta di isi.

Pelayan pun membawa makanan. Alhamdulillah Airin sudah bisa makan dan tidak lagi memuntahkan makanan nya. Seperti nya calon bayi itu sengaja membuat Airin muntah. Agar semua orang panik.

Leo menyuapi Airin hingga tetes terakhir. Airin pun minum vitamin dan kembali beristirahat setelah itu.

"Sayang, kamu sudah kenyang?"

"Pertanyaan macam apa itu. Aku sudah makan, tidak mungkin tidak kenyang. Suami ku, jangan aneh-aneh deh."

"Hmmm, tapi kan wanita hamil nggak akan kenyang walau sudah makan."

"Huft. Suamiku, kamu ini aneh. Sudah ah. Jangan banyak baca hal yang tidak masuk akal. Setiap wanita hamil itu beda-beda."

"Hmm, iya deh. Maaf, ya istriku."

Leo memeluk Airin. Padahal sebenarnya ia ingin minta jatah. Sudah lama ia tak bertemu dengan istri nya karena kasus obat-obatan itu.

Saat kembali bertemu, eh malah sang istri sudah berbadan dua dan tidak bisa di ganggu untuk sementara waktu.

Leo hanya bisa bersabar. Semoga saja kondisi Airin semakin membaik. Nanti, ia harus bertanya tentang hal itu pada dokter kandungan. Semoga saja, Leo tidak kecewa.

*****

Di dalam kamar nya, Meta masih menangis tersedu-sedu. Bayangan Pria yang menja-mah tubuh nya itu, masih teringat jelas di dalam memori nya.

Ia merasa kotor. Ia merasa jijik dengan seluruh tubuh nya. Wajah Pria tua itu pun terus saja muncul di dalam pikiran nya.

Boom

Boom

Boom

Meta beberapa kali memben-turkan kepala nya ke dinding. Ia berharap, wajah pria itu segera pergi dari ingatan nya.

"Metaaaa. Apa yang kamu lakukan, nak? Mengapa kepala mu berda-rah?" Ibu nya Meta membersihkan da-rah yang ada di kepala anak nya itu.

"Bu, aku sudah kotor. Aku sudah kotor. Ibu jangan dekat-dekat. Nanti Ibu ketularan kotor seperti aku." Ucap Meta.

"Meta. Kamu tidak kotor, nak. Jangan bicara seperti itu. Ibu sedih sekali melihat keadaanmu yang seperti ini. Tolong sadarlah, nak."

Ibunya Meta menangis saat melihat keadaan Meta yang sudah tidak karuan. Rambutnya acak-acakan. Bahkan pakaiannya pun sudah tidak seperti sebelumnya.

Meta sudah seperti orang yang tidak waras. Sesekali ia menangis dan juga tertawa dalam waktu yang bersamaan.

"Bu. Apa yang terjadi pada Meta?"

Ayah nya Meta yang baru saja pulang dari kantor, sangat terkejut melihat kondisi anak nya itu.

"Ibu juga tidak tahu. Meta sudah seperti ini ketika Ibu melihat kondisi nya. Bagaimana ini? Apakah tidak ada keadilan untuk anak kita?"

"Bu, kita bisa menuntut Arman. Tapi, bagaimana dengan video-video nya Meta?"

"Dia ja-hat sekali. Jika tahu begini, biarkan saja ia menikah dengan Airin dulu. Harus nya, Airin yang merasakan hal ini. Bukan Meta."

"Apa kamu sangat membenci putriku? Meta yang salah karena sudah merebut Arman dari Airin. Tapi, kamu masih saja bicara hal seperti itu."

"Bagaimana aku tidak marah dan kesal. Anak kita han-cur masa depan nya. Sedangkan Airin, lihat lah ia sekarang. ia sudah hidup bahagia dengan keluarga suami nya yang kaya raya itu."

"Tapi, yang salah memang Meta. Apa kamu tidak bisa melihat hal itu? Atau otak mu juga sudah rusak sama seperti anak kita?"

"Suami ku.. Kamu.."