Cerita ini lanjutan dari Terjebak cinta CEO Dingin.
Bagaimana jadinya seorang Kafka Arsalan Iskandar yang merupakan pimpinan Black Serpent yang terkenal kejam dan tidak pernah jatuh cinta dalam hidupnya begitu terobsesi pada seorang gadis yatim piatu yang bernama Mahira Salim yang di buang oleh keluarganya setelah kematian Ayahnya.
Bagaimana kelanjutan ceritanya.Yuk simak!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gagal menghasut
"Saya...
"Ayo ikut!," ucap Arsa berjalan mendahului Mahira. Ia berencana mengajak Mahira berkeliling kebun teh miliknya. Lima tahun yang lalu ia membeli kebun teh itu dari seorang juragan terkaya disini karena usahanya saat itu mengalami kerugian. Dan jadilah ia membeli Villa disini untuk hunian jika ia datang berkunjung.
"Kemana?," tanya Mahira sedikit berlari kecil mengikuti langkah panjang Arsa.
Arsa tidak menjawab, ia berjalan keluar dari Villa menapaki jalan setapak lalu berhenti di depan sebuah kandang kuda. Seorang pria paruh baya yang sedang memberi makan kuda menghampiri Arsa.
"Tuan muda," sapa pria paruh baya itu dengan begitu sopan.
Arsa hanya mengangguk kecil, sudah lama sekali ia tidak kesini, terakhir enam bulan yang lalu bersama Devano.
"Kamu bisa menunggangi kuda?," tanya Arsa pada Mahira.
Mahira menggeleng dengan cepat."Tidak Tuan," jawab Mahira. Jangankan menunggangi, menaiki kuda saja ia tidak pernah.
Arsa dibantu pria paruh baya mengeluarkan kuda kesayangannya. Ia berniat untuk berkeliling kebun menaiki kuda, ia pikir Mahira bisa menunggangi kuda namun dugaannya salah.
Arsa meminta Mahira untuk naik ke punggung kuda namun wanita itu dengan cepat menolak. "Saya takut jatuh Tuan," jawab Mahira.
Arsa naik ke punggung kuda terlebih dahulu lalu mengulurkan tangannya pada Mahira. Ia meminta untuk ikut naik bersamanya. Untuk memudahkan Mahira naik Arsa meminta wanita itu berdiri diatas sebuah kursi. Ternyata Mahira benar benar takut menaiki kuda.
Setelah Mahira naik, barulah Arsa perlahan menunggangi kudanya."Jangan tegang, santai saja. Jika kamu panik kuda ini juga akan ikut panik," ucap Arsa.
"I-iya," jawab Mahira. Ia tidak hanya takut tapi juga merasa gugup karena posisi duduknya yang kini berada tepat didepan Arsa.
Lama kelamaan Mahira terlihat santai saat mulai melewati perkebunan. Ia merasa takjub melihat pemandangan seindah ini. Jika Arsa tidak mengajaknya kesini maka ia tidak akan melihat bentangan perkebunan teh yang sangat luas.
Arsa menghentikan kudanya saat jalan tidak bisa lagi dilewati oleh kuda. Ia turun dari kudanya lalu membantu Mahira turun. Ia meninggalkan keduanya di sana setelah mengikatnya di sebuah pohon.
"Ayo!," ucap Arsa mengajak Mahira memasuki area perkebunan miliknya.
Mahira dan Arsa melewati para pekerja yang menyapa mereka berdua. Hingga keduanya tiba disebuah pondok kecil. Arsa mengeluarkan ponselnya mengabadikan keindahan alam yang memukau mata.
"Tuan apakah perkebunan ini milikmu?," tanya Mahira.
"Hem," jawab Arsa.
"Pantas saja dia kaya raya, kebun tehnya saja seluas ini," gumam Mahira yang memperhatikan para pekerja yang sedang memetik teh.
Arsa yang mendengar gumaman Mahira hanya tersenyum tipis sangat tipis. Pria itu memotret Mahira tanpa sepengetahuan wanita itu lalu menyimpannya di dalam galeri ponselnya. Ia memang mewarisi seluruh kerajaan bisnis keluarganya namun ia tetap memiliki usaha lain salah satunya kebun teh ini.
"Para pekerja ini semuanya asli penduduk sini Tuan?," tanya Mahira.
"Mungkin, aku tidak tahu detailnya. Kebun teh ini di kelola oleh orang kepercayaanku. Aku hanya tahu bersih," jawab Arsa. Ia tidak memiliki waktu untuk mengurusi para karyawannya disini, pekerjaannya di kota sudah sangat menyita waktunya.
"Oh... mereka terlihat masih muda-muda sekali," ucap Mahira diangguki Arsa.
Arsa selama ini tidak pernah memperhatikan para pekerja yang kebanyakan perempuan. Itu bukanlah sifatnya, jika ia berkeliling disini itu hanya menikmati sejuknya udara perkebunan. Lain kali ini ia datang kesini bersama Mahira, istri rahasianya.
"Oh ya kita pulang jam berapa Tuan?," tanya Mahira.
Arsa menggeleng, entahlah rasanya enggan kembali ke kota. Biasanya setiap datang kesini, ia hanya sebentar saja lalu kembali ke kota. Tapi sekarang, rasanya disini sangat tenang dan nyaman.
"Apakah besok pagi kamu punya jadwal pekerjaan?," tanya Arsa berdiri disebelah Mahira yang sedang memperhatikan para pekerja memetik teh.
"Tanya sekretarisku dulu, seluruh jadwalku dia yang atur," jawab Mahira.
"Kalau kamu tidak memiliki jadwal pekerjaan besok pagi, malam kita pulang," ucap Arsa.
Sementara itu di kota, Resi mendatangi kediaman Iskandar berharap Arsa berada di kediaman kedua orangtuanya. Meski Arsa menolaknya tapi ia tidak akan tinggal diam begitu saja. Siapa yang tidak mau menjadi menantu keluarga Iskandar, apalagi Arsa yang memiliki peras bak dewa Yunani. Sekali bertemu saja ia sudah jatuh hati.
"Tante Kinar ada?," tanya Resi pada pelayan yang membukakan pintu untuknya. Ia mengibaskan rambut panjangnya ke belakang.
"Ada Nona, silahkan masuk!," jawab pelayan itu.
Dengan langkah sedikit angkuh, Resi berjalan masuk kedalam kediaman Iskandar. Jika ia menikah dengan Arsa maka ia akan tinggal di istana ini dan menjadi ratu di rumah ini, membayangkannya sudah membuatnya tersenyum lebar.
"Selamat siang Tante," sapa Resi menghampiri Kinar yang sedang duduk bersantai bersama Zaki di tepian kolam renang.
"Resi? Kamu kesini kenapa tidak bilang dulu?," tanya Kinar yang terkejut akan kedatangan Resi.
Resi tersenyum manis lalu duduk di depan Kinar dan Zaki lalu membuka kaca matanya. Ia menyilangkan sebelah kakinya ke atas memperlihatkan kaki jenjangnya." Aku kesini mau bertemu dengan Arsa Tante, apakah ada?," tanya Resi.
"Arsa tidak ada," jawab Kinar memasang wajah dinginnya. Ia menggeleng kecil melihat attitude Resi yang menurutnya minim. Apalagi gaya duduk Resi yang tidak ada sopan-sopannya.
"Apakah Arsa belum kembali sejak kemarin?," tanya Resi sedikit meninggikan suaranya.
"Maaf, aku sedikit terbawa suasana," sambung Resi melihat Kinar dan Zaki terkejut dengan suaranya.
"Tante tetap membiarkan Arsa pergi bersama pelayan itu?," tanya Resi lagi.
"Pelayan?," beo Zaki menatap sang istri.
"Mas... kemarin Resi melihat Arsa pergi bersama pelayan yang waktu itu ikut tinggal bersama Arsa di kediamannya," jawab Kinar.
"Oh," jawab Zaki dengan santainya.
Resi semakin bingung dengan sikap kedua orang tua Arsa yang membiarkan anak mereka pergi bersama pelayan yang jelas-jelas memiliki status yang berbeda dengan mereka.
"Sepertinya mereka ini tidak bisa aku jadikan sekutu untuk mendapatkan Arsa. Mereka terlihat santai saat tahu anak mereka pergi bersama pelayan," batin Resi.
"Tante tidak mencoba menghubungi Arsa?," tanya Resi.
"Tidak...," jawab Kinar.
"Orang tua macam apa kalian ini?," tanya Resi.
"Ingat batasanmu di rumah ini!. Jangan menggurui saya dalam mengawasi anak-anak saya. Sekarang pergi dari sini!," ucap Zaki dengan suara menggelegar. Resi benar benar sudah diluar batasnya, bagaimana bisa sahabatnya memiliki anak angkat seperti Resi.
"Uncle, aku...
"Pergi!," ucap Zaki dengan lantang.
Resi segara berdiri dari duduknya, lalu memakai kacamatanya kembali. Ia berjalan meninggalkan Kinar dan Zaki tanpa berpamitan. Ia tidak terima diusir seperti ini, ia akan mengadukan pada Papanya.
Zaki menggeleng kecil lalu menghela nafas beratnya."Perempuan seperti itu yang kamu tawarkan pada Arsa sayang?. Lihatlah attitude nya!," ucap Zaki setelah Resi pergi.
"Aku benar-benar terkejut Mas dengan sikapnya yang jauh berbeda dengan malam kemarin," jawab Kinar.
"Percuma memiliki gelar Runner-up Miss universe kalau adabnya minim seperti itu. Pantas saja malam kemarin Arsa menolak ," ucap Zaki.
"Huh...aku tidak menyangka kalau sikap aslinya seperti itu," ucap Kinar.
"Mending punya menantu seorang pelayan tapi memiliki adab yang baik," ujar Zaki
"Kamu bicara apa sih Mas, doa itu yang baik lah," jawab Kinar.
"Oh ya, Arsa pergi bersama pelayan yang ia bawa dari sini saat itu. Kemana?," tanya Zaki.
"Aku tidak tahu Mas, itu juga yang bilang Resi," jawab Kinar.
"Aneh... Biasanya tidak pernah dekat dengan perempuan, kok sekarang malah pergi bersama," gumam Zaki.
...****************...
klau Ibra aku tau anknya Teo , klau si kembar anaknya daveena sama Adi