NovelToon NovelToon
Sang Penakluk

Sang Penakluk

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Perperangan
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: RantauL

Dunia Kultivator adalah dunia yang sangat Kejam dan Keras. Dimana yang kuat akan berkuasa dan yang lemah akan ditindas. Tidak ada belas kasihan, siapapun kamu jika kamu lemah maka hanya ada satu kata untukmu yaitu "Mati".

Dunia yang dipenuhi dengan Keserakahan dan Keputusasaan. Dewa, Iblis, Siluman, Monster, Manusia, dan ras-ras lainnya, semuanya bergantung pada kekuatan. Jika kamu tidak ingin mati maka jadilah yang "Terkuat".

Dunia yang dihuni oleh para Predator yang siap memangsa Buruannya. Tidak ada tempat untuk kabur, apalagi bersembunyi. Jika kamu mati, maka itu sudah menjadi takdirmu karena kamu "Lemah".

Rayzen, salah satu pangeran dari kekaisaran Awan putih, terlahir dengan kekosongan bakat. Hal itu tentunya membuat Ia tidak bisa berkultivasi. Ia dicap sebagai seorang sampah yang tidak layak untuk hidup. Banyak dari saudara-saudaranya yang ingin membunuhnya.

Tetapi tanpa diketahui oleh siapapun, Reyzen ternyata memiliki keberuntungan yang membawanya menuju puncak "Kekuatan".

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RantauL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 6. Latihan 3

"Dasar Lemah..,"

Kata seorang pemuda berbadan kekar dengan datar. Sorot matanya yang tajam, rambut pendek dengan warna hitam legam yang berantakan dan aura membunuh yang sangat pekat keluar dari dalam tubuhnya. Siapapun kultivator yang ada situ, mungkin akan langsung mati hanya dengan merasakan aura membunuhnya saja.

Pemuda itu adalah Ray Zen. Ia baru saja membunuh Big Boss dari Gerbang Petaka berwarna Hitam. Berkat latihan dan kerja keras yang ia lakukan selama ini, ia telah berubah drastis. Kekuatannya sekarang sudah semakin kuat bagaikan dewa. Selain itu ia juga menjadi lebih tampan dan berkarisma.

"Bangkitlah..."

Gumam Ray Zen, membuat Big Boss yang baru saja selesai ia bunuh bangkit dalam bentuk bayangan.

Ya, itu adalah salah satu keterampilan sihir yang dimiliki oleh Ray Zen sekarang. Keterampilan itu di sebut 'Dewa Bayangan'. Keterampilan itu memungkinkannya membangkitkan orang ataupun mahkluk yang telah mati untuk menjadi pasukan bayangannya.

"Hormat hamba tuan." ucap Iblis yang baru saja Ray Zen bangkitkan. Iblis itu memiliki badan yang lumayan besar dengan 2 tanduk di kepalanya. Wajahnya begitu menakutkan. Ditangannya terdapat pedang hitam yang memilki ukuran cukup besar.

"Hem., Namamu sekarang adalah Arthur." ucap Ray Zen santai.

"Terimakasih Tuan." balas Arthur.

"Baiklah sekarang kau boleh masuk kedalam bayanganku, bergabung bersama teman-temanmu yang lain."

Arthur dengan cepat menghilang dan masuk kedalam bayangan Ray Zen. "Waktunya pulang." ucap Ray Zen senang, lalu segera meninggalkan tempat itu.

Diluar Gerbang Petaka, Kakek sekaligus guru dari Ray Zen sedang asik memakan buah-buah segar kesukaannya.

"Guru aku datang..," kata Ray Zen sambil berlari kearah gurunya. Tanpa segan, ia mengambil buah-buah yang masih belum sempat gurunya makan.

"Hei, murid bodoh, bisakah kau lebih sopan sedikit! Jika kau ingin buah maka setidaknya kau meminta dulu kepada pemiliknya." kata kakek itu kesal sambil menjitak kepala Ray Zen dengan tangannya.

"Maaf guru." rintih Ray Zen.

Ray Zen dan Kakek itu sudah sangat dekat. Entah sudah berapa lama Ray Zen tinggal di dimensi yang dibuat oleh gurunya itu. Tapi yang pasti kakek itu telah Ray Zen anggap sebagai kakek kandungnya sendiri. Kakek itu sudah seperti orang tua sekaligus guru bagi Ray Zen. Kakek tersebut juga demikian, ia telah menganggap Ray Zen seperti cucunya sendiri.

"Kurang dari 10 menit, kau telah berhasil menyelesaikan Gerbang Petaka level 100 berwarna Hitam, Pencapaian yang bagus." puji kakek itu. Membuat Ray Zen sedikit tersanjung.

"Tapi sayangnya, bukankah aku memberikanmu target 7 menit. Mengapa kau bisa sampai 9 menit lebih ha? Dasar murid bodoh, apakah kau tidak tau dalam pertarungan 2 menit itu sangat berharga." Kakek itu menjewer telinga Ray Zen, menariknya keatas.

"Aa.. ampun guru, Big Boss dilevel 100 itu sangat kuat guru. Jadi aku tidak bisa menyelesaikannya dengan mudah." ujar Ray Zen.

"Tidak perlu banyak alasan, sekarang kau harus dihukum. Kau harus melakukan 1 juta kali Push up, 1 juta kali pull up, 1 juta kali sit up, dan lari 100 ribu km. Waktumu hanya 5 jam dari sekarang." tegas kakek itu.

Ray Zen membuka mulutnya lebar-lebar seakan tidak percaya dengan hukuman yang baru saja ia dapatkan.

"Ta.. Tapi guru bukankah itu terlalu berlebihan." bantah Ray Zen.

"Tidak ada tapi-tapi, jika kau menolak maka hukumanmu akan bertambah. Dan satu lagi, malam ini kau tidak boleh makan."

Ray Zen hanya bisa pasrah dengan nasibnya. Dengan cepat ia mengambil ancang-ancang untuk menyelesaikan hukumannya.

Malam harinya Ray Zen tertidur karena kelelahan. Walaupun ia telah berhasil menyelesaikan hukumannya, tetapi seluruh tubuhnya terasa sakit dan butuh istirahat.

Kakek itu hanya tersenyum menatap Ray Zen yang tertidur pulas. "Nak besok adalah hari terakhir kita bersama. Kau sudah sangat kuat sekarang. Kau bahkan sudah menguasai hampir semua buku yang ada di lantai lima paviliunku. Tidak hanya itu, kau juga telah menyelesaikan level 100 dari Gerbang Petaka berwarna hitam. Aku sangat bangga padamu nak. Aku berharap kelak kau menjadi kultivator yang baik, melindungi orang-orang yang lemah, seperti yang pernah kau katakan padaku." tanpa sadar, kakek itu menitikkan air matanya.

****************

Keesokan harinya, Ray Zen telah bangun dengan kondisi yang sangat prima. Ia dengan semangat memulai kebiasaannya untuk melakukan push up, pull up, sit up, dan berlari. Tetapi saat akan melakukan itu, gurunya malah mengajaknya untuk langsung sarapan. Ray Zen yang merasa heran dengan itu, berpikir bahwa gurunya merasa bersalah karena telah menghukumnya semalam.

"Guru.., guru tidak perlu merasa bersalah, tidak apa-apa, aku masih kuat guru." kata Ray Zen.

"Hei murid bodoh, siapa juga yang merasa bersalah ha? Kau memang pantas mendapatkan hukuman itu. Sekarang aku hanya ingin kau makan, karena semalam kau belum makan malam. Aku tidak mau mengurus mayatmu jika kau mati kelaparan. Lagipula itu juga akan mengotori dimensiku ini." balas kakek itu, sambil menjewer telinga Ray Zen.

"Aaa.., sakit guru." rintih Ray Zen.

Setelah mereka menyelesaikan sarapan, Kakek itu mengajak Ray Zen untuk memasuki lantai enam paviliun. Selama ini, Ray Zen tidak pernah masuk kedalam lantai enam paviliun itu. Selain karena larangan gurunya, lantai enam paviliun itu juga mengeluarkan aura yang sangat mengintimidasi. Jika tidak bersama kakek itu, Ray Zen tidak bisa sedikitpun mendekati pintu menuju lantai keenam paviliun.

"Ray..." panggil kakek itu lembut. Mereka berdua kini telah berada di lantai enam paviliun. Suasananya masih sama, gelap dan mencekam.

"Iya guru." balas Ray Zen menatap gurunya.

"Sekarang kau sudah menjadi sangat kuat Nak. Aku tidak salah menjadikanmu sebagai muridku. Kau sangat jenius, bahkan 100 kali lebih jenius jika dibandingkan dengan orang-orang jenius yang ada di duniamu. Aku bangga padamu Ray.

Tetapi sayang, seperti kata pepatah, 'Jika ada pertemuan maka akan ada juga perpisahan'. Bagitu juga sekarang Ray, kita akan berpisah. Kau harus kembali ke duniamu, mewujudkan impianmu yang selama ini kau katakan padaku. Waktuku menjadi gurumu sudah habis, dan pecahan jiwaku ini juga akan hilang hari ini.

Sebelum itu terjadi, kau harus menyerap pecahan jiwaku disini, dilantai enam ini, agar kau bisa melihat peti-peti tempat tersegelnya '12 Jendral Kematian'. Hanya mereka yang menyerap pecahan jiwaku ini yang bisa melihat ruangan ini nak, mengubahnya menjadi terang benderang."

Ray Zen hanya diam, tidak tau harus mengatakan apa.

"Sekarang duduklah bersila, kau harus bisa menyerap seluruh pecahan jiwaku ini nak. Ini adalah warisan terakhir yang bisa aku berikan pada..."

"Ta.. Tapi guru, ak.. aku tidak mau, aku tidak mungkin melakukan itu. Guru aku mohon jangan tinggalkan aku. Ak.. Aku tidak bisa menjadi sekuat ini tanpa bimbingan dan didikan dari guru. Guru telah aku anggap sebagai orang tuaku sendiri." ujar Ray Zen dengan mata berkaca-kaca.

"Nak ini permintaan terakhirku sebagai gurumu. Aku harap kau bisa mengabulkannya. Kau tidak perlu sedih ataupun merasa bersalah. Kau serap ataupun tidak, pecahan jiwaku ini akan tetap menghilang hari ini juga. Itu sebabnya, aku memohon padamu, aku tidak mau pecahan jiwaku ini terbuang sia-sia. Kau tidak perlu khawatir, kau tetaplah murid terbaikku." Kakek itu menepuk pundak Ray Zen, menenangkannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Christian Matthew Pratama
bai hu kmna, mc biarkan pengawal setianya mati demi menutupi kemampuannya, mc malah keliling hutan cari bawahan baru
Christian Matthew Pratama
mc tolol atau gmn, pengawalnya dalam bahaya malah dibiarkan, dia malah msk kehutan
Christian Matthew Pratama
ini critanya zaman kapan ada istilah big boss
Christian Matthew Pratama
mmg sdh ada jam ya🤔
Rizky Fadillah
suka aku sama guru nya,mengajarkan mc jngn naif,tidak ada kebaikan didunia kultivator,apa lgi di dunia nyata banyak tipu muslihat nya hahaha
Yuzuru03
Jalan ceritanya bikin penasaran
Dadi Bismarck
Seru banget! Gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya!
Mưa buồn
Aku suka banget tokoh-tokohnya. Jangan berhenti nulis thor.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!