NovelToon NovelToon
TRANSMIGRASI KE ERA KOLONIAL

TRANSMIGRASI KE ERA KOLONIAL

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Dokter Genius / Romansa / Fantasi Wanita / Transmigrasi / Era Kolonial
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Aruna Prameswari tidak pernah membayangkan hidupnya akan berubah dalam sekejap. Seorang dokter muda abad ke-21 yang penuh idealisme, ia mendadak terhempas ke abad ke-19, masa kelam kolonial Belanda di tanah Jawa. Saat rakyat tercekik oleh sistem tanam paksa, kelaparan, dan penyakit menular, kehadiran Aruna dengan pengetahuan medis modern membuatnya dipandang sebagai penyelamat sekaligus ancaman.

Di mata rakyat kecil, ia adalah cahaya harapan; seorang penyembuh ajaib yang mampu melawan derita. Namun bagi pihak kolonial, Aruna hanyalah alat berharga yang harus dikendalikan.

Pertemuannya dengan Gubernur Jenderal Van der Capellen membuka lembaran baru dalam hidupnya. Sosok pria itu bukan hanya sekedar penguasa, tetapi juga lawan, sekutu, sekaligus seseorang yang perlahan menguji hati Aruna. Dalam dunia asing yang menyesakkan, Aruna harus mencari arti keberadaannya: apakah ia hanya tamu yang tersesat di masa lalu, atau justru takdir membawanya ke sini untuk mengubah sejarah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 10. PULIH

Langit pagi di Desa Waringin tampak lebih cerah dari hari-hari sebelumnya. Matahari menyapu perlahan dedaunan yang masih basah oleh embun, seolah mengirimkan kabar gembira bagi setiap insan yang tinggal di desa itu. Aruna berdiri di beranda rumah kecil Nyi Ratna, menghirup udara segar yang mengandung aroma tanah basah dan wangi bunga liar. Senyumnya mengembang tipis, sebab ia tahu bahwa hari ini membawa harapan baru, khususnya bagi Marni, perempuan yang beberapa hari lalu terbaring lemah akibat infeksi usus buntu yang hampir merenggut nyawanya.

Kesehatan Marni memang belum sepenuhnya pulih, tetapi tanda-tanda perbaikan sudah mulai terlihat. Wajahnya yang pucat perlahan kembali mendapat rona, matanya tak lagi setajam rasa sakit yang dulu menusuk. Nafasnya teratur, dan tubuhnya tidak lagi terperangkap demam tinggi seperti sebelumnya. Semua itu membuat hati Aruna lega.

Sejak pertama kali ia menolong Marni, Aruna tak pernah lelah untuk terus memantau perkembangannya. Ia sadar bahwa dalam keterbatasan zaman ini, di mana obat-obatan modern tak tersedia, hanya ketekunan, kesabaran, serta pemanfaatan alam lah yang bisa menjadi penyelamat. Ia kembali mengingat bagaimana ia menyiapkan ramuan herbal dari kunyit, temulawak, jahe, dan daun sirih yang dikombinasikan dengan cara yang ia pelajari dari pengalaman dan ingatan akan pelajaran-pelajaran pengobatan tradisional. Ramuan itu, meski sederhana, perlahan-lahan mengusir rasa sakit yang bersarang di tubuh Marni.

Ketika Aruna melangkah menuju rumah Marni pagi itu, ia membawa sebuah bakul kecil berisi ramuan yang baru selesai dibuat. Daun-daun segar yang direbus semalam menghasilkan air berwarna kecokelatan dengan aroma hangat. Di dalam pikiran Aruna, ia terus menimbang dosis yang pas untuk diminum Marni hari ini. Ia ingin memastikan pemulihan berjalan dengan baik tanpa membebani tubuh Marni yang masih lemah.

Sampai di halaman rumah Marni, ia mendapati Karto sedang membersihkan rumput liar di pinggir rumah. Wajah Karto tampak letih, namun sinarnya berbeda dari hari-hari lalu. Ada rasa syukur yang menyala di balik kerut wajahnya, seakan ia baru saja mendapatkan kesempatan hidup kedua bersama istrinya.

"Selamat pagi, Karto," sapa Aruna lembut.

Karto segera berdiri, menghapus keringat di dahinya. "Selamat pagi, Aruna. Ah, tidak, maaf aku sering lupa. Terlalu sering aku memanggilmu begitu. Kau sekarang dipanggil Tabib Besar Aruna oleh yang lain."

Aruna tersenyum maklum. "Tak apa, Karto. Aku lebih senang dipanggil dengan namaku saja. Bagaimana keadaan Marni pagi ini?"

"Syukur pada Gusti," jawab Karto dengan mata yang berbinar. "Marni bisa tidur lebih nyenyak tadi malam. Katanya sakitnya berkurang banyak. Aku benar-benar lega, Aruna. Jika bukan karena pertolonganmu, mungkin aku sudah kehilangan dia."

Aruna menepuk lembut bahu Karto. "Yang menyembuhkan tetaplah Yang Kuasa, Karto. Aku hanya berusaha dengan apa yang kumiliki. Sekarang tugasku memastikan ia benar-benar pulih."

Karto mengangguk, dan dengan penuh rasa hormat ia mempersilakan Aruna masuk. Di dalam, suasana rumah terasa lebih hangat. Marni terbaring di dipan bambu, wajahnya lebih segar. Ketika melihat Aruna, bibirnya yang pucat menorehkan senyum kecil.

"Aruna?" suara Marni terdengar lirih, namun penuh kehangatan.

"Bagaimana perasaanmu pagi ini, Marni?" tanya Aruna dengan senyum lembutnya sambil duduk di sisi dipan.

"Lebih baik. Tidak seperti hari-hari lalu, aku bisa bernapas tanpa rasa sakit yang menusuk. Terima kasih, Aruna."

Aruna tersenyum. "Aku hanya melakukan yang bisa kulakukan. Yang penting sekarang adalah kau tetap beristirahat dan meminum ramuan ini."

Aruna membuka bakulnya, mengeluarkan wadah tanah liat berisi ramuan hangat. Dengan perlahan, ia membantu Marni duduk dan meneguk minuman itu sedikit demi sedikit. Kehangatan ramuan menyusuri tenggorokan Marni, membawa rasa lega ke tubuhnya.

"Setelah ini, kau akan merasa lebih ringan," ujar Aruna. "Tapi ingat, jangan makan sembarangan. Perutmu harus dijaga. Untuk sementara waktu, hindari makanan yang terlalu pedas, berminyak, atau keras. Lebih baik kau makan bubur hangat, sayuran rebus, dan air kelapa muda bila ada. Itu akan membantu pemulihanmu."

Marni mengangguk patuh. "Aku akan ikuti semua nasihatmu."

Aruna menoleh pada Karto yang sejak tadi berdiri memperhatikan. "Karto, aku ingin kau belajar menyiapkan ramuan ini. Supaya setiap hari, kau bisa memberikannya pada Marni tanpa harus selalu menunggu aku datang."

Karto tampak terkejut, lalu wajahnya berubah serius. "Aku? Tapi, aku tak pandai meracik obat, Aruna."

Aruna tersenyum lembut. "Itulah sebabnya aku akan mengajarkanmu. Kau suaminya, dan kau yang paling dekat dengannya. Kasih sayangmu bisa menjadi bagian dari obat yang menyembuhkan. Percayalah, ramuan akan lebih manjur bila disiapkan dengan hati yang tulus."

Karto menunduk, matanya berkaca-kaca. "Baik, ajari aku. Aku akan lakukan apa pun demi kesembuhan istriku."

Aruna mengeluarkan beberapa lembar daun kering, potongan kunyit, dan akar jahe dari bakulnya, lalu menaruhnya di meja bambu kecil. Ia mulai menjelaskan dengan sabar bagaimana cara memilih bahan, mencuci, merebus, hingga mendapatkan hasil ramuan yang tepat. Karto memerhatikan dengan seksama, seakan setiap kata Aruna adalah pelita yang menuntunnya keluar dari kegelapan.

Sementara itu, Marni terbaring menyaksikan pemandangan itu dengan hati haru. Air matanya menetes bukan karena sakit, melainkan karena kebahagiaan melihat suaminya begitu peduli dan belajar demi dirinya. Ia merasa tidak sendiri.

Hari-hari berikutnya menjadi rangkaian pemulihan yang penuh harapan. Setiap pagi, Karto bangun lebih awal untuk menyiapkan ramuan sesuai petunjuk Aruna. Ia belajar merebus dengan api kecil, mencium aroma herbal yang khas, lalu menyajikannya hangat untuk Marni. Meski kadang tak sesempurna racikan Aruna, namun ketekunannya membuat Marni semakin cepat membaik.

Aruna terus datang memeriksa, memastikan kondisi tubuh Marni, mengatur pola makan, serta mengajarkan Karto cara memijat perut dengan lembut untuk membantu pencernaan. Perlahan tapi pasti, Marni yang dulu rapuh kini mulai mampu duduk lebih lama, bahkan berjalan pelan di halaman rumah dengan bantuan Karto.

Kabar baik ini menyebar cepat ke seluruh desa. Warga yang semula cemas kini merasa lega. Mereka melihat kesembuhan Marni sebagai tanda bahwa pertolongan Tuhan nyata adanya, dan bahwa keberadaan Aruna membawa berkat besar bagi desa Waringin.

Beberapa minggu kemudian, Marni sudah bisa berjalan pelan di halaman rumah. Anak-anaknya berlarian riang, menggandeng tangannya, seakan tak percaya bahwa ibu mereka benar-benar bisa tersenyum lagi. Kadang ia duduk di bawah pohon jambu sambil menenun tikar kecil, sesuatu yang dulu sudah lama tak ia lakukan karena sakit.

Aruna yang datang melihat pemandangan itu merasa dadanya dipenuhi kehangatan. Ia tahu betapa berharganya momen sederhana ini. Tidak ada obat yang lebih mujarab selain kebahagiaan yang dirasakan bersama.

Warga desa pun ikut merasakan sukacita itu. Mereka yang dulu takut penyakit Marni akan merenggut nyawanya kini melihat bukti nyata: kesabaran, ramuan alam, doa, serta kebersamaan mampu mengalahkan penderitaan. Di setiap sudut desa, kabar baik itu bergema.

"Marni sudah bisa berjalan!" seru seorang anak kecil di tengah sawah.

"Benarkah? Syukur pada Gusti Yang Agung," sahut petani tua yang mendengar kabar itu.

Kabar itu menyebar dari mulut ke mulut, membuat hati setiap orang lega. Tak lama kemudian, muncul gagasan dari para tetua untuk mengadakan sebuah acara syukuran bersama.

"Kita harus berterima kasih kepada Yang Kuasa. Kesembuhan Marni adalah karunia besar, dan berkat pula bagi seluruh desa. Kita tidak boleh hanya diam. Mari kita buat syukuran, sederhana saja, tapi penuh rasa tulus," ujar Pak Bayan di balai desa.

Warga menyambut gagasan itu dengan gembira. Mereka sepakat mengadakan perayaan setelah Marni benar-benar pulih, agar ia sendiri bisa hadir dan merasakan kebahagiaan bersama-sama.

Menjelang hari yang dinanti, Aruna memberikan panduan terakhir untuk menjaga kesehatan Marni. Ia mengingatkan agar Marni tidak tergoda untuk langsung bekerja keras atau makan sembarangan.

"Meski kau sudah merasa kuat, jangan terburu-buru kembali seperti dulu," nasihat Aruna. "Tubuhmu butuh waktu. Mulailah dengan pekerjaan ringan, banyaklah beristirahat, dan selalu dengarkan tubuhmu. Jika terasa nyeri, berhentilah," lanjutnya.

Marni mengangguk. "Aku akan ingat itu. Kau benar-benar seperti adikku sendiri, Aruna. Doakan aku agar bisa sehat dan berguna kembali bagi keluargaku."

Aruna meraih tangan Marni, menggenggamnya hangat. "Aku yakin, kau akan lebih kuat dari sebelumnya. Yang penting, jangan pernah berhenti percaya pada kekuatanmu sendiri."

Pada titik ini, desa Waringin bukan hanya menyaksikan kesembuhan seorang perempuan. Mereka menyaksikan bagaimana kebersamaan, cinta, dan pengetahuan sederhana mampu mengubah nasib seseorang. Dan di balik semua itu, nama Aruna disebut-sebut dengan rasa hormat dan syukur, meski Aruna sendiri selalu menolak dielu-elukan.

Baginya, semua ini hanyalah bagian dari perjalanan panjang, dan ia tahu, masih banyak yang akan ia hadapi di desa ini. Namun untuk hari-hari itu, ia membiarkan hatinya dipenuhi rasa damai.

Akan tetapi kedamaian Aruna di desa itu harus berakhir. Karena permata yang bersinar akan selalu menjadi incaran semua yang menyukai keindahan.

1
Jelita S
Kita yg ngontrak ini diam z lh,,,
Archiemorarty: Jomblo gigit jari aja pokoknya mah 🤣
total 1 replies
Jelita S
aku jdi senyum2 sendiri 😍😍
Jelita S
ada jga kompeni yg baik seperti Gubernur satu ini,,,pantesan sampe skg msih banyak orang kita yg menikah sama Belanda kompeni penjajah😄😄😄
Archiemorarty: Van der Capellen aslinya di dunia nyata memang baik, sayang sma pribumi, sampe buatin sekolah khusus buat pribumi agar lebih maju. Sampe dikatain sma pejabat Belanda zaman itu kalau Van der terlalu lemah untuk seorang pemimpin hindia belanda /Grimace/
total 1 replies
RJ §𝆺𝅥⃝©💜🐑
cie cie yang mau MP jadi senyum" sendiri 🤣🤭😄
Archiemorarty: Hahahaha.... astaga /Facepalm/
total 1 replies
RJ §𝆺𝅥⃝©💜🐑
menjadi melow deh dan jadi baper sama perkataan nya Van Der 😍😭❤❤
Archiemorarty: waktunya romance dulu kita...abis itu panik...abis itu melow...abis itu...ehh..apa lagi ya /Slight/
total 1 replies
Jelita S
gantung z si Concon itu
Archiemorarty: Astaga 🤣
total 1 replies
Jelita S
adakah ramuan pencabut nyawa yg Aruna buat biar tak kasihkan sama si Concon gila itu😂
Archiemorarty: Tinggal cekokin gerusan aer gerusan biji apel aja, sianida alami itu /Slight/
total 1 replies
RJ §𝆺𝅥⃝©💜🐑
Van Der lucu banget
Archiemorarty: Hahaha /Facepalm/
total 3 replies
gaby
Tukang Fitnah niat mempermalukan tabib, harus di hukum yg mempermalukan jg. Dalam perang sekalipun, Dokter atau tenaga medis tdk boleh di serang.
Archiemorarty: Benar itu, aturan dari zaman dulu banget itu kalau tenaga medis nggak boleh diserang. emang dasar si buntelan itu aja yang dengki /Smug/
total 1 replies
Wulan Sari
semoga membela si Neng yah 🙂
Archiemorarty: Pastinya /Proud/
total 1 replies
gaby
Jeng jeng jeng, Kang Van der siap melawan badai demi membela Neng Aruna/Kiss//Kiss/
Archiemorarty: Sudah siap sedia /Chuckle/
total 1 replies
RJ §𝆺𝅥⃝©💜🐑
Akhirnya sang pujaan hati datang plisss selamat Aruna 😭😭😭😭
gaby
Aduuh Kang Van der kmanain?? Neng geulisnya di fitnah abis2an ko diem aja, kalo di tinggal kabur Aruna tau rasa kamu jomblo lg. Maria & suaminya mana neh, mreka kan berhutang nyawa sm Aruna, mana gratis lg alias ga dipungut bayaran. Sbg org belanda yg berpendidikan harus tau bakas budi. Jadilah saksi hidup kebaikan Aruna. Kalo ga ada Aruna km dah jadi Duda & kamu Maria pasti skrg dah jadi kunti kolonial/Grin//Grin/
Archiemorarty: Hahaha...sabar sabar /Facepalm/
total 1 replies
RJ §𝆺𝅥⃝©💜🐑
plisss up yang banyak
Archiemorarty: Hahaha...jari othor keriting nanti /Facepalm/
total 1 replies
Jelita S
dasar si bandot tua,,,tak kempesin perutnya baru tau rasa kamu kompeni Belanda
Archiemorarty: Hahaha...kempesin aja, rusuh dia soalnya /Facepalm/
total 1 replies
RJ §𝆺𝅥⃝©💜🐑
aduh bagaimana Aruna menangani fitnah tersebut
Archiemorarty: Hihihi...ditunggu besok ya /Chuckle/
total 1 replies
RJ §𝆺𝅥⃝©💜🐑
seru bangettt, ternyata Van deer romantis juga yaa kan jadi baperrr 😍😍😭😭😭
Archiemorarty: Bapak Gubernur kita diem diem bucin atuh /Chuckle/
total 1 replies
gaby
" Jangan panggil aq lagi dgn sebutan Tuan, tp panggilah dgn sebutan Akang". Asseeek/Facepalm//Facepalm/
Archiemorarty: Asyekkk
total 1 replies
gaby
Akhirnya rasà penasaranku terbayarkan. Smoga Maria & suaminya menyebarluaskan kehebatan & kebaikan Aruna, agar Aruna makin di hormati. Kalo Aruna dah pny alat medis, dia bisa jd dokter terkaya di Batavia, ga ada saingannya kalo urusan bedah. Kalo dah kaya Aruna bisa membeli para budak utk dia latih atau pekerjakan dgn upah layak. Ga sia2 Van der membujang sampe puluhan tahun, ternyata nunggu jodohnya lahir/Grin//Grin/
Archiemorarty: Hahaha...membujang demi doi dateng ya/Proud/
total 1 replies
gaby
Babnya lompat atau gmn thor?? Kayanya kmrn babnya tentang Aruna yg menolong wanita belanda yg namanya Maria, apa kabarnya Maria?? Bagaimana reaksi publik ketika melihat Aruna menyelamatkan pasien sesak napas di tengah2 keramaian pasar. Dan bagaimana respon warga kolonial ketika mendengar kesaksian dr suami Maria yg jd saksi kehebatan Aruna. Ko seolah2 bab kmrn terpotong
Archiemorarty: owalah iya, salah update aku...astaga. maapkan othor... update lagi ngantuk ini. ku ubah ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!