sesekali kamu harus sadar kalau cowok cool, ganteng dan keren itu membosankan. lupakan kriteria "sempurnah" karena mereka tidak nyata.
hal - hal yang harus diketahui dari sosok pian :
1. mungkin, sedikit, agak, nggak akan pernah ganteng, cool, apalagi keren. bukan berarti dia jelek
2. nggak pintar bukan berarti dia bodoh
3. aneh dan gila itu setara
4. mengaku sebagai cucu, cucu, cucunya kahlil gibran
5. mengaku sebagai supir neil armstrong
6. mengaku sebagai muridnya imam hanafi
7. menyukai teh dengan 1/2 sendok gula. takut kemanisan, karena manisnya sudah ada di pika
8. menyukai cuaca panas, tidak suka kedinginan, karena takut khilaf akan memeluk pika
9. menyukai dunia teater dan panggung sandiwara. tapi serius dengan perasaannya terhadap pika
10. menyukai pika
ada 4 hal yang pika benci didunia ini :
1. tinggal di kota tertua
2. bertemu pian
3. mengenal sosok pian, dan....
4. kehilangan pian
kata orang cinta itu buta, dan aku udah jadi orang yang buta karena nggak pernah menghargai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fchrvlr0zak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PIAN SELALU GILA
Pika berjalan memasuki gerbang sekolah. angin di pagi hari ini bertiup agak kencang, namu panas matahari di kota pekanbaru tetap memancarkan sengatannya. rambut hitam legam pika yang panjang sebatas pinggang, tergeraih indah tertiup angin.
pagi - pagi sekali, si pian sudah datang di sekolah hanya demi menyaksikan kehadiran si pika. padahal, selama dua tahun menginjakkan kaki di sekolah ini. boro - boro mau bangun pagi, datang ke sekolah aja selalu terlambat setiap hari. cowok itu, dengan pakaian yang tidak rapi seperti biasa telah berdiri di depan gerbang. sebelah kakinya berada di tanah sedangkan sebelah lagi memanjat pagar.
"dia yang memikat hati, entah bagaimana caranya agar aku bisa tergoda. ku curi - curi waktu ku tuk mengusik isi hatinya. banyak cara ku coba demi mendapatkan hatinya. ku ingin tahu siapa. karya kahlil gibran."
begitu syair sang maestro yang kembali ia ucapkan. pian lompat dari pagar dan berjalan cepat menghampiri pika.
mensejajarkan langkahnya dengan pika.
"pagi agen pika" sapaannya dengan wajah sok kalem.
"pagi" balas pika enggak menatap balik. ia menyelipkan seujung rambutnya ke belakang telinga.
"siang angen pika" sapa pian lagi.
kali pika tidak menjawab dan tetap terus berjalan lurus.
"sore agen pika"
pika menoleh, meskipun terpaksa. "masi pagi" katanya ketus.
tapi pian tetap mengulas senyuman menyebalkan. "malam agen pika"
pika berhenti berjalan. badannya benar - benar berbalik menghadap pian. ia ingin melontarkan perkataan marah. namun pian sudah cepat tanggap menimpali. "aku nggak perlu capek - capek datang ke rumah kamu lagi kan setiap waktu. karena aku yakin bakal di usir dan semua sapaan ku tadi itu sudah mewakili semuanya. di simpan aja untuk siang, sore dan malam.
pika memajamkan matanya tiga dekit sambil menghela napas. cewek itu enggan menanggapi dan kembali berjalan, tetapi pian tidak menyerah, ia tetap berjalan di samping pika.
"cuaca hari ini panas yaa" pian kembali bersuara.
pika diam.
"aku lebih suka cuaca panas. karenaaa....." jenak sejenakk, seolah ingin mempermainkan kesabaran pika. "kalau dinginn...." suaranya di buat - buat slow mation. "aku takut kalau dingin nanti aku khilaf memeluk kamu."
refleks pika melototi pian. sebelum cewek itu benar - benar menimpuknya dengan batu besar, pian sudah kabur duluan.
"aku lebih suka cuaca panas. karena kalau dingin, bakalan khilaf memeluk kamu."
ketika pika sudah mendaratkan bokongnya pada kursi kelas. ucapan pian kembali terlontar begitu saja di kepala pika. memenuhi otaknya hingga nyariss ketularan koslet.
"hoi, pik. kenapa muka mu kok kayak orang habis lihat setan?" tika datang mengagetkan sambil duduk tetap di sebelahnya.
begitu pula dengan nilam dan widya yang datang ikut bergabung.
"masih pagi loh, tapi kok mukanya cemberebut ajaa. kenapa?" tanya widya kali ini duduk di sudut meja pika.
"ah, aku tahu!" nilam menjentikkan jari. "pasti habis kesal sama pian yaa?"
"dari mana kamu tahu, lam?" tika menatap nilam.
"yaataulah, jelas - jelas, sebelum gerbang sekolah di buka. si pian udah teriak - teriak manggil pak dadang buat bukain pagarnya."
"ha?" mulut widya terbuka lebar. tak percaya. "pian datang pagi - pagi buta ke sekolah? ngapain?"
"meneketehekk" nilam mengangkat kedua bahu. "tapi waktu di tanya sih, dia malah jawab bercanda."
"apa katanya?"
"mau jadi orang pertama yang datang untuk meliwat wajah pika yang paling pertama."
semua langsung tertawa terbahak - bahak hampir tersendak.
"ih. bete deh sama dia!" pika mengerut kesal. "gue tuh, nggak suka di usik - usik kayak gini. risih tahu!"
"yaa nggak pa-pa kan, pik. di jakarta pasi nggak ada cowok yang kaya pian."
"kalau bisa, gue malah nggak mau menginjakkan kaki di pekan baru biar nggak pernah ketemu sama spesies aneh kayak dia." jawab pika judes.
semua teman - temannya hanya diam tidak menanggapi.
*********