NovelToon NovelToon
Tuan Muda Playboy & Gadis Desa

Tuan Muda Playboy & Gadis Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Playboy / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Demar

Oliver Alexander, pewaris tunggal keluarga kaya raya, hidupnya penuh dengan pesta, wanita, dan gemerlap dunia malam. Baginya, cinta hanyalah permainan, dan wanita hanyalah koleksi yang berganti setiap saat. Namun, gaya hidupnya yang semakin tak terkendali membuat sang ayah geram.
Sebagai hukuman sekaligus peringatan, Oliver dipaksa turun tangan mengurus salah satu pabrik keluarga di desa terpencil. Awalnya ia menolak, tapi ancaman kehilangan segalanya membuatnya tak punya pilihan.
Di sanalah ia bertemu Laras Maya, gadis desa sederhana yang polos, lugu, bahkan terlihat norak di matanya. Dunia mereka begitu berbeda, bagaikan langit dan bumi. Tapi semakin lama, Oliver justru menemukan sesuatu yang tak pernah ia rasakan dari wanita-wanita cantik di kota, yaitu ketulusan.
Laras yang apa adanya perlahan meruntuhkan tembok arogan Oliver. Dari sekadar kewajiban, hari-harinya di desa berubah menjadi perjalanan menemukan arti cinta dan hidup yang sesungguhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bermalam di Gubuk

Kini Oliver terjebak bersama Laras si gadis desa di sebuah gubuk reyot yang hampir roboh. Atapnya bocor di sana-sini, hanya sedikit bagian yang kering namun itu cukup untuk mereka duduk berdampingan.

“Om, sini lebih dekat ke lampu minyak biar nggak gelap banget,” suara Laras lembut, tanpa ada maksud lain. Ia sibuk menyalakan pelita kecil dan menutup celah atap dengan daun pisang agar air hujan tidak menetes tepat di atas kepala mereka.

Oliver mendengus. “Ckck, beginikah cara kalian hidup? Tidur di gubuk basah, makan seadanya dan pakai lampu dari minyak?”

Laras menoleh, tersenyum tipis. “Iya Om, kalau di desa sudah biasa kok. Nggak susah-susah amat kalau dinikmati dengan bersyukur.”

Jawaban sederhana itu justru membuat Oliver makin kesal. Baginya, tidak ada satu pun hal yang bisa dinikmati dari tempat seperti ini.

Laras kemudian membuka rantang yang ia bawa. Aroma nasi hangat bercampur sayur lodeh sederhana langsung memenuhi gubuk.

“Om lapar nggak? Saya bawa bekal, tadinya buat Bapak, tapi kebetulan bisa dimakan bareng,” katanya sambil menyodorkan piring plastik.

Oliver sempat meringis. Makanan kampung, tanpa plating cantik, tanpa daging mahal. Tapi perutnya sudah protes keras sejak sore tadi. Dengan terpaksa, ia makan juga.

Suapan pertama membuatnya terdiam. Nasi liwet yang sudah dingin, sayur lodeh gurih, sambal terasi pedas. Semua begitu sederhana, tapi rasanya mengejutkan.

Laras tersenyum puas melihat Oliver makan, padahal ia sendiri hanya menyendok sedikit. “Enak, ya? Itu sambalnya saya yang bikin. Bapak suka banget kalau saya bawain.”

Oliver berusaha menjaga wajah datar, menolak menunjukkan bahwa ia menikmati. “Ya… lumayanlah,” katanya asal.

Sambil makan, Laras bercerita ringan tentang kehidupan sehari-hari mulai dari memasak, menyiangi kebun kecil, mengantar makan untuk bapaknya yang kerja di ladang tebu.

Oliver menatapnya dalam, tapi Laras terlihat santai ditatap begitu. Dalam hatinya, ia menggerutu.

“Cewek ini sama sekali nggak nunjukin ketertarikan padaku?”

Biasanya, setiap wanita yang bersamanya selalu mencari cara untuk terlihat menggoda, mengedip manja, menyentuh lengannya bahkan tak sungkan menunjukkan tubuhnya. Tapi gadis ini?

“Masa iya ada cewek yang beneran polos kayak gini? Jangan-jangan dia cuma pura-pura lugu biar aku simpati.”

Oliver mendengus kecil, menatap ke arah lain.

“Dasar aneh. Biasanya cewek berlomba cari perhatianku, yang ini malah nggak peduli sama sekali.”

Egonya terusik. Ia terbiasa jadi pusat perhatian, tapi gadis ini memperlakukannya biasa saja, seperti karyawan pabrik yang kebetulan kecelakaan.

Ketika hujan makin deras, Oliver mengeluh pelan. “Kakiku sakit… sial.”

Laras menoleh cepat. “Mau saya pijetin, Om? Biar agak mendingan.”

Refleks, Oliver langsung menolak kasar. “Tidak usah! Aku nggak butuh sentuhan gadis kampung.”

Sejenak suasana hening. Tapi bukannya tersinggung, Laras malah tersenyum maklum. “Iya Om, nggak apa-apa. Saya ngerti Om nggak biasa. Tapi kalau nanti makin sakit, Om bilang aja, ya?”

Oliver terdiam. Biasanya, penolakan seperti itu membuat wanita lain ngambek atau marah. Tapi Laras? Ia justru menerima dengan tenang, tulus, dan tanpa drama. Itu membuat Oliver makin bingung.

Oliver bersandar di dinding gubuk, menatap hujan yang tak kunjung reda. Dalam pikirannya, ia membandingkan Laras dengan Selena wanita seksi yang seharusnya ia temui malam ini kalau bukan karena terjebak di desa.

Selena selalu berdandan mempesona, baju ketat dan parfum yang mahal. Tidak ketinggalan suara manja penuh rayuan memikat. Bersamanya, Oliver selalu merasa di atas angin.

Sedangkan Laras? Bajunya kebesaran, rambutnya agak berantakan, tangannya belepotan tanah karena tadi menutup atap bocor. Tidak ada rayuan, tapi justru itu yang membuatnya terusik.

Hujan masih deras. Laras akhirnya tertidur dalam posisi duduk bersandar di dinding gubuk. Wajahnya terlihat damai meski cahaya lampu minyak redup. Napasnya teratur, seperti anak kecil yang tak punya beban.

Oliver melirik sebentar, lalu buru-buru membuang muka. Ada sesuatu yang mengganjal di dadanya, perasaan aneh yang tak bisa ia definisikan.

Ia mendengus lagi, mencoba menepis pikirannya. “Gadis aneh.”

Anehnya meski sudah membuang muka berulang kali pada akhirnya pandangan Oliver selalu tertuju pada orang yang sama, Laras. Memandang gadis itu yang terlelap bak bayi tanpa dosa membuatnya tenang lalu tenggelam dalam tidur yang nyenyak.

Udara pagi di hutan masih lembap, bekas hujan semalam menetes dari dedaunan. Tanah becek membuat setiap langkah sulit. Oliver Alexander membuka mata dengan wajah masam. Badannya pegal, bajunya kotor, dan kakinya masih terasa nyeri. Ia menghela napas panjang.

“Seumur hidup baru kali ini aku nginep di hutan,” gumamnya kesal.

Di sampingnya, Laras sudah bangun lebih dulu. Rambutnya yang panjang dikuncir seadanya, pipinya masih basah bekas embun, tapi senyum cerianya tetap muncul. Ia tampak sibuk memungut ranting kering, seolah sedang berkemah bukan tersesat.

“Kakinya masih sakit, ya?” tanyanya polos, menoleh pada Oliver.

“Jelas lah!” Oliver mendengus, menahan rasa nyeri ketika mencoba bangkit. “Aku butuh dokter, bukan ditanya-tanya.”

Laras menatapnya sebentar, lalu berjalan mendekat. “Kalau gitu, ayo kita pulang. Aku tahu jalan, kok.”

Oliver mengerutkan dahi. “Hah? Kamu yakin? Semalam kamu juga nggak tahu arah.”

“Semalam gelap. Sekarang sudah terang, lebih gampang lihat jalannya.” Laras tersenyum lagi, penuh keyakinan.

Oliver hendak membantah, tapi tubuhnya terlalu sakit untuk berdebat. Ia hanya menggerutu pelan. “Terserah deh, asal cepat keluar dari hutan bodoh ini.”

Laras mendekat dan tanpa ragu menarik lengan Oliver, meletakkannya di atas bahunya. Tubuh Laras kecil, mungil, bahkan tingginya jauh di bawah dada Oliver. Namun gadis itu menopang dengan kuat, langkahnya mantap di tanah yang licin.

Oliver kaget sendiri. “Hei, jangan sok kuat. Kamu bisa jatuh!”

“Tenang aja, Om. Aku udah biasa angkat air sama kayu bakar dari sungai,” jawab Laras ringan, seperti hal itu sesuatu yang lumrah.

Oliver mendengus, setengah kesal setengah kagum. Tubuhnya besar, tapi gadis kecil itu sanggup menahan berat badannya yang terpincang-pincang. Kadang ketika ia hampir tergelincir, Laras dengan cekatan menahan pinggangnya agar tidak jatuh.

“Pria sepertiku, yang biasa dikagumi dan dilayani, sekarang malah diseret keluar hutan sama gadis kurus kampung ini. Kalau pacarku melihat, bisa habis reputasiku,” gerutunya dalam hati.

Namun langkahnya tetap mengikuti Laras, karena tidak ada pilihan lain.

Jalanan becek membuat Oliver beberapa kali terpeleset. Satu kali ia hampir terjatuh ke kubangan, namun Laras cepat menahan lengannya.

“Hati-hati, Om! Licin.”

Oliver menggeram. “Aku bisa jalan sendiri, tahu!”

Laras hanya tertawa kecil. “Iya, iya. Tapi jangan maksa juga. Kalau jatuh makin susah jalannya.”

Oliver diam, wajahnya merah karena gengsi. Dalam hati ia makin kesal. “Kenapa dia biasa saja? Tidak tampak sakit hati atau kesal. Sial, aku Oliver Alexander, pewaris perusahaan besar. Kenapa hidupku jadi kayak gini cuma gara-gara kampung sialan.”

Tapi meski mulutnya ketus, ia tetap membiarkan Laras menopangnya.

1
Yus Nita
Cemburu... nlgbos..
jasngan gengsi aja di gedein 😀😀😀
Yus Nita
gengsi ajalu bedarin oliver
ntar bucin tingkat Dewa, kluudahcinta 😀😀😀
Ratih Tupperware Denpasar
ayo oliver selidiki knp mereka msh miskin padahal digaji layak, jangan2 dikorupsi manager yg disana
Ratih Tupperware Denpasar
istri sendiri diacuhin dicuekin giliran dpt telpon dari jaLAng malah tersenyum sumringah. situ waras oliver?????? tunggu aja laras bertransformasi menjadi wanita cantik dan elegan kamu akan tetbucin2 padanya
Ratih Tupperware Denpasar
kak demar up dong jangan dihapus ya ceritanya kayak cerita mapia itu ujug2 hilang dari peredaran tanpa ada penjelasan terlebih dahulu
Ratih Tupperware Denpasar
lanjut kak, makin suka ceritanya
Ratih Tupperware Denpasar
kak demar, knp novel yg satunya dihapus? padahal saya suka lho
Ratih Tupperware Denpasar
olivee ini manusia apa monster? ga punya empati blas. kukutuk kamu biar terbucin2 sama laras
Ratih Tupperware Denpasar
belum apa2 bu sita sdh berpikir negatif, bukannya laras keluar dng air mata tapi keluar dng digandeng mesra om oliver
Ratih Tupperware Denpasar
oliver ini jen menjengkelkan banget... ngedumel trus gadis kampung ..gadis norak sejatinya kamu tuh daj jatuh cintrong tapi kamu menolak dan menepis perasaan.itu
Ratih Tupperware Denpasar
lanjut kak
Ratih Tupperware Denpasar
saya suka cerita2 author satu ini alurnya khas menceritakan wanita betsahaja tapi punya prinsip yg kuat
matchaa_ci
semangat semoga sukses untuk author dan karya² nya💪
Ratih Tupperware Denpasar
lanjut kak
Ratih Tupperware Denpasar
gampang banget muyusin cewek/Facepalm//Facepalm/. awa lho om ntar jatuh cintrong sama gadis lugu polos
Ratih Tupperware Denpasar
saya mapir kak, ceitanya memang beda dng cerita2 sebelumnya.. kak thor bener2 hebat bs membuat 4 cerita bersamaan dng gendre berbeda. semangat ya kak smg ceritanya banyak yg suka/Pray/
Demar: Makasih ya kak dukungannya sejak awal🥹❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!