Javier adalah seorang dokter legendaris bermata emas. karena suatu insiden membuatnya kehilangan ingatannya. Menikah dengan seorang wanita cantik secara kebetulan, membuat dirinya begitu di remehkan oleh keluarga si wanita.
Kemampuannya begitu sangat hebat dalam bidang medis. Matanya bersinar seperti Kilauan emas yang mampu melakukan segalanya.
Hingga akhirnya ingatan dan kemampuannya telah kembali, membuatnya bangkit merubah takdirnya.
Menjadi rebutan banyak wanita cantik, terkenal dan sangat di hormati. Javier adalah simbol pria sempurna di dunia.
"Kamu adalah dokter legendaris itu...?" ujar Clara.
"Aku hanya tidak ingin kamu minder saja," balas Javier.
"Kenapa kamu tidak mengatakannya sejak awal?" tanya Clara.
"Jika keluarga mu tahu bahwa aku dokter legendaris, aku tidak akan pernah tahu bahwa seluruh anggota keluargamu begitu kejam," jawab Javier.
Clara terdiam tertunduk tidak bisa berkata-kata. Perasaan bersalah memenuhi hati dan pikirannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 GODAAN AWAL
Tidak perlu di ragukan lagi, bahwa pemuda di hadapannya ini adalah orang yang di maksud oleh direktur bank. Mita langsung menjadi canggung, padahal dirinya di tugaskan untuk menyambutnya, namun malah terjadi hal seperti ini.
Untung saja dirinya belum sempat berkata kasar kepada pemuda tersebut. Jadi seharusnya pemuda tersebut tidak akan mempermasalahkannya, pikir Mita.
Javier sendiri tidak menyangka bahwa Zaki yang di sembuhkan dari sakit kanker hatinya memberikan uang sebanyak 30 triliun. Ini sangatlah banyak dan di luar dugaannya.
"Tuan, mohon maaf atas perlakuan kami barusan," kini sikap Mita juga langsung berubah begitu sangat ramah sekali.
"Perkenalkan saya Mita, manager di bank ini," sambung Mita.
"Ya, tolong buatkan aku kartu bank black card!" balas Javier.
"Untuk membuat black card, kita harus pergi ke ruangan utama direktur, kebetulan direktur bank juga sudah menunggu tuan," ujar Mita.
"Mari ikuti saya," sambung Mita sambil mengeluarkan senyuman paling manis miliknya.
Mita juga berjalan membawa Javier menuju ke ruangan direktur. Mita yang berada di depan Javier mulai berjalan dengan berlenggak-lenggok.
Javier mengangkat alisnya melihat bokong dari Mita bergerak kiri kanan seperti jalan seorang model saja.
Mengetahui ternyata Javier sangatlah kaya, Mita juga langsung tertarik kepadanya. Walaupun pakaian yang di gunakannya sederhana, tapi saat ini Javier begitu tampan di matanya.
Mita ingin menarik perhatian Javier, siapa tahu Javier tertarik kepadanya dan mereka bisa memiliki hubungan.
Sampai di ruangan direktur, direktur juga langsung menyambut Javier. Direktur bank sangat menghormati Javier. Dengan uang sebanyak itu di rekeningnya, Javier juga termasuk sebagai pelanggan VIP.
Direktur segera memerintahkan salah satu karyawan di ruangannya untuk membuatkan kartu black card. Sementara dirinya mengobrol dengan Javier.
Mita juga mulai membuatkan minum untuk mereka berdua. Sambil mengaduk minum, Mita juga menebalkan lagi warna lipstiknya. Kemudian Mita mulai melepaskan satu kancing baju bagian atasnya. Mita harus bisa menarik perhatian dari Javier, pikirnya.
Sesudah minuman selesai dibuat, Mita juga langsung menyuguhkannya. Mita meletakkan minuman pertama untuk direkrut bank dengan biasa saja, namun ketika untuk giliran Javier, Mita membungkukkan tubuhnya serendah mungkin.
"Tuan silahkan di minum!" ujar Mita kepada Javier.
Mita meletakkan secangkir kopi di atas meja dengan menonjolkan bagian dadanya ke arah Javier.
"Wanita ini..." Javier sedikit terkejut.
Javier dapat melihat bentuk garis menyerupai celengan di dada Mita. Bentuknya bulat seperti dua buah balon yang beradu, sehingga begitu menggoda.
"Tuan, kalau boleh saya tahu, tuan berasal dari keluarga kaya mana?" tanya direktur bank.
"Saya dari keluarga Wibowo," jawab Javier.
Direktur bank tampak belum pernah mendengar tentang keluarga Wibowo. Karena memang keluarga Wibowo hanyalah keluarga kelas 3 di kota Neo ini. Sedangkan orang yang memiliki 30 triliun di rekeningnya, seharusnya berasal dari keluarga kelas 1.
"Apakah tuan berencana untuk mendepositokan sebagian uangnya?" tanya direktur bank.
Mendapatkan perlakuan ramah dari pihak bank dan juga karena uangnya terlalu banyak, Javier juga memilih untuk mendepositokan sebagian uangnya.
"Tentu saja boleh," jawab Javier.
"Kalau begitu, berapa rencana yang akan tuan deposito kan?" tanya direktur bank dengan bersemangat.
"20 triliun," jawab Javier.
"20 triliun..." ulang direktur bank.
Sontak saja direktur bank semakin bersemangat lagi. Dengan jumlah deposito sebanyak itu, maka jelas bank akan semakin memperoleh keuntungan yang besar.
"Baik, terima tuan," ujar direktur bank.
Setengah jam kemudian, Javier sedang berjalan menuju pintu keluar bank dengan di antar oleh Mita. Di dalam saku celananya sudah ada sebuah kartu bank black card dengan isi di dalamnya hampir 10 triliun.
Sementara sebuah bungkusan plastik di bawa dengan tangan kanan Javier. Bungkusan plastik itu berisi uang tunai sebanyak 5 milyar.
"Tuan, apakah nanti malam tuan ada waktu luang, kebetulan ada film bagus yang baru tayang, bagaimana jika kita nonton bersama?" tanya Mita berjalan di samping Javier.
"Sepertinya tidak bisa, aku tidak suka menonton film," jawab Javier.
"Bagaimana jika makan malam di luar saja, aku tahu restoran dengan menu makanan paling enak di kota Neo ini?" tanya Mita lagi.
"Tidak bisa, aku sedang sibuk," jawab Javier.
Malam hari Javier harus menyiapkan makan malam untuk Clara dan kedua mertuanya. Sementara Shinta adik iparnya sudah pergi tinggal di asrama kampusnya.
"Baiklah, saya mengerti, orang seperti anda pasti sibuk sekali," Mita tampak kecewa.
Melihat Javier keluar dari pintu bank, penjaga yang sebelumnya juga langsung menghampirinya.
"Nona Mita, apa pemuda ini membuat masalah di dalam?" tanya penjaga.
"Nona serahkan kepada saya saja, saya akan segera mengusirnya dan tidak akan membiarkannya datang ke mari lagi," sambung penjaga.
"Kamu..." tentu saja Mita terkejut.
Penjaga tidak tahu apa yang terjadi di dalam. Seketika Mita menjadi tidak enak atas perkataan bawahannya ini.
Tiba-tiba saja penjaga juga langsung meraih tangan Javier dan hendak menyeretnya pergi dari sana. Mita tentu saja semakin kaget dan langsung menghentikannya.
"Apa yang kamu lakukan?" Mita melepaskan tangan penjaga terhadap Javier.
"Plak!" terdengar suara tamparan.
Mita langsung menampar penjaga dengan keras karena telah berani bersikap kurang ajar kepada Javier.
"Kenapa nona Mita menamparku?" tanya penjaga sambil memegangi pipinya yang panas.
"Begini caramu memperlakukan tamu VIP bank kita," balas Mita.
Javier adalah tamu VIP yang langsung di layani oleh direktur bank. Jika sampai Javier tersinggung dan menarik depositonya, maka keuntungan besar yang ada di depan mata akan hilang begitu saja.
"Tamu VIP..." penjaga tampak tidak mengerti.
Penjaga juga tampak terdiam dan mulai perlahan sadar bahwa sepertinya dia telah melakukan kesalahan.
Jika nona Mita sampai seperti ini, jelas bahwa pemuda di hadapannya ini bukanlah orang biasa. penjaga hanya bisa tertunduk dan menyesalinya betapa bodohnya dirinya.
"Tuan saya minta maaf, saya benar-benar tidak tahu," ujar penjaga kepada Javier.
"Sudahlah, kamu pergilah!" balas Javier.
Penjaga juga segera pergi dari sana.
"Tuan, saya minta maaf atas ketidaknyamanan ini," ujar Mita.
"Tidak apa," balas Javier.
Javier kemudian berjalan menuju ke sepeda motor listriknya. Kantong plastik dia gantungkan dan mulai pergi menjalankan sepeda motor listriknya.
Malam hari, Clara sedang makan bersama kedua orang tuanya di rumah. Ayah Clara bernama Andi Wibowo yang merupakan anak dari kakek Wibowo, sementara ibunya bernama Rita.
"Uhuk... uhuk..." Rita terbatuk sambil memegangi dadanya yang terasa sakit.
Rita menuangkan segelas air dan meminumnya agar terasa lega.
"Ibu sedang sakit?" tanya Clara.
"Hanya batuk biasa saja," jawab Rita.
"Tapi sudah berbulan-bulan tidak sembuh, lebih baik ke rumah sakit saja untuk berobat," ujar Clara.
"Tidak perlu khawatir, sebentar lagi juga sembuh," balas Rita.
Rita begitu meremehkan batuk yang di deritanya berbulan-bulan. Batuknya akan lebih baik setelah Rita meminum obat yang di belinya di warung, walaupun tidak lama juga kambuh lagi. Rita sama sekali tidak terpikirkan, bahwa batuk ini kelak yang akan mengancam nyawanya.
"Clara, bagaimana, apa kamu sudah mendapatkan uang untuk menyelesaikan masalah perusahaan?" tanya Rita.
"Tuan Dion berjanji akan membantuku," jawab Clara.
"Baguslah kalau seperti itu," ujar Rita.
"Clara putri ku, kamu masih muda dan cantik, wajar saja tuan Dion suka kepadamu, dia adalah seorang manager di Atena Corporation, kalian sangat cocok sekali," sambung Rita.
"Aku rasa kamu bisa mempertimbangkan tentang lamarannya sebelumnya, jika kamu menikah dengannya, maka keluarga kita akan semakin naik dan tidak akan di remehkan oleh anggota keluarga Wibowo yang lain," sambung Rita lagi.