[Transmigrasi]Wanita Licik Ke Tubuh Menantu Tak Diinginkan

...(Di perusahaan)...

...Pikiran Leon melayang, jauh dari berkas-berkas yang sedang dipegangnya. Anehnya, bukan pertengkarannya dengan Tamara yang terus berputar di kepalanya, melainkan pengakuan cinta Silvia yang tiba-tiba. Padahal, belum lama ini ia merasa sangat kewalahan menenangkan Tamara yang akhirnya pergi dari mansion dengan wajah merah padam karena marah....

Brak!

...Leon tiba-tiba menggebrak meja kerjanya dengan frustrasi, suaranya menggelegar di ruangan sunyi. Asistennya yang sedang bekerja di sudut ruangan tersentak kaget dan langsung menunduk, tubuhnya menegang karena takut....

"Ma-maafkan saya, Tuan. Saya akan berusaha lebih keras lagi," ucap asisten itu dengan suara gemetar.

Astaga, aku lupa dia ada di sini, pikir Leon dengan rasa bersalah.

"Begini, apa ada jadwal rapat hari ini?" tanya Leon sambil menghela napas berat, mencoba bersikap tenang.

"A-ada, Tuan. Sesuai jadwal, sebentar lagi di luar kantor," jawab asisten itu dengan nada terbata-bata.

"Baiklah. Pastikan semua persiapan selesai, dan undur rapat menjadi siang nanti," perintah Leon dengan suara yang lebih tenang.

...Asisten itu mengangguk patuh dan segera bergegas meninggalkan ruangan. Leon kemudian bangkit dari kursinya, berjalan perlahan menuju jendela kaca besar yang menghadap ke jalan raya. Ia terdiam, memandangi keramaian di bawah sana tanpa mengucapkan sepatah kata pun....

...🔥🔥🔥🔥🔥...

...(Di sisi lain)...

...Sosok yang berhasil membuat Leon kalang kabut kini tengah berada di sebuah apartemen yang baru disewanya. Duduk bersila di atas kasur, jari-jemarinya lincah mengetik di atas laptop. Dialah Silvia, yang sedang menggali informasi mendalam tentang keluarga mantan suaminya dahulu....

"Kecelakaan tragis? Pengkhianatan? Kalian semua akan merasakan akibatnya," gumam Silvia dengan nada geram, matanya terpaku pada layar laptop.

...Benar. Setelah mencari tahu kebenaran tentang kecelakaan maut yang merenggut nyawanya dulu, Silvia justru mendapati dirinya dicap sebagai pengkhianat oleh keluarga besar Aurelia. Mereka menuduhnya hendak membawa kabur data penting kepada rival bisnis mantan suaminya, yang berujung pada kecelakaan yang merenggut nyawanya....

"Dan saat itu, aku bahkan sedang mengandung buah hati pertama kami. Kalian dengan keji menghabisiku bersama dengan bayi kecilku yang tak berdosa, lalu kini kalian menuduhku? Sungguh biadab kalian semua," lirih Silvia, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.

...Dengan mata terpejam rapat, Silvia membiarkan ingatannya membawa kembali pada permulaan malam kelabu yang mengubah hidupnya selamanya....

...(FLASH BACK ON)...

"SILVIA!" pekik Carlos Aurelia, suaranya memecah keheningan malam saat ia menerobos masuk ke dalam kamar.

...Silvia yang baru saja terlelap sontak membuka mata dan menatap ke arah Carlos. Pupil matanya yang biru membesar melihat pemandangan mengerikan: tubuh Carlos penuh luka dan cairan merah pekat, dan di tangannya tergenggam erat sebuah pistol....

"Carlos! Ya Tuhan, apa yang terjadi padamu, Sayang?" seru Silvia dengan nada cemas bercampur takut.

...Tanpa ragu, Silvia turun dari ranjang besar itu dan berlari menghampiri suaminya....

"Tidak ada waktu lagi, Silvia. Kau harus segera bersiap dan pergi dari tempat ini," kata Carlos dengan suara terengah-engah sambil berjalan menuju lemari besar di dinding dan membukanya lebar.

"Apa yang terjadi?" tanya Silvia sambil mendekat pada Carlos yang sibuk memasukkan barang-barang ke dalam tas besar.

"Eta... Eta telah berkhianat dan bersekongkol dengan kakakku, Silvia," jawab Carlos dengan nada marah yang tertahan. Napasnya memburu.

"Tidak mungkin!" Silvia terkejut, kedua matanya membulat sempurna.

...Eta adalah mantan istri Carlos. Carlos menceraikannya karena wanita itu terus-menerus berselingkuh, akibat penyakit hiper s*ks yang tidak bisa dikendalikannya....

...Namun, Eta tidak terima dan berbalik menuntut Carlos. Ia melakukan segala cara untuk menjerat Carlos kembali ke dalam hidupnya, dan tentu saja Carlos tidak tinggal diam. Meskipun ayah Eta adalah seorang presiden yang sangat berkuasa di negara A, dan seluruh keluarganya kaya raya dan berpengaruh, Carlos tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun....

...Di tengah kesedihan dan keterpurukan Carlos, Silvia hadir memberikan warna baru dalam hidupnya. Tak lama, mereka menikah. Namun, pernikahan mereka justru menjadi awal dari teror. Eta, mantan istri Carlos yang sakit hati, berulang kali mengirim orang untuk menculik dan menghabisi Silvia, tetapi selalu berhasil digagalkan oleh Carlos. Anehnya, sudah enam bulan terakhir ini Carlos menjauhi Silvia, tanpa ia tahu alasannya....

"Ya, Sayang. Itulah mengapa kamu harus segera pergi dari sini," ucap Carlos dengan nada mendesak sambil menatap Silvia dan menggenggam kedua bahunya dengan erat.

...Silvia mengangguk dengan wajah pucat dan segera berlari menuju lemari untuk mengganti pakaian. Namun, belum sempat ia meraih gaunnya, suara tembakan pistol yang keras terdengar dari lantai bawah. Jeritan kesakitan para pelayan yang berada di sana menyusul, membuat Silvia membeku ketakutan, lalu pecah dalam tangis histeris....

"Sssttt... Silvia, sayang, dengarkan aku baik-baik. Kau harus selamat, demi bayi kita. Maafkan aku selama ini... maafkan semua tuduhanku," ucap Carlos dengan suara bergetar sambil memeluk erat Silvia, kemudian mengecup keningnya dengan penuh kasih.

"Aku sudah memaafkanmu, Carlos," jawab Silvia terisak. "Tapi aku mohon padamu, jangan tinggalkan aku dan anak kita. Kita harus pergi bersama dari sini," ajaknya sambil menangis tersedu-sedu di dalam pelukan Carlos.

Swoos.

BOOM!

...Bumi seolah bergetar hebat saat ledakan besar mengguncang mansion mewah milik Silvia dan Carlos. Carlos dengan refleks melepaskan pelukannya dan menarik Silvia keluar dari kamar, membawanya tergesa-gesa menuju lift yang akan membawa mereka ke garasi mobil....

...Di garasi, Carlos dengan panik memasukkan Silvia ke dalam mobil sport, memastikan semua barang pentingnya ikut terbawa. Namun, takdir berkata lain. Ketika Carlos hendak membuka pintu mobil, sebuah kilatan tajam terlihat, dan sebuah katana menancap dalam dari belakang punggungnya, menembus jantung di balik dada bidangnya....

"Tidaaaakkkk! CARLOS!!!" jerit Silvia memilukan, menyaksikan dengan ngeri tubuh Carlos ambruk.

"Sayang... dengar... pergilah... lindungi anak kita. Aku... mencintaimu..." Carlos berucap dengan suara tercekat, senyum getir terukir di wajahnya saat menatap Silvia untuk terakhir kali.

...Dengan sisa keberaniannya, Carlos menutup pintu mobil, mencoba memberikan perlawanan pada pembunuh bayaran yang dikirim oleh kakaknya. Namun, kondisinya yang sudah sangat lemah membuatnya tak berdaya. Pembunuh itu dengan kejam mengakhiri hidup Carlos di tempat itu....

...Silvia menjerit histeris, tangannya gemetar hebat saat mencoba menghidupkan mobil. Pembunuh bayaran itu, melihat keputusasaannya, berjalan mendekat ke arah mobil. Tanpa ampun, ia menusukkan katananya menembus pintu mobil, mengenai perut samping Silvia dengan telak....

"Aaarrghhh!" Silvia mengerang kesakitan, namun dengan sisa kekuatannya ia menginjak dalam-dalam pedal gas mobil yang baru saja menyala.

...Mobil Silvia dengan kasar menabrak pintu garasi hingga terbuka lebar, lalu meluncur keluar dengan kecepatan maksimal. Para anak buah kakak Carlos yang melihat Silvia kabur, dengan sigap berlarian mengejar dari arah belakang....

...(FLASH BACK OFF)...

(Bersambung)