NovelToon NovelToon
Doa Kutukan Dari Istriku

Doa Kutukan Dari Istriku

Status: tamat
Genre:Kutukan / Pelakor / Cerai / Penyesalan Suami / Selingkuh / Romansa / Tamat
Popularitas:1.7M
Nilai: 5
Nama Author: Santi Suki

Vandra tidak menyangka kalau perselingkuhannya dengan Erika diketahui oleh Alya, istrinya.


Luka hati yang dalam dirasakan oleh Alya sampai mengucapakan kata-kata yang tidak pernah keluar dari mulutnya selama ini.


"Doa orang yang terzalimi pasti akan dikabulkan oleh Allah di dunia ini. Cepat atau lambat."


Vandra tidak menyangka kalau doa Alya untuknya sebelum perpisahan itu terkabul satu persatu.


Doa apakah yang diucapkan oleh Alya untuk Vandra?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

Vandra menyalakan mesin mobil sewaan yang baru diambilnya pagi-pagi sekali. Aroma wangi dari pewangi mobil menyebar lembut, bercampur dengan harumnya parfum khas Vandra. Dalam hati, ia berusaha meyakinkan diri bahwa hari ini akan berjalan baik.

Sudah lama Vandra tak menghabiskan waktu bersama kedua anaknya. Sudah lama juga tak mendengar tawa mereka tanpa dibatasi rasa bersalah dan jarak. Di pikirannya, terlintas bayangan masa lalu, Alya duduk di sampingnya sambil menenangkan Vero yang rewel. Ingatan itu menusuk, seperti pisau yang digoreskan perlahan ke dalam dada.

Kini, di kursi penumpang sebelah, bukan Alya yang duduk di sana, melainkan Erika, istrinya saat ini. Wanita itu tampak anggun, mengenakan blouse putih dan rok krem selutut. Tas tangan bermerek diletakkan di pangkuannya, sementara kacamata hitam tergantung di kerah bajunya. Penampilannya sempurna, tetapi dingin. Tak ada kehangatan dalam tatapannya, hanya kesombongan yang halus.

Erika menggeser posisi duduk, melirik Vandra dengan senyum menggoda.

“Tumben kamu semangat sekali hari ini, Mas. Apa segitu menyenangkan buatmu untuk liburan sama mereka?” tanya Erika dengan nada sinis.

Vandra hanya tersenyum tipis. “Aku sudah janji sama anak-anak. Hari ini milik mereka.”

Nada suaranya tenang, tetapi dalam hatinya, ia berdoa agar perjalanan ini tidak berubah menjadi bencana.

Dua anak laki-laki di teras depan rumah, sedang memakai sepatu. Sang kakak merapikan sepatu adiknya agar terpasang dengan benar.

"Nah, sudah selesai!" ucap Vero tersenyum lembut kepada adiknya.

"Makasih," balas Axel, lalu mencium pipi sang kakak.

Terdengar suara klakson mobil yang memasuki halaman rumah. Begitu mobil berhenti, Vero dan Axel sudah berdiri di sana, menatap penuh antusias. Akan tetapi, semangat mereka seketika meredup ketika melihat pintu mobil terbuka dan sosok Erika keluar lebih dulu.

Vero menatap dengan dahi berkerut. Wajah wanita itu mengingatkannya pada suatu kenangan samar yang tidak menyenangkan. Sedangkan Axel hanya memandang polos, tak paham siapa wanita cantik yang muncul bersama ayahnya.

Vandra buru-buru keluar, mencoba mencairkan suasana. “Kakak, Adik, ayo! Ayah datang, nih. Bunda mana?”

Anak-anak saling pandang sebelum Vero menjawab, “Bunda ada di dalam, lagi siapin bekal.”

Dari dalam rumah terdengar langkah kaki. Tak lama kemudian, Alya muncul. Ia memakai gamis sederhana berwarna hijau toska dengan jilbab pashmina yang senada. Wajahnya terlihat lembut, dan matanya menyiratkan ketenangan yang anehnya justru membuat Erika menegang. Di tangan Alya tergantung dua tas kecil berisi makanan dan minuman.

Begitu pandangan mereka bertemu, waktu seakan berhenti sejenak. Alya tertegun. Walau Erika tak lagi mengenakan jilbab seperti dulu, ia mengenalinya. Wajah itu terlalu lekat di ingatannya. Wanita yang ikut menghancurkan rumah tangganya.

Alya memilih diam, menahan diri agar anak-anak tidak merasakan ketegangan yang tiba-tiba melingkupi udara pagi itu.

“Sudah siap, kan?” tanya Vandra sambil memaksakan senyum.

Alya mengangguk.

“Kakak, jaga baik-baik Adik, ya. Jangan merepotkan Ayah.”

“Oke, Buna!” jawab Axel semangat.

“Iya, Bun,” sahut Vero, lebih tenang tetapi masih menatap ke arah Erika dengan rasa penasaran.

Vandra memperhatikan mereka dengan mata yang sulit disembunyikan rasa rindu. Ia menelan ludah sebelum berkata pelan, “Kamu nggak ikut, Alya?”

Alya menggeleng lembut. “Tidak, Mas. Biar kalian bebas habiskan waktu bersama. Aku juga lagi banyak pesanan dari pelanggan.”

Jawaban itu terasa seperti jarum kecil yang menusuk pelan di dada Vandra. Ia sebenarnya berharap Alya ikut. Ada kerinduan yang tak bisa ia jelaskan, keinginan sederhana untuk melihat keluarga itu utuh meski hanya beberapa jam.

Erika memperhatikan mereka tanpa berkata apa-apa. Namun dalam hatinya berkecamuk berbagai pikiran.

“Dia makin cantik. Apa dia operasi plastik?” batin Erika getir. Ada rasa tidak rela melihat wanita itu berdiri begitu tenang, seolah kehidupan tak pernah menyakitinya.

“Titip anak-anak, ya, Mas,” ucap Alya lembut, senyumnya sopan tapi dingin.

“Tentu saja,” jawab Vandra agak kaku. “Tanpa kamu minta pun aku akan jaga mereka baik-baik.”

Nada suaranya terdengar sedikit tersinggung, seolah ingin membuktikan sesuatu.

Alya hanya mengangguk kecil, lalu membungkuk mencium kening kedua anaknya.

“Hati-hati di jalan, ya. Jangan lupa makan siang. Dan jangan terlalu capek.”

Vero dan Axel mengangguk bersamaan, lalu berlari kecil menuju mobil. Alya menatap punggung mereka sampai menghilang di balik pintu. Di wajahnya tersirat campuran bahagia dan cemas. Bahagia karena anak-anak akan bersenang-senang, tetapi cemas karena sosok Erika kembali muncul di lingkar hidupnya.

Sementara itu, Erika memasang senyum kemenangan kecil ketika melihat Alya berdiri di depan rumah dengan wajah datar. Ia menggenggam tangan Vandra seolah ingin menegaskan posisinya.

Namun Vandra tidak membalas genggaman itu. Tatapannya justru tertuju pada Alya yang masih berdiri di teras, lalu perlahan menutup pagar rumah.

Tak jauh dari sana, di rumah sebelah, Albiruni berdiri di balik jendela bersama putranya, Ali. Mereka mengamati kejadian itu diam-diam.

“Papa, itu wanita yang dulu bikin Bunda Alya nangis, kan?” tanya Ali lirih, menatap ke arah Erika.

Albiruni mengangguk perlahan, wajahnya tegang. “Ya, Nak. Tapi kita diam saja dulu.”

Ali mengerutkan kening. “Untung kita akan ikutin mereka diam-diam, ya?” katanya polos.

Albiruni tersenyum tipis, mengusap kepala anaknya. “Kadang, mengawasi dari jauh lebih baik daripada ikut campur. Tapi kalau ada bahaya, kita nggak boleh tinggal diam.”

Dalam hatinya, Albiruni merasakan firasat buruk. Ia tahu betul bagaimana masa lalu Alya yang kelam, dan siapa yang menjadi penyebab semua luka itu. Ia hanya bisa berharap, hari ini tidak akan membuka kembali luka lama yang belum sepenuhnya sembuh.

Mobil yang dikendarai Vandra akhirnya meluncur meninggalkan halaman rumah. Suasana di dalam mobil awalnya canggung.

Vero memandangi pemandangan di luar dengan mata berbinar, sementara Axel diam sambil memainkan mainan kecil di tangannya.

Erika menatap lurus ke depan, bibirnya sesekali menipis setiap kali Vandra memuji tingkah lucu anak-anaknya.

Mobil itu terus melaju, melewati jalan utama kota. Pohon-pohon rindang berbaris di sisi jalan, meneduhkan suasana. Dari kaca belakang, matahari mulai naik perlahan, memantulkan cahaya keemasan yang lembut di rambut Vero dan Axel.

Vandra menatap mereka lewat kaca spion, senyum samar terbit di bibirnya. “Dulu, waktu Vero kecil, tiap lihat hewan di buku pasti minta dibawa ke kebun binatang,” katanya, setengah bicara pada dirinya sendiri.

“Adik, kita akan lihat gajah! Lihat singa juga!” ucap Vero kepada Axel, tersenyum lembut penuh kasih sayang.

Axel menepuk tangan. “Yeay!”

Tawa kecil itu mengisi kabin mobil, menghapus sebagian beban di dada Vandra, setidaknya untuk sementara waktu.

Sementara Erika masih diam. Di balik senyumnya, ada sesuatu yang disembunyikan. Bukan hanya rasa tidak suka pada Alya, tetapi juga ketakutan. Takut kehilangan tempat yang selama ini ia perjuangkan dengan segala cara.

Di kejauhan, Albiruni yang mengendarai mobil antik miliknya yang jarang dipakai, bersama Ali mengikuti dari jauh. Tatapannya fokus, penuh kewaspadaan.

“Papa, mereka mau ke mana?” tanya Ali.

"Tidak tahu. Tapi, sepertinya menuju ke kebun binatang," jawab Albiruni.

Mobil mereka terus mengikuti hingga hilang di tikungan.

1
Emn Sc
g punya malu
Hanny Bund
kok GK ada thor AQ klik
🌸Santi Suki🌸: Itu karya Author: Aisyah AlFatih. Ketik saja nama Author nya, Kak
total 1 replies
Ipeh Saripeh
itu pemikiran suhu pelakor kyk penyanyi pelakor.yang cari tumpangan hidup bergelimang harta.sampai" dilabrak anak suaminya dirumah simpruk ttp gak punya malu
Emn Sc
dia yg salah mengapa Aliya yg d salahkn
Nar Sih
udah hadir kakk👍
Nar Sih
siap kakk ,tpi yg lama blm end lho kak lama up nya bayi kembar kapten dirga🙏
🌸Santi Suki🌸: Aamiin 🤲
total 3 replies
Al Fatih
otw k sana kaka
Niza Neza
dasar stres yaa ko gak berubah. malah keluar pejara bawa dendam
Niza Neza
aku baca ep ..ini sampek nangis. jiwa ku sakit kalau menyangkut anak2
Niza Neza
ooo erika ini sejenis wanita serakah gak tau malu.dn semua sebutan yg buruk jatuh pada Erika ternyata. goblog bener ya vandra
Emn Sc
Thor jdkan s vadra terjnkit penyakit menjijikan..Karen imbas dari Erika yg sering gonta-ganti pasangan.
Emn Sc
pool Aliya
Niza Neza
Alya cengeng gak mut jadinya
quile
hehh Lampu Phillip,Terlalu PD nggk sihh😄😄
Mia Awalia
sayang skli pengalaman dan hukuman tidak mmbuat Erika sadar
Nani Te'ne
Suka
Yulay Yuli
Kalau cerita Bagus, pasti cepet tamatnya 🤭
Yulay Yuli
Ali kadang disebut ya😄
Yulay Yuli
impoten nih vandra
Yulay Yuli
terhura😢
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!