NovelToon NovelToon
Kau Rebut Calon Suami Ibuku, Kurebut Suamimu

Kau Rebut Calon Suami Ibuku, Kurebut Suamimu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / Pelakor / Identitas Tersembunyi
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: ila akbar

‎Menjalin hubungan dengan pria lajang ❌
‎Menjalin hubungan dengan duda ❌
‎Menjalin hubungan dengan suami orang ✅
‎Mawar tak peduli. Bumi mungkin adalah suami dari tantenya, tapi bagi Mawar, pria itu adalah milik ibunya—calon ayah tirinya jika saja pernikahan itu dulu terjadi. Hak yang telah dirampas. Dan ia berjanji akan mengambilnya kembali, meskipun harus... bermain api.


Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ila akbar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Mawar terdiam. Tatapan matanya berubah, rahangnya mengeras.

Dan saat itu, Anjani tahu jawabannya.

Selama ini, ia menyimpan kenyataan pahit itu sendirian. Ia lebih dulu membaca setiap halaman diary Ibu mereka, menyaksikan luka demi luka yang dituangkan dalam tulisan. Tentang pengkhianatan, tentang kehilangan, tentang air mata yang tak pernah berhenti mengalir dalam diam.

Ia tahu jika Mawar mengetahui semuanya, ini akan terjadi. Dan ketakutannya kini menjadi kenyataan.

Mawar mengepalkan tangannya. “Jadi… Mbak sudah tahu?” suaranya rendah, tajam, penuh kekecewaan. “Mbak tahu semua yang Tante Lusi lakukan pada Ibu, tapi Mbak memilih diam?”

Air mata mengalir di pipi Anjani. Ia menggeleng lemah, suaranya nyaris tak terdengar. “Mawar… bukan begitu… Mbak hanya—”

“Tidak, Mbak!” Mawar memotong cepat, suaranya bergetar karena emosi yang meluap. Matanya menatap tajam, penuh kemarahan dan kekecewaan. “Mawar tidak bisa seperti Mbak, yang terus diam meskipun sudah disakiti! Mawar tidak bisa seperti Mbak, yang tetap sabar dan ikhlas meskipun telah dikhianati! Mawar tidak bisa, Mbak! Mawar tidak akan tinggal diam!”

Tangan Mawar mengepal erat, tubuhnya bergetar bukan karena takut, tapi karena tekad yang tak tergoyahkan. “Malam ini juga, Mawar akan ke Jakarta! Mawar akan mencari Tante Lusi dan memastikan dia membayar atas semua yang telah dia lakukan kepada Ibu!”

Anjani menggeleng semakin kuat, air matanya tak lagi bisa ia tahan. “Mawar… tolong… pikirkan lagi…” suaranya pecah, penuh keputusasaan. “Ini bukan jalan yang mudah… Tante Lusi bukan orang biasa… dan kamu sendirian…”

Namun, tatapan Mawar tetap tajam, tekadnya tak tergoyahkan. “Mbak, ini bukan soal mudah atau sulit. Ini soal keadilan. Jika kita terus diam, maka orang seperti Tante Lusi akan terus menang. Mawar harus melakukan ini… demi Ibu… demi kita…”

Perlahan, amarah di mata Mawar mereda sedikit. Ia mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Anjani dengan lembut, seolah ingin menyalurkan keyakinannya pada kakaknya. “Mbak, percayalah pada Mawar… Mawar pasti bisa! Mawar pasti kembali! Dan kali ini, kita tidak akan lagi hidup dalam ketakutan.”

Anjani menunduk, bahunya bergetar halus. Ia tahu, tak ada yang bisa menghentikan Mawar. Adiknya terlalu keras kepala—terlalu berani. Tidak seperti dirinya, yang selalu memilih bertahan, pasrah pada keadaan, sama seperti Ibu mereka…

Ibu Resti.

Keheningan menyelimuti mereka. Hanya suara angin malam yang terdengar, menyelinap di antara desah napas tertahan.

Anjani tiba-tiba merasakan sesak luar biasa di dadanya. Hatinya terasa seperti diremas, dipenuhi ketakutan yang selama ini berusaha ia redam.

“Tapi… bagaimana dengan Mbak di sini, Mawar?” suaranya lirih, hampir berbisik, tapi penuh kepedihan. “Ibu baru saja meninggalkan kita… bahkan tanah di makamnya masih basah. Dan sekarang… kamu, satu-satunya keluarga Mbak yang tersisa, juga ingin pergi?”

Napasnya tercekat, matanya mulai memanas. “Sejak kecil, kita selalu bersama, Mawar… Kita mengarungi badai bersama, menanggung derita yang orang lain tidak tahu. Kita berdua yang menjaga Ibu, yang menghadapi setiap cemoohan, setiap penderitaan… Kita saling menguatkan. Lalu sekarang?” Suaranya semakin pecah, nyaris tak bisa ia tahan lagi. “Bagaimana mungkin kamu tega meninggalkan Mbak sendirian di sini?”

Mawar terdiam. Untuk pertama kalinya malam ini, tekadnya sedikit goyah melihat kakaknya begitu rapuh. Ia menggigit bibirnya, menahan air mata yang mulai menggenang. Tapi ia tak boleh mundur. Tidak sekarang.

Dengan perlahan, ia meraih tangan Aryo yang sejak tadi diam menjadi saksi perdebatan mereka. Lalu dengan lembut, ia meletakkan tangan Aryo di atas tangan Anjani.

“Mbak…” suara Mawar bergetar, tapi sarat dengan keyakinan. “Di sini masih ada Mas Aryo… Dia selalu ada untuk Mbak. Selalu.” Tatapannya berpindah ke Aryo, meminta pria itu untuk menguatkan kakaknya saat ia tak ada.

Mawar kembali menatap Anjani dengan senyum kecil, meski matanya masih menyiratkan kesedihan. “Percayalah, Mbak… Mawar pasti kembali. Dengan selamat.” Suaranya mengeras penuh janji. “Kita pasti bertemu lagi, berkumpul lagi seperti dulu. Tapi kali ini… bukan sebagai korban. Kita akan kembali sebagai pemenang.”

Anjani hanya bisa terdiam. Hatinya ingin menahan, ingin berteriak memohon agar adiknya tetap tinggal. Tapi tatapan Mawar berkata lain—tatapan yang penuh tekad, penuh keberanian, yang selama ini tidak pernah ia miliki.

Akhirnya, dengan berat hati, Anjani menghela napas panjang. “Kalau memang itu keputusanmu…” katanya dengan suara gemetar. “Setidaknya, tunggulah sampai besok pagi. Malam ini terlalu gelap, terlalu berbahaya.” Ia menatap Mawar penuh harap. “Biar besok Mbak dan Mas Aryo yang mengantarmu sampai ke pelabuhan.”

Mawar menatap kakaknya dalam-dalam, lalu mengangguk pelan.

1
Aqilah Azzahra
semangat kak
Ila Akbar 🇮🇩: ♥️♥️♥️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!