"Kau mengundang suami sah mu untuk menyaksikan istrinya dinikahi pria lain? lelucon apa yang sedang kau buat?. Dirimu, tubuhmu, bagian terdalam mu, hanya milikku. Ariana Raj Wallace." (Caesar Castillo Grayson).
Hawaii, tempat indah yang menghantarkan Ariana pada kehidupan baru. Ia mengalami kejadian apes yang membuatnya mendadak jadi istri seorang pria asing bernama Caesar selama 21 hari.
Setelah semuanya selesai, Ariana pergi tanpa memikirkan bahwa dirinya masih seorang istri dari seorang Caesar. Seiring berjalannya waktu, keduanya dipertemukan kembali. namun status pernikahannya harus disembunyikan.
.
.
Penasaran?
SIMAK KISAH SELENGKAPNYA>>
Note: Dilarang mencomot karya orang/plagiasi, silahkan keluar dengan aman!.
HAPPY READING^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23
"Sayang?."
"Sudah pulang?.
Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik menghampiri putrinya. Belen terkejut sekaligus antusias, ia segera menghampiri Ariana saat tiba di mansion.
Ariana tersenyum dan langsung berhambur pada pelukannya. "Mommy.." Rasanya Ariana ingin melepaskan semua masalahnya, ia ingin menceritakan semua tapi rasanya itu tidak mungkin.
"Hampir satu bulan ya kamu berlibur di Hawaii.. Tidak ada angin ataupun hujan, bablas sampai lupa pulang." Celoteh Belen, dan memang rasanya itu bukan Ariana. Rasanya ada yang aneh, tapi masuk akal juga jika Ariana memilih untuk melakukan hal itu. Belen sendiri memilih memaklumi karena pernah muda juga.
Ariana hanya diam tak membalas, ia membayangkan reaksi orang tuanya jika mengetahui bahwa putrinya selama di Hawaii telah melakukan pernikahan. Kira-kira bagaimana reaksinya?.
"Daddy mana?." Tanya Ariana
"Di ruangannya.. Cepat temui, jangan membuatnya menunggu."
"Baiklah."
Ariana berlalu, bersamaan dengan itu Diego muncul menyapa Belen.
"Tante.."
Belen menoleh, ia menyadari sesuatu bahwa Ariana pulang bersama Diego. Calon suaminya. "Ariana di dalam."
Diego segera menyusul Ariana yang memasuki ruangan Liam, Diego perlu memastikan percakapan apa saja yang dilontarkan Ariana. Jangan sampai wanita itu benar-benar nekat membatalkan pernikahan dan membongkar semua, Diego tak akan tinggal diam dan tak akan pernah menerima.
Sudut mata Liam teralihkan saat seseorang memasuki ruangannya. Ariana menyapa sang ayah yang sudah melemparkan tatapan tajam pada putrinya itu, namun Ariana tak mempermasalahkan. Ia mengembangkan senyum manisnya yang sumringah. "Dad.."
"Sudah puas?."
Ariana peka arah tujuan pertanyaan penuh sindiran itu.
"Sayangnya belum, jika bisa aku ingin lebih lama di Hawaii." Celoteh Ariana sengaja dengan sikapnya yang manja. Saat menghadapi daddy-nya jangan sampai menunjukkan sikap keras kepala.
"Ariana.." Liam menatap penuh selidik putrinya yang terlihat santai dengan senyumnya yang nampak merasa tak bersalah. "Daddy serius!."
Tak lama Diego muncul dan duduk di samping Ariana. Ia menyapa Liam dan melingkarkan tangannya pada perut ramping calon istrinya itu.
Raut wajah Ariana seketika berubah.
"Maaf om, aku sedikit telat membawa Ariana pulang." Ucapnya hangat penuh penekanan.
Ariana yang mengetahui maksud Diego langsung memberi batasan, ia melepaskan tangan Diego yang mendekapnya. "Jangan seperti ini, aku tak menyukainya."
Rahang Diego mengeras akan emosi, ini di luar dugaan. Ariana telah berterus terang menunjukkan bahwa hubungan mereka tidak seperti dulu lagi di hadapan Liam.
Tindakan mereka tak lepas dari pantauan Liam. Ia yang sudah merasa curiga sejak lama menatap penuh intimidasi kepada putrinya dan Diego. "Apa ada masalah? Pernikahan kalian kurang dari dua bulan lagi."
Diego cukup panik saat Liam berkata demikian. Pria itu segera tersenyum hangat. "Tidak om, kami baik-baik saja. Hanya sedikit ada kesalahpahaman, dan itu sudah biasa."
"Benar kan sayang?." Lanjutnya pada Ariana.
Rasanya Ariana ingin menampar mulut pria itu. Diego benar-benar memperdayanya akan keuntungan dia sendiri. Jemari Ariana meremas kuat ujung baju, pernikahan itu tidak akan pernah terjadi. Tentu Ariana akan mengungkap kebenarannya, tetapi tidak sekarang.
Ariana harus hati-hati dalam mengambil tindakan. Ia akan membatalkan pernikahan tanpa harus membiarkan kabar hubungannya dengan Caesar terungkap, tentunya itu ancaman dari mulut Diego.
Banyak tindakan yang harus dipertimbangkan, Ariana mengetahui resikonya dan ini sangat melukai perasaannya.
"Apa benar begitu Ariana?." Liam memastikan.
"Iya." Bohongnya, Ariana memilih mengikuti permainan Diego dulu.
Liam tak langsung menjawab. "Ariana telah kembali.. Beberapa rangkaian untuk mempersiapkan pernikahan yang sebelumnya tertunda, sekarang akan dipersiapkan hingga hari H tiba. Kalian akan disibukan untuk itu, dan berhenti bertengkar seperti ini. Kalian bukan anak kecil lagi!."
"Tentu om, jangan khawatir."
Ariana hanya diam tak menjawab apa-apa, tak lama wanita itu berdiri dari duduknya. "Dad, sepertinya aku butuh istirahat."
"Obrolan ini bisa dilanjut lain kali."
Melihat Ariana berlalu pergi, tangan Diego mengepal kuat. Separah inikah hasil dari pengkhianatan nya? Ariana terasa cukup jauh untuk ia genggam. Tetapi Diego tak akan melepasnya.
"Diego.." Sergah Liam.
"Iya om."
"Ariana adalah pewaris kedua perusahaan setelah kakaknya, Lucas. Dia putriku yang sangat ku jaga dengan baik, aku memilih mu untuk menjaganya seumur hidup karena melihat hubungan keluarga yang sudah lama terjalin."
"Sedikit saja kau merusak kepercayaan ku, kau sudah tahu akibatnya." Lanjut Liam terasa dalam dan mengikis. Ini seolah peringatan besar setelah melihat interaksi mereka barusan. Walaupun ia dengan orang tua Diego sangat dekat, Liam akan mengenyampingkan itu demi putrinya.
Mendengar ucapan Liam, Diego cukup tertampar, apa yang diucapkan Liam telah ia langgar. Diego harus berhati-hati untuk menjaga semuanya agar terlihat baik-baik saja. Kuncinya ada pada Ariana. "Jangan khawatir om, Ariana akan selalu ku jaga."
"Ku pegang ucapan mu."
Sementara itu..
Sesampainya di kamar, Ariana menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Tatapan wanita itu terlihat kosong menatap langit-langit kamar. Ia telah kembali namun dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Hampa, hening, dan hatinya terasa berat. Raganya berada di New York, tetapi pikirannya masih berkeliaran di Hawaii.
Wanita cantik itu memejamkan mata, ditepis berapa kali pun rasanya semakin sesak seolah tidak ada obatnya. "Apa yang sedang kau lakukan, Caesar.."
"Apa harimu baik-baik saja?."
"Ini tak mudah.. Bagaimana aku menghapus jejakmu?." Lirih Ariana sayu.
Ia telah mengambil keputusan, tetapi ia sendiri yang terbelenggu di dalamnya.. Ariana ingin tahu kabarnya, aktivitasnya, semua yang ada pada dirinya.. Namun jika mengingat fakta, rasanya itu mustahil.
"Aku...
Dari sudut mata Ariana, tak terasa mengalir air bening yang membasahi pipi. Bibir wanita itu gemetar menahan getir yang menjalar. "Kau pasti puas dan tak akan memberi ampun saat mendengar ini, Caesar.."
"Aku merindukanmu.. Membutuhkan mu di sini.."
Ariana membiarkan dirinya jatuh lebih dalam, 21 hari itu sangat berharga. Entah apa yang akan terjadi ke depannya, kenangan itu sepertinya akan tetap ia genggam seumur hidup.
Di tatapnya bekas merah yang belum hilang.. Sentuhan Caesar masih terasa sangat jelas, Ariana menyentuh lehernya dengan tatapan kosong.
Selama di rumah ia harus terus menutupi itu hingga bekasnya benar-benar hilang.
"Ini rasanya begitu menyiksa karena harus melupakannya juga."
Cukup lama Ariana menenangkan diri, hingga dering ponsel mengalihkan perhatian. Ada yang menghubungi Ariana, ia menerima panggilan itu tanpa melihat siapa pemanggil nya. Ariana benar-benar kehilangan tenaga.
"Hallo?."
"Sayang? Ini mama."
Pupil mata Ariana membesar, ia sontak melihat layar handphone. Jessica, mama mertuanya menghubungi. Nomor telepon itu tak Ariana blokir, ia tak menyangka Jessica akan menghubunginya.
"M-mama?."
"Kenapa tidak bilang kalau ada pekerjaan di luar? Mama mendatangi mansion tetapi kau tidak ada di sini, Ariana." Ujar Jessica.
Ariana yang mendengar itu terdiam. Apa Caesar yang membuat alasan itu sehingga semuanya terlihat baik-baik saja? Bukankah setelah kesepakatan berakhir semuanya akan kembali ke awal? Lantas kenapa ini seolah berlanjut.
"Hallo?."
"I-iya ma."
"Jadi kapan kau kembali, sayang?." Timpal Jessica memastikan. "Berapa hari lagi mengurus pekerjaan?."
Ariana meremas ujung baju, ia menghela nafas panjang seolah menangkap signal dari pria itu. Jika seperti ini apa boleh buat..
"Caesar, kau..."
"Nanti akan ku kabari lagi ma, mungkin cukup lama." Balas Ariana.
"Dasar ya anak itu! Masa membiarkan istrinya terjun langsung ke lapangan." Sewot Jessica.
Ariana terkekeh. "Aku yang menginginkannya ma, jangan memarahi Caesar." Hati Ariana hangat, rasanya ia merasa bersalah karena telah membohongi mertua sebaik Jessica.
"Oke kabari mama jika sudah kembali ke rumah nanti."
"Iya."
Sebelum panggilan berakhir, Ariana menyentuh dadanya yang terasa bergemuruh. "Ma.."
"Ya sayang?."
"Caesar.. Bagaimana dengannya? Bagaimana keadaannya? Apa dia tahu mama menghubungiku?.."
Jessica tak langsung menjawab, ia menoleh menatap putranya yang berada tak jauh dari posisinya berada.
Pria itu hanya diam dengan raut wajah datar.. Caesar menengadah, perlahan ia memejamkan mata setelah akhirnya dapat mendengar kembali suara Ariana..
Tapi rindu kan.........
pasti ide dari caesar...wah mereka akan bertemu d sana