Perjalanan Menjadi Dewa Terkuat

Alun-alun Gerbang Utara adalah tempat yang jarang dikunjungi oleh murid biasa. Terletak di bagian paling utara dari sekte, tempat ini adalah sebuah platform batu giok raksasa yang menjorok ke tepi tebing, menghadap ke lautan awan yang tak berujung. Hari ini, tempat itu dipenuhi oleh aura kekuatan.

Sekitar seratus murid berkumpul di sini. Tidak ada satu pun dari mereka yang berada di bawah ranah Dou Zhe Bintang Lima. Mereka adalah elit sejati dari Divisi Murid Dalam dan Inti, para naga dan phoenix dari generasi muda Sekte Langit Senja. Suasananya tegang dan penuh persaingan, setiap orang menilai kekuatan saingan mereka.

Saat Tian Feng tiba, kehadirannya langsung menyebabkan riak kecil. Jubah murid luarnya yang sederhana tampak sangat tidak pada tempatnya di antara jubah-jubahan murid dalam dan inti yang disulam dengan indah. Namun, tidak ada yang berani meremehkannya. Kisah tentang kemenangannya di turnamen dan, yang lebih penting, statusnya sebagai murid pribadi Tetua Huo, telah menyebar ke seluruh penjuru sekte. Tatapan yang ia terima adalah campuran dari rasa ingin tahu, kewaspadaan, dan sedikit permusuhan.

"Kau terlambat," sapa Ling Yue sambil tersenyum saat Tian Feng bergabung dengannya dan Han Xue.

"Lihat sekeliling," bisiknya. "Semua nya sudah berkumpul di sini."

Ia dengan cepat menunjuk beberapa tokoh kunci. "Itu Jian Wuchen, si maniak pedang, Murid Inti nomor dua. Jangan pernah melawannya dalam pertarungan jarak dekat. Di sana itu Mo Chen, nomor tiga, otaknya lebih berbahaya dari kekuatannya. Dan tentu saja..."

Pandangan mereka tertuju pada Feng Xuan. Sang Kakak Senior Pertama berdiri agak terpisah, dikelilingi oleh beberapa pengikutnya yang paling kuat. Ia tidak terlihat tegang sama sekali, hanya menatap lautan awan dengan ketenangan seorang raja. Saat ia merasakan tatapan Tian Feng, ia menoleh dan memberinya anggukan singkat sebagai pengakuan.

Tiba-tiba, tekanan yang luar biasa turun dari langit. Seluruh alun-alun menjadi sunyi.

Lima sosok tetua muncul di udara, aura mereka yang sekuat lautan menekan semua murid hingga sulit bernapas. Di depan mereka berdiri seorang pria paruh baya dengan jubah emas, wajahnya agung dan penuh wibawa. Dia adalah Wakil Master Sekte, seorang ahli di puncak ranah Dou Huang.

"Anak-anak," suaranya tidak keras, tetapi terdengar jelas di telinga semua orang. "Kalian semua adalah harapan masa depan sekte. Perjalanan ke Dunia Bayangan kali ini adalah ujian sekaligus kesempatan terbesar kalian."

Ia menatap tajam ke arah seratus murid itu. "Tempat itu berbahaya. Energi korosif akan mengikis Dou Qi-mu, dan roh-roh pendendam akan memburu jiwamu. Setiap tahun, ada murid yang tidak kembali. Ingat, kelangsungan hidup adalah prioritas utama."

"Namun," lanjutnya, suaranya kini bergetar karena semangat, "risiko besar datang dengan hadiah besar. Di dalam sana ada herbal kuno, inti monster bayangan, dan warisan dari para ahli masa lalu. Dan kali ini, ada kemungkinan Bunga Jiwa Tujuh Warna akan mekar."

Mata para murid bersinar dengan keserakahan dan ambisi.

"Tujuan kalian adalah mencari kesempatan untuk diri sendiri dan kehormatan untuk sekte. Persaingan di antara kalian diizinkan, tetapi membunuh sesama murid sekte adalah kejahatan yang tidak akan diampuni! Musuh sejatimu adalah para jenius dari sekte lain yang juga akan masuk ke sana. Mengerti?!"

"MENGERTI!" seratus suara menjawab serempak, mengguncang awan.

Wakil Master Sekte mengangguk puas. Ia kemudian memberi isyarat kepada empat tetua lainnya. Mereka berlima terbang ke lima titik di atas tepi tebing, membentuk formasi.

"BUKA GERBANGNYA!"

Kelima tetua itu meraung. Mereka mengangkat tangan mereka, dan lima pilar Dou Qi yang dahsyat—emas, hijau, biru, merah, dan kuning—meluncur dari telapak tangan mereka, bertemu di satu titik di udara kosong di atas tebing.

KRRRAAAKKK!

Udara di titik pertemuan itu tampak retak seperti cermin. Sebuah robekan hitam pekat mulai terbentuk, berputar dan meluas dengan cepat, membentuk sebuah pusaran bulat yang berdenyut dengan energi gelap yang kacau. Sebuah aura yang kuno, dingin, dan mematikan merembes keluar darinya, membuat semua murid bergidik.

Itulah Gerbang Dunia Bayangan.

"Gerbang akan tetap terbuka selama satu bulan!" teriak Wakil Master Sekte. "Sekarang, MASUK!"

Tanpa ragu, Feng Xuan dan kelompoknya melesat lebih dulu, sosok mereka ditelan oleh pusaran hitam itu. Diikuti oleh Jian Wuchen, Mo Chen, dan kelompok-kelompok murid lainnya yang bergegas masuk.

"Ayo pergi," kata Tian Feng pada Ling Yue dan Han Xue.

Mereka bertiga mengangguk dan melesat menuju gerbang.

Saat Tian Feng melintasi ambang batas dimensi itu, ia merasakan sensasi aneh seolah tubuhnya ditarik dan diremas pada saat yang bersamaan. Rasa dingin yang menusuk jiwa menyelimutinya.

Cahaya menghilang, digantikan oleh dunia yang sunyi di bawah langit berwarna abu-abu yang tidak memiliki matahari.