Rayana adalah seorang gadis ceria, dan juga ramah.
Namun saat itu entah kenapa Rayana tiba-tiba bisa dikejar oleh rentenir, dan bukan itu saja Rayana juga diteror oleh orang-orang pinjol mereka meminta agar Rayana membayar hutangnya jika tidak mereka mengancam Rayana dengan menyebarkan datanya dan juga foto-fotonya yang sudah mereka edit sekian rupa.
Pada akhirnya Rayana bertemu dengan Felix Mahendra seorang pemuda seorang CEO di perusahaan ternama, CEO muda dan terkenal cuek tak tersentuh, namun karena kakek Felix terus-terusan mendesak Felix untuk menikah, akhirnya Felix pun bertemu dengan Rayana dan mereka pun menikah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinda_Cahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anak Bangsa Genius
"Gue memang gak punya, tapi lo kan punya, kalau perlu lo gadai dulu deh mobil lo untuk biaya pengobatan kakek ini," jawab Rayana dengan entengnya seperti tanpa beban.
"Seenak jidat lo ngomong, kita gak kenal sama kakek ini, kenapa lo mati-matian mau nolong kakek ini?" tanya Boby yang masih dengan suaranya yang pelan.
"Bob, kalau menolong itu jangan setengah-setengah harus sepenuh hati, lagian kalau lo mau bantu gue kali ini, trauma gue sama lo bakalan hilang," jawab Rayana.
"Ck, lo bisa aja ya, beralasan," cibir Boby.
Akhirnya mobil Boby pun sampai didepan rumah sakit Medistra dan Rayana segera turun memanggil suster.
"Suster, suster, tolong kakek sakit, tolong ambilkan brangkar," pinta Rayana dengan ucapannya yang tak jelas.
"Baik bu, kami akan menolong kakek anda, ibu tenang dulu ya," ucap suster itu, dan mereka pun membawa brangkar kemobil Boby.
Dan saat suster-suter itu melihat siapa yang mereka bawa, mereka pun membulatkan kedua bola mata mereka.
"Pak Anton!" ucap seorang dokter yang mengenal dengan kakek yang di tolong oleh Rayana.
"Apa yang terjadi dengan anda? kenapa bisa terbaring seperti ini?" tanya dokter yang melihat kakek Anton yang terbaring lemah.
"Periksa pak Anton keseluruhan, jangan sampai tertinggal dan berikan obat yang terbaik jika sudah di periksa!" ucap seorang dokter yang mengenali kakek Anton.
Dokter itu pun mengambil ponselnya dan akan menelepon seseorang, namun tiba-tiba Rayana dan Boby pun datang.
"Dokter, gimana keadaan kakek itu? kakek itu tidak apa-apa kan?" tanya Rayana yang terlihat sangat khawatir.
"Kamu siapanya bapak ini?" tanya dokter itu yang menatap penampilan Rayana dari atas sampai bawah.
"Sa-saya, saya tadi menemukan kakek itu di pinggir jalan dokter," jawab Rayana
"Oh begitu," sahut dokter sambil menganggukkan kepalanya.
"Emmm... dokter, kakek itu gak kenapa-kenapa kan? kakek itu hanya kelelahan saja kan?" tanya Rayana yang tak dapat menyembunyikan kesedihannya.
Dokter itu pun mengerutkan keningnya menatap Rayana dengan intens.
"Kenapa kamu sangat mengkhawatirkannya? bukannya kamu bukan siapa-siapanya?" tanya dokter itu.
"Saya memang bukan siapa-siapanya dokter, tetapi saya khawatir sama kakek itu, kakek itu seperti kakek saya dulu yang sangat menyayangi saya, tetapi sekarang sudah tiada karena sakit, emmm... kalau masalah biaya dokter jangan khawatir ya, nanti saya akan bayar, yang penting dokter obati kakek itu dengan baik," jawab Rayana yang meminta dokter itu mengobati kakek itu.
"Kamu tenang aja ya, kakek kamu itu akan kami obati, dan sekarang kamu tunggu disini aja ya, saya mau lihat keadaan kakek kamu," ucap dokter.
"Baik dokter," sahut Rayana.
Rayana pun duduk diruang tunggu bersama dengan Boby.
"Bob, kali ini gue minta tolong sama lo, gue pakai uang lo dulu ya," pinta Rayana dengan memohon kepada Boby.
"I-iya Rey, gue akan kasih lo pinjam, tapi... kalau uang gue ada, sayangnya uang gue gak ada Ray, ATM gue masih di blokir, bokap gue masih hukum gue karena gue main terus," jelas Boby.
"Ck pelit banget sih lo sama gue!" decak Rayana yang merasa kesal dengan Boby.
"Ray... gue...."
"Pergi lo Bob! gue kesal sama lo! pergi lo foya-foya sama cewek-cewek lo!" Rayana menyela ucapan Boby, dan mengusir Boby dari sana karena Rayana murka dengan Boby.
Boby melihat sekitar tempat itu, dan semua orang sedang menatap mereka dan Boby pun akhirnya mengalah lalu pergi dari ruang tunggu karena takut mengganggu yang lain.
Setelah Boby pergi Rayana terduduk dikursi dengan menundukkan wajahnya dan menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"Astaga gue dapat duit darimana, gue kira gue bisa minta bantuan Boby lagi, tapi ternyata dia pun gak bisa diandalkan," gumam Rayana.
Rayana teringat sesuatu dan pasti itu bisa menjadi jaminan untuk pengobatan kakeknya.
"Apa gue minta sama cowok itu aja? kan dia minta gue jadi pacar pura-puranya?" pikir Rayana yang meminta bantuan kepada Felix.
"Tapi kalau dia gak mau gimana?" pikir Rayana kembali.
"Ah masa bodo, gue paksa aja, terserah deh dia mau anggap gue cewek apaan, yang penting gue dapat uang," batin Rayana.
Rayana pun mendatangi resepsionis untuk mengatakan sesuatu.
"Mbak," panggil Rayana.
"Ya bu, ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis tersebut.
"Emmm... mbak, sekarang ini saya belum punya uang untuk bayar biaya pengobatan kakek itu, tapi saya kasih kalung saya ini sebagai jaminannya, dan tolong jaga kalung ini dengan baik ya mbak karena ini sangat berharga bagi saya, dan besok saya akan kembali dan membawa uangnya," ungkap Rayana yang memberikan kalungnya.
"Tapi bu saya...."
"Mbak tenang aja, kalung ini laku kok dijual, tapi ini kalung kesayangannya, kenang-kenangan dari ibu saya mbak, tolong dijaga dan diterima ya mbak, saya takut rumah sakit ini gak mau ngobatin kakek tadi, kan kasihan," Belum sempat resepsionis itu menyelesaikan ucapannya Rayana sudah terlebih dahulu menyelanya dan langsung pergi tanpa mendengar penjelasan resepsionis itu.
Rayana pergi dengan menggunakan angkot dan mengabaikan Boby yang sebenarnya sedari tadi menunggunya namun Boby tak berani memaksa Rayana untuk ikut dengannya, karena ia sadar sudah ketiga kalinya mengecewakan Rayana.
"Padahal saya kan cuma mau bilang, ibu gak perlu khawatir dan gak usah repot-repot cari uang, apa lagi pakai jaminan seperti ini, orang yang ibu tolong itu pemilik rumah sakit ini," gumam resepsionis itu yang melihat Rayana melangkahkan kakinya dengan cepat meninggalkan rumah sakit.
Tak lama Rayana pergi, Boby pun pergi dan setelah mereka pergi masuklah sebuah mobil mewah dihalaman rumah sakit.
"Galang, jika terjadi sesuatu dengan kakek, maka ini semua adalah salah kamu!" seru Felix yang menatap tajam Galang.
"Astaga, kok bisa sih tuan besar berkeliaran dijalan, padahal gue minta dia nunggu dihotel," batin Galang.
Felix pun turun dari mobil, dan segera masuk kedalam ruang UGD.
"Dimana kakek saya?" tanya Felix kepada resepsionis.
"Pak Anton sudah dipindahkan ke ruangannya Felix," ucap dokter yang menghampiri Felix.
"Bagaimana keadaan kakek dokter?" tanya Felix.
"Kamu tidak perlu khawatir, kakek kamu tidak apa-apa, mungkin asmanya kambuh karena terpapar debu, atau asap," jawab sang dokter.
"Apa? bagaimana bisa kakek terpapar debu dan asap? bukannya dia dihotel?" cecar Felix.
"Saya juga tidak tahu Felix kenapa bisa terjadi, dan itu hanya pendapat saya karena wanita yang membawa pak Anton kemari mengatakan kalau dia menemukan pak Anton di pinggir jalan," jelas dokter Arya.