pemuda biasa
semua tentang reno
romansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anable, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
Setelah menghabiskan bakar burung puyuh itu, Reno langsung membereskan tenda yang dia dirikan, Reva ingin membantu, tapi lagi lagi Reno melarangnya.
"Ishh, kenapa gak boleh lagi sih Rey" protes Reva ketika Reno melarang untuk membantunya.
"Kaki Lo itu masih agak bengkak, jadi Lo duduk aja disana" jawab Reno.
"Tapi kan gue juga pengen bantuin Lo" ujar Reva.
"Lo mau bantuin gue?" Tanya Reno berpura pura sedikit terharu.
"Iyaa, gue kan gak mau kalo Lo kecapean" ucap Reva sembari tersenyum manis.
Reno memperlihatkan matanya yang berbinar," dengan Lo diem aja disitu dan gak ngomong terus, itu udah ngebantu banget ko buat gue Rev" sarkas Reno, lalu tersenyum mengejek.
Senyum Reva yang semula manis berubah menjadi masam.
'apa apaan?,..apa dia mau bilang kalo gue itu ngeganggu dia?,..dia mau bilang kalau gue itu berisik?,..huh, awas aja Lo Rey' gerutu Reva didalam hatinya.
Reno tertawa melihat wajah Reva yang masam, dia lalu melanjutkan membereskan tenda bekas mereka tidur semalam.
Setelah selesai Reno kembali memasukkan tenda yang sudah dia lipat kedalam tas besarnya. Mengumpulkan sampah yang mereka tinggalkan lalu membakarnya.
"Yok jalan" setelah semua selesai Reno langsung mengajak Reva untuk segera berjalan.
Reva melongo ketika Reno tidak menawarkan gendongan kepada dirinya.
Reno berbalik ketika dia menyadari Reva tidak mengikutinya.
"Kenapa Lo malah melongo?, buruan jalan!" Titah Reno kepada Reva.
Reva sangat kesal mendengar itu dari mulut Reno.
"Kaki gue itu lagi sakit Reno, gimana gue mau jalan kalo kaya gini" gerutu Reva kesal karena Reno tidak peka.
"Bukannya semalem Lo bilang kalo kaki Lo udah mendingan?" Tanya Reno.
"Kaki gue emang udah agak mendingan, tapi gue belum bisa jalan, Reno" jawab Reva menekan nama Reno.
Setelah mendengar penjelasan Reva, Reno terlihat berpikir sejenak.
"Yaudah, Lo diem aja disini!,biar gue yang cari jalan pulang" ujar Reno berpura pura polos, padahal sebenarnya dia hanya ingin mengerjai Reva.
Wanita itu terus mengganggunya ketika sedang membakar burung, jadi Reno ingin membalasnya.
Reva sontak membelalakkan matanya ketika mendengar usul dari Reno, dengan cepat dia berdiri dan langsung memeluk tangan Reno.
"Jadi Lo mau tinggalin gue disini?" Sewot Reva, dia menempelkan lengan Reno dengan aset yang ada di dadanya.
"Lah terus mau gimana?" Reno masih pura pura jadi orang bodoh.
"Ckk, gendong gue Renooo" jawab Reva sambil berdecak kesal.
"Gendong gimana?, kan gue bawa tas ini" Reno mulai senang melihat Reva kesal.
"Kaya kemarin, tas Lo dibawa didepan, terus Lo gendong gue" Reva mulai melepaskan tas gendong Reno dari gendongan Reno dengan sedikit kasar.
Reno tertawa melihat Reva yang marah marah dan kesal.
"Hahaha, iya iya, gue gendong ko, kan gue udh janji gabakal ninggalin Lo disini" ujar Reno menghentikan tawanya.
"Ckk, Lo ngeselin" ujar Reva menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.
Reno mulai memindahkan tas nya ke depannya, lalu dia berjongkok untuk menggendong Reva.
Reva langsung naik ke punggung Reno, dia memeluk Reno dengan erat, dia terus saja tersenyum ketika Reno menggendongnya, karena dia benar benar menyukai pria ini.
"Rey, gue gak berat kan" tanya Reva.
"Berat banget" jawab Reno.
"Lagian Lo bisa bisanya bawa bawa Gunung kemana mana" lanjut Reno sedikit ambigu.
Reva tidak mengerti dengan ucapan Reno, jadi dia bertanya.
"Gunung?,gunung apaan?" Tanya Reva bingung.
" Itu gunung kembar, hahahah" Reno tertawa terbahak-bahak.
Setelah mendengar itu wajah Reva langsung memerah, dia sekarang mengerti maksud perkataan Reno tentang membawa gunung, ternyata dia sedang membicarakan tentang payudaranya.
"Ishhh, Lo ihhh, mesum Lo" geram Reva menjambak rambut Reno.
Reno yang sedang tertawa langsung meringis kesakitan.
"Etetetet,Rev udah Rev lepasin, gue cuma becanda tadi" ampun Reno kepada Reva.
"Huh, candaan Lo gak lucu tau" Reva melepaskan jambakannya, dia mendengus kesal.
Reno menggaruk kepalanya yang tadi dijambak Reva.
"Tapi menurut gue itu lucu" ujar Reno berbisik, tapi itu terdengar oleh Reva.
"Gak sama sekali" bentak Reva melotot.
Reno tersentak ketika menerima bentakan dari Reva.
"Jaga ucapan Lo" sekali lagi Reva membentak Reno.
Mendengar itu Reno hanya diam, dia tidak mau bercanda lagi dengan Reva yang baperan.
Setelah berjalan cukup lama,hari sudah mulai sore kembali, Reno sudah berjalan sangat lama tanpa berhenti.
Reva sekarang sedang merasa gelisah, Karena sejak tadi Reno tidak mengajaknya bicara, padahal dari tadi dia memulai banyak topik pembicaraan.
'Reno kenapa?...apa dia marah sama gue karena tadi gue bentak bentak dia?..tapi kan tadi gue gak sengaja' pikir Reva dalam hatinya yang resah.
Reva menghela nafas sedih karena menyesal telah membentak Reno.
"Rey" panggil Reva lembut.
"Hmm" jawab Reno singkat dan datar.
Tapi saat itu juga Reno Langsung menggerakkan tubuhnya ke samping, seakan akan sedang menghindari sesuatu.
"Aduhh, Rey Lo kenapa tiba tiba gerak kaya gitu" omel Reva.
Reno hanya diam, matanya tajamnya yang seperti elang menatap lurus.
Reva mengalihkan pandangannya ke arah tatapan Reno, ternyata disana ada sekelompok monyet liar, sepertinya para monyet liar itu menyerang Reno tadi.
"Ahhh, monyetnya banyak banget Rey"Reva berteriak dengan suara yang nyaring.
Reno menutup telinganya dengan tangan dan wajahnya benar benar tanpa ekspresi.
Reva yang melihat reaksi Reno langsung menutup mulutnya, dia benar benar merasa sedih karena Reno mencuekinya.
Para monyet itu mulai kembali menyerang Reno, tapi dengan sigap Reno menghindari serangan para monyet itu.
Reno terus menghindar dari serangan para monyet liar, tapi lama kelamaan para monyet itu semakin lincah sehingga akhirnya Reno memutuskan untuk berlari.
Para monyet liar itu mengejar Reno melalui jalur cabang pohon, kecepatan mereka benar benar tidak bisa diremehkan, bahkan ketika sedang berada di cabang pohon yang sangat kecil.
"AAAAAHHHHHHH, pergi sana"Reva berteriak ketika salah satu monyet liar itu berhasil mendarat di punggungnya.
Reno yang mendengar teriakan Reva langsung berhenti berlari, dia mengecek ke belakang dan ternyata ada satu monyet yang berada di punggung Reva.
Dengan cepat Reno menangkap monyet itu, dia menggenggam monyet itu dengan satu tangan, monyet itu memberontak dengan cara mencakar tangan Reno, hal itu membuat tangan Reno banyak bekas cakan dan sedikit berdarah.
Reva merasa bersalah ketika melihat sedikit darah dari tangan Reno, dan karena Reno berhenti berlari para monyet yang lainnya juga langsung menyerangnya.
Reva terus terusan berteriak karena takut, sehingga membuat para monyet liar itu tidak menyerangnya. Salah satu monyet hinggap di kepala Reno, Reno tidak bisa menyingkirkannya karena tangan ya yang satu menggenggam monyet yang tadi sempat menyerang Reva, sedangkan tangannya yang satu lagi sedang menahan gendongannya Reva, meski sakit karena tiga jarinya yang patah, dia tidak bisa melepaskan Reva. karena jika dia melepaskannya Reva akan diserang oleh para monyet itu.
Monyet yang hinggap di kepala Reno, langsung menyerang Reno dengan cakarannya, dia mencakar Reno beberapa kali sehingga membuat wajah tampannya, penuh darah dan bekas cakaran.
Reva membelalakkan matanya ketika Reno mengalami hal seperti itu. Dia mencoba untuk memukul monyet yang berada di kepala Reno dengan tangannya, dan dia berhasil menyingkirkan monyet itu, Reno langsung berlari lebih cepat ketika monyet di kepalanya sudah tersingkir, dia melemparkan monyet yang digenggamnya dengan keras.