"Mulai malam ini kamu milikku, aku suka 45imu yang manis itu." ujar Kael sambil tersenyum miring.
"Hey kamu bilang anakmu tapi ini apa? Kau berbohong padaku om jelek!" jawab Vanya dengan raut wajah kesalnya.
"Sssttt! diam dan jangan banyak bicara, elus kepalaku!" titah Kael mengusap lembut pipi gemoy Vanya.
>>Mau tau kelanjutannya? simak terus dan jangan skip bab, karna di setiap bab ada kejutannya💥
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lirien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aksi Gila Vanya & Kael
Pada tengah malam yang gelap dan sunyi, Vanya yang terbangun dari tidurnya karena alarm yang berdering keras.
Dengan cepat ia melompat dari tempat tidurnya dan mengganti pakaian tidurnya dengan pakaian serba hitam.
Ia menyemprotkan parfum tajam untuk menutupi bau keringat yang mulai terasa.
"Sialan, gue telat," gumamnya kesal sambil memasukkan sarung tangan kulit ke tangan kanannya.
Dengan langkah cepat, ia meluncur ke garasi dan mengambil helm serta kunci motor.
Malam ini adalah malam yang menentukan, ia akan naik ring dengan taruhan sebesar 1 juta rupiah.
"Gue harus menang kali ini, semua duit itu akan gue buat bangun bisnis," ujarnya pada diri sendiri sambil tersenyum miring, membayangkan semua rencana yang akan ia realisasikan setelah menang.
Sebelum ia sempat menaiki motornya, suara keras Papa Arka memecah keheningan.
"MAU KEMANA KAMU VANYA?!"
teriaknya dari pintu belakang rumah. Vanya menghentikan langkahnya sejenak, menoleh dengan tatapan tajam.
"Bukan urusan Papa!" balasnya dengan nada dingin, menunjukkan ketegasannya.
"DASAR ANAK TAK TAU DIRI, KEMBALI ATAU JANGAN PULANG SEKALIAN...!!" bentak Papa Arka dengan suara kerasnya.
"Vanya gak peduli!"
Tanpa menunggu respons lebih lanjut, Vanya menyalakan motor dan melaju kencang meninggalkan rumah.
Angin malam menyapu wajahnya, memberikan sensasi kebebasan yang ia damba. Di jalan, lampu-lampu kota menyala redup sementara Vanya memacu motornya menuju lokasi pertarungan.
Sesampainya di arena, suasana sudah memanas. Sorak sorai penonton menggema di ruangan yang remang-remang, diterangi hanya oleh beberapa lampu sorot yang menyorot ke ring.
"Di mana lawanku pecundang itu." ujar seseorang pria yang udah menang duluan itu.
"Haha...pasti dia tak akan datang karna takut denganku." ujarnya dengan sombong.
"Jangan banyak bicara!" ujar Vanya sambil tersenyum miring.
Vanya melangkah masuk, mengamati lawannya yang sudah berdiri di sisi lain ring dengan tatapan menantang. Dengan percaya diri, ia naik ke ring, mengencangkan sarung tangannya.
Gong berbunyi tanda pertarungan dimulai. Vanya dan lawannya saling berpandangan, mencari celah untuk menyerang.
BUGH!
BUGH!
BUGH!
"AAARGH LEPAS SAKIT SIALAN...!"
teriak Gyan yang sangat amat kesakitan itu.
Setiap pukulan, setiap tendangan, dipertaruhkan dengan kekuatan penuh. Vanya menghindar dan membalas dengan kombinasi serangan yang telah ia latih berbulan-bulan.
Keringat bercucuran, tetapi ia tidak mengenal lelah. Semua terbayar saat ia berhasil menjatuhkan lawannya ke lantai dengan pukulan telak.
"Ayo bangun paman jelek." ejek Vanya.
Namun Gyan hanya bisa meringis sambil memegangi lengannya yang patah karna Vanya tadi.
"Aku akan membalasmu nanti sialan, lihat saja hidupmu tak akan tenang setelah membuatku malu seperti ini." ujar Gyan sambil menatap Vanya dengan penuh dendam.
"Ku tunggu pembalasan darimmu!" jawab Vanya sambil tersenyum miring.
Penonton bersorak gembira saat wasit mengangkat tangan Vanya sebagai pemenang. Ia memandang ke arah kerumunan, tersenyum lebar, membayangkan wajah Rosse, ibu tiri jahat yang akan ia tendang keluar dari hidupnya dengan uang kemenangannya.
Malam itu, Vanya tidak hanya memenangkan pertarungan, tetapi juga langkah pertama menuju kemerdekaan dan impian yang akan ia wujudkan.
"Lihat bos, itu bukannya cewek tadi ya?" ujar Zan sambil mengucek kedua matanya.
Tentu saja Kael langsung tersenyum manis, "Hmm." jawabnya dengan deheman pelan.
"Ini terakhir kalinya kamu ikut pertandingan kaya gini. Setelahnya tak akan pernah ada lagi." ujarnya sambil berdiri dari duduknya.
"Sial, celana apa yang kau pakai itu, kenapa kau suka sekali memamerkan lekuk tubuhmu itu. Itu semua punyaku sialan." ujar Kael dengan raut wajah marahnya.
Dengan cepat Kael langsung berjalan dan naik ke atas ring.
"BUBAR....!!" ucap Kael dengan nada dinginnya.
Sungguh semua orang yang ada di sana langsung membubarkan diri, mereka masih sayang nyawa salah sedikit aja mereka bisa pindah alam.
Vanya membalikkan tubuhnya, kedua matanya melotot tajam, "OM JELEK LO NGAPAIN DI SINI? LO NGUNTIT GUE YA...!" teriak Vanya dengan kerasnya.
Tentu saja Kael langsung terkekeh pelan, "No. Ini tempatku sayang, seharusnya aku yang bertanya, kenapa kamu di sini? ini bukan tempatmu." jawab Kael.
"Bukan urusan lo." jawab Vanya dengan nada dinginnya.
Vanya langsung membuang sarung tangannya dan akan pergi dari sana, namun Kael menghalanginya.
"Lepas om!" ujar Vanya sambil menatap kedua mata Kael.
"Kedip sayang, aku memang tampan."
bisik Kael dengan suara seraknya.
Sungguh kini tubuh Kael makin panas dingin setelah menatap bibir merah Vanya yang menggoda imannya itu.
PLAK!
"Jaga mata lo om, gue bukan cewek murahan. Dan satu lagi jangan sok kenal jangan sok dekat sama gue. Dasar cowok gila jelek hidup lagi." ejek Vanya dengan raut wajah kesalnya.
CUP!
"Diam, sampai ketemu nanti sayang. Ku pastikan tak sampai satu minggu kamu udah jadi milikku. Apapun caranya." ucap Kael sambil mengecup bibir mungil Vanya.
Vanya yang syok pun langsung terdiam, Kael sudah pergi dari sana dan diikuti Zan yang mengabadikan momen itu dari awal tadi.
"Lo emang gila bos." ujar Zan sambil menggelengkan kepalanya.
"COWOK GILA, LO UDAH CURI KESUCIAN BIBIR GUE, TANGGUNG JAWAB LO SIALAN....!!" teriak Vanya dengan kerasnya saat ia sudah sadar.
Kael yang masih bisa mendengarnya pun hanya bisa terkekeh pelan sambil mengusap bibirnya.
Sungguh ia merasa gila sekarang, bahkan ia tak pernah melakukan hal sekonyol ini. Hanya Vanya yang bisa membuatnya begini.
"BERHENTI SIALAN!" teriak Vanya.
Kael dan Zan langsung berhenti. Kael langsung bersedekap dada sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Lo pikir gue cewek murahan hah, jangan sama kan gue sama perempuan lainnya di luar sana, lo harus tau om, demi uang gue rela babak belur." ujar Vanya sambil maju selangkah ke arah Kael.
BUGH!
BUGH!
Vanya langsung memukul Kael dengan kerasnya hingga terjatuh ke belakang, tentu saja Vanya tak memberi Kael ruangan untuk bangkit.
Dengan satu pukulan lagi Kael langsung terduduk di lantai marmer yang dingin itu.
"Aargh shh lepas, kamu nakal sekali sayang," ujar Kael saat Vanya menduduki perutnya dan memukul wajah tampannya itu.
"Kau pikir aku akan tertipu dengan wajah jelek mu ini om, lihat bahkan kau tak bisa apapun sekarang. Punya tangan jangan murahan colek sana colek sini, dasar om om gila." ujar Vanya sambil terus memukuli Kael.
Tentu saja kesabaran Kael yang hanya setipis itu langsung membalikkan tubuh Vanya, kini Vanya berada di bawah kungkungan Kael.
Ini momen indah, tentu saja Zan sudah mengabadikan dari tadi, "daebak bos Kael kalah sama cewek," ujarnya penuh kekaguman pada Vanya.
"MINGGIR OM!"
"Diam, kamu harus dihukum...."
KK, percepat dong semua masalah atau musuh apalah itu yang buat arghhhh itu nggak bahagia keluarga Vania dan KL pengen banget nengok orang itu bahagia tanpa beban tapi ya walaupun cuma bisa baca aja aku nengoknya hihi 😭😭
sumpah suka banget sama karakter Vanyany. cewek badassss abisss🔥🔥🔥