NovelToon NovelToon
AKU YANG DIANGGAP HINA

AKU YANG DIANGGAP HINA

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Pelakor / Kehidupan di Kantor / Wanita Karir / Ibu Mertua Kejam / Tamat
Popularitas:1.4M
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

“Perut itu harusnya di isi dengan janin, bukan dengan kotoran mampet!”

Ara tak pernah menyangka, keputusannya menikah dengan Harry, lelaki yang dulu ia percaya akan menjadi pelindungnya, justru menyeretnya ke dalam lingkaran rasa sakit yang tak berkesudahan.

Wanita yang sehari-harinya berpakaian lusuh itu, selalu dihina habis-habisan. Dibilang tak berguna. Disebut tak layak jadi istri. Dicemooh karena belum juga hamil. Diremehkan karena penampilannya, direndahkan di depan banyak orang, seolah keberadaannya hanyalah beban. Padahal, Ara telah mengorbankan banyak hal, termasuk karier dan mimpinya, demi rumah tangga yang tak pernah benar-benar berpihak padanya.

Setelah berkali-kali menelan luka dalam diam, di tambah lagi ia terjebak dengan hutang piutang, Ara mulai sadar mungkin, diam bukan lagi pilihan. Ini tentang harga dirinya yang terlalu lama diinjak.

Ara akhirnya memutuskan untuk bangkit. Mampukah ia membuktikan bahwa dia yang dulu dianggap hina, bisa jadi yang paling bersinar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

“Ara ... boleh nggak, cincin kamu dijual dulu? Uangnya pinjemin ke saya. Atau, digadai dulu juga boleh. Nanti saya ganti kok ....” Ucap Bu Sum sore itu, sambil memasang senyuman semanis madu.

Ara mengernyit, mengangkat sebelah alisnya. “Cincin saya?”

Bu Sum mengangguk cepat. “Iya, nanti saya ganti, kok. Saya butuh cepat, untuk arisan.”

Ara tersenyum kecil, tangannya bergerak memainkan cincinnya.

“Anda ini, lucu juga ya, Bu. Selama ini ... Anda selalu berkomentar paling pedas tentang hidup saya—katanya saya ini janda gatel yang punya pekerjaan gak jelas—bangun warung pakai uang haram. Lalu, kenapa Anda justru meminjam cincin yang sudah pasti berasal dari uang haram?”

Perkataan yang dilontarkan Ara, sukses membuat air muka Bu Sum berubah total.

“Saya tau loh, Bu—Anda selalu menyebarkan cerita miring tentang saya ke para tetangga. Selain pekerjaan, Anda juga sangat heboh membicarakan tentang perceraian saya. Tapi, Bu, tetangga-tetangga di sini nggak sebodoh yang Ibu kira—nggak akan langsung menelan gosip tak mendasar itu mentah-mentah.”

Ara pernah mendengar sendiri kala Bu Sumiyati menyebarkan gosip ke para tetangga bahwa penyebab Ara diceraikan—karena suaminya sudah tidak tahan lagi menghadapi sifat Ara yang pemarah, angkuh dan juga pemalas. Ditambah lagi, Ara digosipkan sering menghambur-hamburkan uang sang suami. Dan tentunya, gosip itu berasal dari Bu Syam, mantan mertua Ara—yang tak lain merupakan teman arisan Bu Sum.

(SYAM, SUM, SAYA GEBUK JUGA NIH LAMA-LAMA KALIAN BERDUA 🫵)

Bu Sum terkekeh kaku. “Aduh, Ara. Itu kan ... saya ... hanya bercanda.”

Ara ikutan terkekeh. “Bercanda? Bu, menjelek-jelekan orang lain nggak akan ngebuat Ibu jadi lebih baik di mata orang lho.”

Bu Sum menghentakkan kaki. “Kamu ini sebenarnya mau minjemin apa enggak, sih?!”

“Enggak,” jawab Ara santai.

“Kalau enggak, ngapain kamu dari tadi banyak tetek bengek?! Buang-buang waktu saya aja! Sekarang memang terbukti semuanya.” Bu Sum menggoyang-goyangkan telunjuknya di depan muka Ara. “Pantes kamu diceraikan, wajar, sifatmu itu angkuh sekali!”

“Hehehe, maap-maap nih ye, Bu. Yang gugat cerai kan saya, gimana sih ibu? Kagak update nih. Pun, kami bercerai—bukan karena saya angkuh, Bu, bukan. Tapi, kami dipisahkan emang karena kami tidak berdiri di level yang sama. Saya orangnya sangat setia—sedangkan hobby mantan suami saya mendua. Yakali saya mau nerima gitu aja? Hari apes nggak di kalender, Bu. Tau-tau terinfeksi penyakit aja, ngeri dong.” Panjang lebar Ara menjelaskan dengan mimik julid.

“Lagian, Ibu nggak nonton berita, ya? Ketinggalan cerita? Padahal itu video mantan suami saya udah kesebar dimana-mana, masih juga saya yang disalahkan. Heran deh!” timpal Ara gemas.

“Ara, kamu itu kalau punya sifat, jangan angkuh-angkuh kali. Nggak ada lagi nanti laki-laki yang sudi menikahi kamu. Sudah janda, tidak mampu punya anak, angkuh pula. Sekarang badan mu sehat, bisa kerja, makanya kamu sombong—tapi kedepannya? Nggak mungkin selamanya kamu mau kerja. Kita ini, sebagai perempuan, hanya bisa bergantung sama laki-laki. Tanpa laki-laki, kita ini nggak bisa apa-apa!” hati Bu Sum semakin panas.

“Itu mah Anda, Bu. Bukan saya. Asal Anda tau ya, Bu. Perempuan bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan—jika bersedia meninggalkan segala drama percintaan yang tidak berguna dan penuh omong kosong itu!” kata Ara tegas.

Bu Farida yang sedari tadi menyaksikan perdebatan sengit yang bermula dari sebuah cincin—kini berdiri, menarik pelan sang putri.

“Ara, sudah, Ar ....” Bu Farida mengusap lembut punggung Ara.

Sementara Bu Sum semakin sengit memandangi Ara dan Bu Farida secara bergantian.

“Saya sumpahin kamu, nggak nikah-nikah lagi seumur hidup!” Bu Sum menghentakkan kaki, lalu meninggalkan kedai Bu Farida.

Sepeninggalan Bu Sum, Bu Farida menyodorkan sebotol air mineral dingin kepada Ara.

Wanita paruh baya itu berusaha menelisik manik sang putri. “Kamu ada masalah di tempat kerja? Tumben kamu mau ngeladenin Bu Sum. Padahal kamu kan tau, dia orangnya emang begitu.”

“Nggak tau ah, Bu. Ara bawaannya kesel mulu dari semalam.” Ara duduk di kursi samping meja kedai sang ibu.

“Ya sudah, kamu baring-baring dulu gih di kamar. Nggak enak kalau ada pembeli ntar, liat wajah cemberut mu itu,” saran Bu Farida.

Ara pun menurut, ia lekas menuju kamar. Merebahkan tubuhnya sejenak.

Matanya terpejam, Ara berusaha memadamkan bara api yang sempat menyala di dada—efek perdebatan nya dengan Bu Sum. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha tenang.

Namun, bukannya tenang, bara api itu justru berubah menjadi rasa sesak. Tiba-tiba saja, ia teringat dengan sepenggal kejadian di kantor semalam. Ia teringat akan sosok gadis cantik yang menerobos masuk ke ruangan Elan—lalu memeluk erat Elan tanpa ragu-ragu.

“Kekasihnya Elan, ‘kah?”

*

*

*

Readers ... apa kabar? Semoga sehat selalu, ya.

Author hari ini hanya rilis dua bab ya, kebetulan saya sedang tidak sehat—demam tinggi. Kalian jaga kesehatan ya🥰

InshaAllah, besok saya kembali crazy up, pantengin terus ya, jangan lupa di klik permintaan updatenya 💗

1
Raditya
bagus
lili Permatasari
/Rose//Rose//Rose/
Adhe Fitria
ngakak🤣🤣🤣🤣
Dhafitha Fitha Fitha
org kl SDH punya penyakit ht ya gini susah sembuh
Lies Atikah
kok Arra nya menderita terus punya mertua gelo rumah tangga menyedihkan suami selingkuh ada sekarang bahagia dibikin lah gak ada anak terus nanti apa lagi kacida si uthor mah jahat
Dhafitha Fitha Fitha
wkwkwkwk
Jumaidah Nasution
diam itu emang emas tp kalo selalu keterlaluan menghina di depan mata kok ya diam aja si ara. balas juga lah dgn kata2 pedas.
Dhafitha Fitha Fitha
GK pak cuma LG pngen nelen org
Dhafitha Fitha Fitha
AQ pling gedek ma cowok modelan gini ni . makanya kl pngen yg glowing di modalin jgn modal dengkul
Lies Atikah
mesti ganti nama bukan busam tapi butang ibu banyak utang hahaha
Lies Atikah
dasar manusia sontoloyo ibu dan anak tak tahu diri hukum tabur tuay berlaku sukuriiiin
Lies Atikah
mamas Harri sayang kok tega sih de2k Ara kan masih cinta banget emhh menyedih kan
Lies Atikah
dasar cewe ogeb udah di anggap sampah juga masih aja ngebet sadar Ara
Lies Atikah
tapi kenapa cuman gitu gak sampai melakukan nanti si Harri nya akan ngeles dan si istri bodoh yang bucin ngalah lagi atas nama cinta geuleuh ah
Winarti Widiasari
/Heart//Heart/
Dhafitha Fitha Fitha
wkwkwkwk
Dhafitha Fitha Fitha
sumpah kekel aq yg di meminta ganti rugi sama yg di minta lebih sangar yg di minta 🤣🤣🤣🤣🤣
Dhafitha Fitha Fitha
wkwkwkwk ada ada ja si ara
Dhafitha Fitha Fitha
untung bukan AQ mantunya ya .coba kl AQ udah kerja dlam senyap aja blikan racun tikus beres
Lies Atikah
kaya nya yang bucin si Aranya parah kalau gitu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!