Waren Wiratama, 25 tahun adalah seorang pencuri profesional di kehidupan modern. Dia dikhianati sahabatnya Reza, ketika mencuri berlian di sebuah museum langka. Ketika dia di habisi, ledakan itu memicu reaksi sebuah batu permata langka. Yang melemparkannya ke 1000 tahun sebelumnya. Kerajaan Suranegara. Waren berpindah ke tubuh seorang pemuda bodoh berusia 18 tahun. Bernama Wiratama, yang seluruh keluarganya dihabisi oleh kerajaan karena dituduh berkhianat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 14
Kepala prajurit Arga sampai menghela nafas sangat panjang. Bahkan bahunya sampai terangkat tinggi saking dia tidak bisa mempercayai apa yang baru saja diceritakan oleh ketiga prajuritnya.
"Kalian ini mengarang cerita? bagaimana bisa ada manusia bicara pada monyet?" tanya kepala prajurit harga yang tidak percaya dengan aduan ketiga prajurit bawahannya itu.
Ketiganya, kompak mengatakan bahwa Wiratama yang menyebabkan mereka babak belur seperti ini. Karena wirid ama meminta para monyet itu untuk melempari mereka dengan buah mangga yang ada di atas pohon makanya mereka sampai seperti ini.
Mereka bahkan tidak jujur kalau mereka sudah menghina Wiratama. Namun, karena tidak ingin ada perselisihan Nyonya Wulandari bahkan meminta Kartika Sari yang tadinya ingin menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada kepala prajurit Arga, untuk diam saja.
"Ibu, mereka sudah berbohong. Mereka ini menceritakan mereka terluka karena Wira. Prajurit macam apa mereka" kesal Kartika Sari.
"Sabar nak" hanya itu yang bisa dikatakan oleh Nyonya Wulandari.
Sementara Warren, juga hanya berjongkok di dekat Ajeng dan Ken Rinasih. Sambil makan mangga yang matang. Tanpa perduli dengan apa yang dikatakan oleh ketiga prajurit itu kepada kepala prajurit Arga.
"Manis kan?" tanya Warren pada kedua keponakannya.
Dengan lahap dan tertawa senang, kedua keponakannya itu mengangguk.
Ratna dan Ken Sulastri, tentu saja senang melihat kedua anaknya yang setidaknya tidak terlalu menderita ketika melakukan perjalanan menuju ke desa Pacang Jati.
"Kalian bertiga ini!" kesal kepala prajurit Arga.
Hanya itu yang bisa dikatakan oleh Kepala prajurit Arga. Karena, sebenarnya dia juga mengetahui bahwa panglima Timena orang yang bertanggung jawab untuk memilihkan prajurit pengawal kepada para tahanan pengasingan ke desa pacang Jati ini, sepertinya memang memilihkan pengawal yang asal-asalan saja untuk menjadi bawahannya.
Dia adalah kepala prajurit tingkat 2, setidaknya harus ada minimal 5 orang yang yang harus mengikutinya mengawal para tahanan pengasingan. Kepala prajurit Arga sendiri juga merasa kalau panglima Timena itu tidak serius memilih prajurit. Makanya dia mendapatkan hanya 3 orang bawahan yang berasal dari prajurit level paling rendah di kesatuan prajurit yang ada di kerajaan.
Melihat bagaimana ilmu beladiri mereka. Dan melihat tingkah mereka saat ini kepala prajurit Arga benar-benar tidak memiliki banyak harapan kepada tiga bawahannya.
"Sudah sudah. Punguti saja mangga yang ada. Naikkan ke atas Cikar. Akan berguna saat kita kehabisan ransum nanti" katanya yang tidak mau memperpanjang masalah kecil seperti ini.
Bisa jadi, di depan sana masih banyak masalah yang akan mereka hadapi dan lebih sulit dan lebih besar daripada masalah saat ini.
Meski sambil meringis menahan sakit, dan kesal juga pada Wiratama. Ketiga orang itu segera melakukan apa yang diperintahkan oleh kepala prajurit Arga.
Setelah mendapatkan banyak mangga itu. Mereka berjalan bergegas meninggalkan hutan.
Sore menjelang, mereka semua terlihat lelah. Makan banyak mangga juga tidak baik. Mereka butuh karbohidrat dan protein menurut Waren.
Warren juga kasihan pada dua anak yang bersamanya itu. Seharusnya mereka tidak mengalami hal seperti ini. Seusia mereka itu, harusnya makan lebih banyak supaya mereka bisa tumbuh dengan baik.
Warren pun memiliki sebuah ide. Dia tiba-tiba saja berteriak.
"Ku lihat rusa!" kata Warren melompat-lompat.
Simin yang sepertinya masih memiliki dendam kesumat karena dia jatuh dari pohon gara-gara mengira bahwa Warren sudah bicara pada monyet itu untuk menimpuknya dengan buah mangga sampai jatuh. Segera mendengus kesal.
"Hehh, bodohh! kalau kamu melihat rusa dan kamu melompat-lompat seperti itu urusannya pasti kabur. Bodohh sekali!" kata Simin.
"Diam" tegur kepala prajurit harga yang memang tidak ingin terjadi perdebatan atau perselisihan di perjalanan mereka menuju ke pengasingan.
Ditegur seperti itu oleh Kepala prajurit Arga. Simin pun diam. Tapi tetap saja pria itu menggerutu di dalam hatinya.
'Awas saja, saat kepala prajurit Arga tidak mengawasimu aku ketok kepalamu sampai benjol!' batin Simin yang sepertinya memiliki rencana tidak baik untuk Wiratama.
"Wira, kalau kamu lempar-lempar seperti ini rusaknya akan lari" kata Ratna dengan lembut.
"Aku akan kejar!"
Setelah mengatakan itu, Warren segera berlari ke arah hutan di mana tadi arahnya melihat. Padahal, dari sekian banyak orang yang ada di rombongan tidak ada yang melihat rusa di tempat dimana Wiratama berlari itu.
"Dia hanya mengada-ada. Tingkat halusinasi tinggi sekali!" gumam Santo.
Kepala prajurit Arga sungguh hanya bisa kembali menghela nafas. Dia benar-benar memiliki tiga orang bawahan yang hanya bisa mengomel, mengeluh dan berencana melarikan diri saat ada bahaya mengintai dan mengancam mereka.
"Sudah, sudah. Kita istirahat di sini saja. Hari sudah mulai gelap. Sambil menunggu Wiratama kembali" kata kepala prajurit Arga kepada tiga anak buahnya.
Malam ini, yang bertugas berjaga adalah kepala prajurit Arga dan juga Simin. Santo dan Badrun. Makan dengan cepat bekal yang masih tersisa dan minum. Mereka sungguh ingin cepat beristirahat.
Sementara Warren, pria itu telah melakukan opsi penukaran dengan sistem. Warren mencari tempat yang cukup aman dan juga tidak terlalu jauh dengan rombongan.
"Sistem"
[Ting]
"Aku butuh rusa yang sudah mati. Dua ekor!"
[Penukaran dilakukan, menukar dua ekor rusa yang baru saja mati dengan 20 batang emas]
Warren langsung mengangguk setuju.
[Ting]
Dan tak lama kemudian muncullah di atas tanah dua ekor rusa yang baru saja mati karena terlihat lehernya masih meneteskan darahh segar.
"Wah, ini akan jadi makan malam yang lezat" kata Warren.
Warren segera menggeret kaki dua ekor rusa itu ke arah rombongan.
"Kepala prajurit Arga, lihat ini. Aku bawa dua mayatt"
Nyonya Wulandari yang tadinya sedang duduk tenang meminum air yang diberikan oleh Kepala prajurit Arga sampai terkaget-kaget. Dia pikir, apa yang dibawa Wiratama benar-benar mayat.
"Huhh" nyonya Wulandari sampai mengusap dadanya beberapa kali karena terkejut dengan ucapan anaknya tadi.
"Wah, kamu benar-benar menangkap mereka. Yang benar?" Simin tampak sangat tidak percaya.
Warren mengangguk bangga.
"Iya, aku menangkap mereka. Saat mereka terjebak di semak berduri sana ha ha ha"
Ratna tersenyum. Dia kira, adik iparnya itu benar-benar bisa menangkap dua ekor rusa sekaligus. Ternyata, dia hanya beruntung karena kedua ekor rusa itu sudah terjebak di semak berduri sampai mati jadi dia tinggal menariknya saja membawanya pulang ke tempat ini.
"Aku pikir kamu hebat. Ternyata..." remeh Simin.
***
Bersambung...
lanjutkan di tunggu up berikut nya