To heal & to grow
Remember,
when you forgive, you heal.
And when you let go,
you grow.
-unknown
Aku membaca tulisan di dinding ruang tunggu, yah aku juga tau teorinya namun kenyataan tak semudah teori, ucap Alena dalam hati.
Aku Alena, ini kisah percintaanku, dimana aku seorang pengecut yang merasa rendah diri, setiap ujian datang menghampiriku maka aku akan memilih untuk pergi, merasa menghindari masalah adalah jawaban yang tepat. Lagipula menjalani cinta dan jatuh cinta adalah 2 hal yang berbeda. Kamu bisa jatuh cinta tanpa perlu memikirkan latar belakang dan konsekuensi yang datang bersamanya. Sedangkan menjalani cinta berarti perjalanan panjang yang penuh dengan pertanyaan dan keputusan disetiap ujiannya.
"Al, aku berjanji untuk selamanya bersamamu menjalani kehidupan ini, apapun yang terjadi di masa depan, yakinlah, kamu akan selalu menjadi pilihan pertamaku".
Full of love,
Author 🤎
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Mencintaimu
POV Jason.
Aku sungguh mencintai Alena, aku tidak ingin kehilangannya. Justru aku sedikit bersyukur dengan keadaan Alena saat ini yang melupakan hubungan kami, karena dengan demikian aku bisa memperbaiki kesalahanku dan memanfaatkan keadaan ini agar ia mau mencintaiku lagi dan tidak akan terpikir untuk meninggalkanku saat ia memperoleh ingatannya kembali.
"Sudah selesai semua pak, silahkan dicek ulang pak, apakah sudah sesuai pak?", tanya salah seorang petugas jasa pindahan.
"Ya, sudah ok semua".
"Kami pamit pak".
"Baik, terima kasih".
Aku menyewa jasa pindahan untuk memindahkan barang-barang Alena ke kamarku. Sebenarnya barang Alena tidak banyak, tapi aku ingin melakukannya dengan cepat karena aku juga ingin menemani Alena di rumah sakit.
Aku melihat keadaan kamarku sekali lagi sebelum aku pergi menemui Al, ya... semoga impian untuk mewujudkan masa depan bersama Alena bukan hanya sekedar mimpi lagi.
"Hai Al, maaf aku baru datang jam segini".
"Ya ga apa-apa Jas. Tadi sore dokter bilang mungkin besok lusa aku sudah bisa pulang Jas".
"Akhirnya kita bisa kembali ke rumah ya Al", ucapku tersenyum kemudian memegang tangannya. Berbeda dari biasanya, kali ini ia membiarkan tanganku menggenggam tangannya.
"Apa pernikahan kita bahagia Jas?".
Deg...haruskah aku menjawab jujur?, tanyaku dalam hati. Aku menatapnya, kini kedua tanganku menggenggam tangannya erat, sambil menghembuskan nafas perlahan, aku memutuskan untuk menjawab jujur tetapi tetap menyimpan beberapa hal untuk sementara.
"Kita bertemu dan tidak lama kemudian memutuskan menikah. Jadi kita berpacaran, berkencan dan bersenang-senang selama pernikahan kita. Mungkin dimata orang, kita masih berada di tahap bulan madu saat ini. Aku sangat bersyukur setiap harinya karena aku adalah suamimu. Tidak dipungkiri setiap pernikahan ada pasang surutnya, mungkin karena proses kita menikah yang sangat cepat, kita melalui beberapa tantangan".
"Kenapa kita memutuskan cepat menikah Jas?".
"Pertama karena kondisi orangtua kita, selain karena mama, sudah 2 tahun ini papa terkena kanker Al".
"Ah maaf, aku tidak tau Jas".
"Saat ini kondisinya stabil kok Al".
"Yang kedua adalah karena ternyata kita sebenarnya pernah saling menyukai saat pertama kali kita bertemu".
Bisa kulihat ia kaget mendengarnya, matanya membulat membesar seakan tidak percaya dengan apa yang barusan kukatakan.
"Apa kamu ingat, selama sekolah dulu, kamu adalah satu satunya teman perempuanku. Entah kenapa aku hanya merasa nyaman berteman denganmu. Itu salah satu alasan kenapa kamu dibuli oleh para siswi di sekolah kita bukan Al?", Al hanya menatapku sambil mendengarkan ceritaku.
"Ingat saat kamu pertama kali kamu menyukai lawan jenis saat SMU, kalau tidak salah namanya Alex, kurasa aku tidak bisa melupakan saat itu. Disitu pertama kalinya aku merasa tidak tenang setiap kali kamu mengucapkan nama Alex saat kita sedang bersama, kurasa aku belajar kata cemburu untuk pertama kalinya tanpa aku sadari sebelumnya".
"Aku ingat itu...", katanya pelan.
"Aku menyadari perasaanku bukanlah sekedar sahabat, semenjak kehilanganmu. Bertahun tahun aku mencarimu Al, aku sempat menyerah, dan akhirnya menerima perjodohan atas nama bisnis".
"Betapa bahagianya aku saat pertama kali bertemu denganmu lagi di kantor, Tuhan memang sangat baik padaku Al, aku sungguh bersyukur untuk itu. Awalnya kamu menghindariku, selama di kantor pun kamu berpura-pura tidak mengenalku Al, apa kamu ingat itu?".
"Ya dan tidak, ingatanku berhenti sampai saat kita bertemu lagi di kantor Jas".
"Saat itu statusku adalah bertunangan. Awalnya aku mendekatimu lagi karena kamu adalah sahabatku Al. Tapi kurasa aku tidak pernah berhenti mencintaimu Al, setiap hari aku akan merindukan sosokmu. Aku memutuskan pertunangan dan benar-benar berusaha meyakinkanmu bahwa aku mencintaimu selama ini", aku menatap matanya saat aku berkata aku mencintainya, kami bertatapan selama beberapa detik, kemudian ia mengalihkan pandangannya.
"Setelah kita mulai dekat, kamu mengatakan kamu pernah menyukaiku saat kita masih SMP".
"Aku...aku mengatakan itu?", tanyanya tidak percaya.
"Ya Al. Aku bisa mengulang kembali perkataanmu; "aku melupakan perasaan itu karena persahabatan akan lebih abadi dibandingkan percintaan", ia menarik tangannya dari genggamanku lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Proses kita dari bertemu kembali ke pernikahan memang sangat cepat, itu karena aku tidak ingin berpisah lagi denganmu Al, dan aku yakin bahwa kamulah orang yang tepat dalam hidupku Al", aku memegang tangannya dan menurunkannya dari wajahnya.
"Kita menikah karena saling mencintai Al", aku mengatakan dengan kesungguhan hatiku sambil menatapnya, kali ini ia tidak menghindariku.
Aku memberanikan diri untuk menciumnya, aku merindukan bibirnya, merindukan ciumannya. Ia hanya menatapku saat aku mendekatinya secara perlahan, lalu saat bibirku menyentuh bibirnya, ia memalingkan wajahnya. Aku mengerti ini bukan saat yang tepat untuk itu. Aku mencium keningnya dan kembali duduk disampingnya. Selama beberapa saat kami saling berdiam diri karena merasa canggung.
"Jas, katamu tadi kamu memutuskan pertunangan. Apa itu tidak menjadi masalah besar? Apa keluargamu merestui kita?".
"Mmmm.... ya itu adalah masalah besar, seperti yang kukatakan tadi, ini bukan pertunangan biasa, ini pertunangan atas dasar bisnis. Tapi pada akhirnya semua baik-baik saja, keluargaku ikut bahagia atas penikahan kita Al".
"Sungguh Jas? Apa keluargamu benar menerima pernikahan kita?".
"Bagiku itu adalah pertunangan bisnis, tapi mungkin tidak demikian dengan mantanku. Jadi ya... mungkin ia akan bersikap ketus kalau bertemu dengan kita. Tapi aku tidak perduli soal itu, bagiku yang terpenting adalah aku bersamamu, dan keluarga kita benar-benar merestui pernikahan ini".
"Siapa mantanmu Jas?".
"Al aku sungguh tidak mau membahas hal lain selain kita, bukankah yang terpenting saat ini kita bersama Al?".
Ia kembali terdiam, bisa terlihat dari wajahnya sebenarnya ia memiliki banyak pertanyaan yang belum terjawab.
"Kamu masih butuh istirahat Al, kurasa hari ini kamu sudah menerima cukup banyak cerita dariku. Tidurlah, sudah malam, kita masih memiliki banyak hari ke depan untuk menjawab semua pertanyaanmu".
Aku bangkit dari dudukku dan mencium keningnya lagi, terlihat jelas ia merasa canggung dengan sikapku barusan.
"Selamat tidur Al", kemudian aku berjalan ke sofabed di ruangan itu.