NovelToon NovelToon
Cek Khodam Online

Cek Khodam Online

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Mata Batin / Hantu
Popularitas:678
Nilai: 5
Nama Author: ef f

gara-gara nonton cek khodam online yang lagi viral membuat Deni tertarik untuk mengikutinya. Ia melakukan segala macam ritual untuk mendapatkan khodam nya. Bukannya berhasil Deni justru diikuti setan berdaster, tapi sayang wujudnya kurang keren

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ef f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Musik dari radio tiba-tiba berhenti. Usai Deni tersentak mundur setelah mendengar suara seseorang perempuan. Suara itu begitu jelas, mengatakan sumolo wis teko yang berarti sumber memolo ( sumber mala petaka) sudah datang. Lama Deni terdiam memikirkan kalimat itu.

"Deni!"

"Eh, ayam ayam ayam". Untuk kedua kalinya dia terkejut setelah dipanggil ibunya.

"Ibu ngagetin aja".

"Kamu ngapain bengong aja disitu".

Deni tak langsung menyahut. Ia ragu saat ingin menceritakan peristiwa janggal itu. Kalaupun dia bercerita, tak langsung ibunya akan percaya begitu saja.

"Aku lagi liatin radio ini buk, emangnya benda jadul ini masih berfungsi ya? Kalo udah rusak, bawa ke tukang loak aja".

"Enak aja, ini itu kenangan-kenangan ibu dan bapakmu yang paling berharga, tiap hari ibu merawatnya, jadi bisa dipastikan ini masih berfungsi."

Mendengar itu, Deni hanya tersenyum simpul. Ia memahami gimana perasaan ibunya. Kehilangan suami tercinta sama saja seperti kehilangan kaki untuk berjalan. Segala sesuatu jadi tak seimbang. Ia sering merasa kesepian hingga radio itu yang jadi obat pelipur lara. Yah meski keduanya tak sama.

"Tadi ibu dari mana? Aku pulang kok ibu gaada? Tanya Deni mengubah topik yang bisa jadi kesedihan ibunya

"Iya, ibu habis dari rumah mbok yem".

Mana itu tentu tak asing lagi. Wanita sepuh yang jadi tukang jamu itu memang tinggalnya tak jauh dari rumahnya. Bahkan menurut cerita ibunya, swmasa kecil ia sering dirawat oleh beliau.

"Ngapain ibu kesana? Ngehibahin aku lagi?".

"Bukan, tadi anak sama cucunya mbok yem yang tinggal di kota lagi pulang, jadi ibu jenguk mereka " Deni mengangguk-anggukkan kepala, tanpa melanjutkan obrolan dia masuk ke kamarnya.

Hari belum sepenuhnya gelap, pias cahaya yang merekah jingga membuat Deni tertarik membuka jendela. Pemandangan alami sejenak dapat mengusir rasa gundah yang tadi menimpa.

Beberapa saat sebelum Deni menutup jendela, tiba-tiba ia melihat seorang gadis kecil yang berdiri menatapnya dari balik pohon pisang. Keberadaan gadis itu membuat dirinya terkejut. Ia yakin jika gadis itu adalah manusia. Hanya saja Deni tidak bisa memastikan dari mana san sejak kapan gadis itu ada disana.

Mendadak isi kepalanya dipenuhi ide jahil. Dengan sorot mata mengejek, Deni membalas tatapan anak kecil itu, ia juga mengeluarkan permen lollipop dari tasnya dan melahap perlahan-lahan agar gadis itu juga menginginkannya.

Sesekali ia tertawa cekikikan karena gadis itu menelan ludah sambil melayangkan tatapan tak suka. Namun gelak tawanya hanya sementara. Sebab setelahnya, muncul bayangan hitam legam tinggi besar berdiri di belakang gadis kecil itu.

Bola mata Deni seketika membelalak. Ia berdiri mematung, perasannya didominasi antara takut dan tak percaya. Bahkan setelah mengucek mata berkali-kali untuk memastikan. Namun gadis kecil dan makhluk itu masih berdiri disana seraya menyimpan kemarahan yang luar biasa.

"Apa aku udah kelewatan ya? Sepertinya anak itu marah banget". Gumam Deni merasa takut

"Kamu liatin apa sih Den?" tanya Sulastri yang melihat gelagat anaknya.

"Itu bu, aku liat ada anak kecil berdiri di belakang pohon pisang. Sepertinya bukan anak kampung sini". Balas Deni sambil menunjuk ke arah gadis kecil yang masih menatapnya tajam.

Sulastri mendekat untuk memastikan anak kecil itu. Tapi ia nampak biasa seakan tau anak siapa itu.

"Oh, itu cucunya mbok yem yang ibu ceritakan tadi". Sambung ibunya.

"Oh, pantesan baru liat".

"Kamu jangan jahil ya sama dia, anak itu berkebutuhan khusus. Nanti malam kita main ke rumah mbok yem, pasti anaknya pangling sama kamu".

Deni mengangguk dengan malas, ia tidak terlalu serius menanggapi. Apalagi dia tidak terbiasa berinteraksi dengan para tetangga. Hanya saja, sesudah menutup jendela kamarnya, ia masih terbayang-bayang oleh tatapan yang dilayangkan gadis kecil itu.

Setelah melaksanakan kewajiban empat rakaat, Sulastri mengajak Deni untuk berkunjung ke rumahnya mbok yem.

"Cepetan Den, keburu kemaleman".

"Harus malem ini ya bu? Besok gak ada hari lagi ta?" balas Deni menggerutu.

"Bukannya gitu, emangnya kalau siang kamu ada waktu? Ingat nak, mbok yem sangat berjasa semasa kecil kamu dulu. apalagi kamu sering ngompol kalo ibu titipin ke rumahnya."

Jurus yang dikeluarkan Sulastri berhasil membuat Deni mengangguk pasrah. Waktu belum terlalu larut untuk bertamu hingga mereka berdua menuju ke eumah mbok yem yang jaraknya hanya beberapa meter.

Tok! Tok! Tok!

Sulastri mengetuk pintu sambil berucap salam. Sesaat kemudian kuluarlah seorang wanita sepuh menyambut kedatangan mereka berdua dengan wajah bahagia.

"Maaf ya mbok, malem-malem bertamu, kalau siang Deni nggak sempat".

"Ndak papa, simbok justru senang kalian datang".

Setelah berbasa basi, Deni dan ibunya dipersilahkan masuk ke dalam. Ketika ia baru duduk, pandangannya langsung tertuju pada dua anak kecil yang sedang asik bermain, dan salah satunya adalah gadis kecil yang dilihatnya sore tadi.

Ia menatap gadis itu tanpa berkedip. Tentunya si kecil mengenali wajah Deni. Tak lama kemudian muncul seorang wanita dari bilik kamar dan duduk tepat disamping mbok yem.

"Ini Deni mbak?" Ujar wanita itu sambil menatapnya

"Iya, ini Deni yang dulu sering main kesini ".

"Wah udah bujang ya mbak, beda sama dulu, saya jadi ingat waktu dia lari dikejar warga sekampung gara-gara gak mau disunat hahahaha".

Mereka tergelak saat mengenang masa kecil Deni yang terkenal badung dan nakal, di sisi lain, yang diomongin tertunduk malu.

"Iya, mana gak pakai celana lagi hahahaha". Sambung Sulastri tak mau kalah.

"Kamu inget denganku gak Den?"

"Eh, mbak Ratih ya?"

"Wah, tenyata belum lupa. Padahal aku udah bertahun tahun gak pulang ke rumah. Oh ya, kenalkan ini dua anakku".

Wanita yang bernama Ratih itu memanggil dua anaknya yang memiliki selisih dua tahun. Entah mengapa posisi duduk Deni mendadak tak nyaman, apalagi saat gadis kecil itu menghampirinya.

"Duh! Mati aku".

1
Ikhsan Adriansya
lanjut kk
Ikhsan Adriansya
astoge/Joyful/
Ikhsan Adriansya
bagus
Slemkleseman
semoga menghibur
Slemkleseman: update tiap hari ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!