NovelToon NovelToon
Mencari Suami Untuk Mama

Mencari Suami Untuk Mama

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Single Mom / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Anak Kembar / Crazy Rich/Konglomerat
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Alesha Aqira

Alia adalah gadis sederhana yang hidup bersama ibu kandungnya. Ia terjebak dalam kondisi putus asa saat ibunya jatuh koma dan membutuhkan operasi seharga 140 juta rupiah.

Di tengah keputusasaan itu, Mery, sang kakak tiri, menawarkan jalan keluar:

"Kalau kamu nggak ada uang buat operasi ibu, dia bakal mati di jalanan... Gantikan aku tidur dengan pria kaya itu. Aku kasih kamu 140 juta. Deal?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alesha Aqira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 6 MSUM

Setelah keluar diam-diam dari rumah sakit, meskipun luka di tubuhnya masih belum sepenuhnya pulih, Leonardo memutuskan kembali ke perusahaannya—Global Holdings

 

"Hari apa ini? Tiba-tiba ramai sekali ," ujar Leonardo sambil berjalan melewati kerumunan para pemegang saham dan direksi yang menyambutnya dengan ekspresi cemas dan penasaran.

"Kami dengar Anda diculik, Pak Leonardo, jadi kami sengaja menemui Anda di perusahaan," ucap salah satu pemegang saham.

"Iya, kalau sesuatu terjadi dengan Anda, Global Holdings pasti akan kacau," timpal yang lain.

"Pak Leonardo, Anda tidak apa-apa, kan?" tanya seorang staf muda dengan raut khawatir.

Leonardo menghentikan langkahnya dan menatap mereka satu per satu dengan dingin.

"Kalian bisa lihat sendiri," katanya sambil merapikan jasnya. "Apakah aku terlihat dalam masalah?"

Semua terdiam, tak ada yang berani menjawab.

"Jadi," lanjut Leonardo, "siapa yang menyebarkan berita palsu ini?"

"Dengan wajah terlihat cemas, mereka tidak berani menjawab."

Seorang pria di yang duduk barisan belakang mencoba mencairkan suasana. "Anda terlihat sangat sehat, Pak. Kalau tidak terjadi apa-apa dengan Anda, itu membuat kami tenang."

"Iya, Pak."

"Kalian sudah lihat sendiri, kan?" Leonardo menatap tajam ke arah kerumunan. "Jadi tunggu apa lagi? Kalian bisa keluar sekarang."

"Iya, Pak," jawab mereka serempak, perlahan membubarkan diri satu per satu, meninggalkan lorong dan ruangan utama perusahaan.

Begitu suasana kembali tenang, Leonardo memanggil asistennya, "Diego."

"Iya, Pak," jawab Diego cepat, menghampiri tuannya.

"Cari tahu siapa dalang di balik penculikanku," perintah Leonardo dengan suara rendah namun penuh tekanan. "Dan... temukan gadis yang menyelamatkanku malam itu."

Diego mengangguk. "Baik, Pak."

"Kirimkan dia uang sebagai kompensasi.

____

"Sayang, maafkan Mama. Akhir-akhir ini Mama sangat sibuk, tidak ada waktu untuk kalian."

"Iya, Mama. Tidak apa-apa," jawab Arel sambil tersenyum.

"Karena hari ini Mama ada waktu, ayo kita pergi ke mall. Kalian bisa lakukan apa saja yang kalian mau!"

"Yey! Yey!" seru mereka berdua penuh semangat.

Setelah sampai di mall, Alia dan anak-anaknya pergi ke playground.

" Alya mau apa?" tanya Alia sambil menoleh ke putrinya.

"Mama, aku mau main mesin capit!"

"Wah, mesin capit, ya? Okeh, Mama temani."

"Kalau Arel mau apa?"

Arel tampak hendak menjawab, namun tiba-tiba pandangannya tertuju pada seorang wanita yang berdiri tak jauh dari sana. Matanya menyipit.

"Dia itu kan... bibi jahat yang mengganggu Mamaku, kan?" gumam Arel pelan, nyaris tak terdengar.

Alia yang sedang berbicara dengan Alya tidak menangkap gumaman Arel sepenuhnya.

"Mama, aku masih belum kepikiran. Aku mau main sama Alya dulu."

"Baiklah, kalau begitu kita temani adik dulu, ya."

"Ayo kita main mesin capit!" seru Alya menarik tangan Arel.

Begitu tiba di playground, mata Alya langsung berbinar melihat mesin capit penuh boneka warna-warni.

"Mama, aku mau yang itu!" serunya sambil menunjuk boneka beruang pink besar di sudut mesin.

"Oke, ayo kita coba," kata Alia sambil memasukkan koin pertama.

Alya dengan semangat menggerakkan joystick mesin, menahan napas ketika capit mulai turun. Semua mata tertuju pada boneka itu.

"Hampir! Hampir!" teriak Alya penuh harap.

Capit menyentuh boneka... mengangkatnya perlahan... tapi—

"Yahhh!" Alya mengerutkan dahi saat boneka itu terlepas dan jatuh kembali ke tumpukan.

"Coba lagi, coba lagi!" katanya tak mau menyerah.

Koin kedua masuk. Proses yang sama terjadi. Kali ini dia hampir mendapatkan boneka kucing lucu, tapi lagi-lagi gagal.

"Huh! Mesin ini pasti curang!" protesnya sambil melipat tangan, namun tetap tersenyum karena masih ingin bermain.

Alia terkekeh melihat kegigihan putrinya. "Alya, coba tenang dan fokus. Mungkin tangan Mama harus bantu sedikit?"

"Enggak! Aku bisa sendiri!" jawab Alya sambil bersiap dengan koin berikutnya.

Beberapa kali mencoba, hasilnya tetap sama. Boneka hampir didapat, tapi selalu jatuh di detik terakhir.

"Aku nggak jadi dapet boneka..." gumamnya pelan dengan nada sedih.

"Coba sini, Mama yang mainkan dulu. Siapa tahu dapat bonekanya," kata Alia sambil tersenyum, mengambil alih joystick dari tangan Alya.

"Oke, Mama coba boneka beruang pink besar yang  lucu itu ya!" seru Alya semangat, berdiri di samping Alia sambil menggenggam tangannya.

Alia mulai menggerakkan joystick dengan hati-hati. Capit perlahan turun... menyentuh boneka kucing itu... mengangkatnya perlahan...

"Mama... mama... dapet nggak tuh?" Arel mencondongkan badan, matanya tak berkedip.

"Iya, iya, kayaknya kena deh," Alia menjawab sambil tetap fokus.

Tiba-tiba capit sedikit goyah. Boneka itu nyaris jatuh, namun—klik!—capit mengunci sempurna dan boneka berhasil terangkat hingga ke lubang keluar.

"Yaaayyy!" Alya melompat kegirangan.

"Mama dapet! Mama dapet!" teriak Arel tak kalah heboh.

Alia tertawa, menyerahkan boneka itu kepada Alya. "Ini buat pejuang kecil Mama yang tadi sudah coba berkali-kali."

Alya memeluk boneka itu erat-erat. "Makasih Mama, ini boneka favoritku sekarang!"

____

"Mama, perutku sakit. Aku mau ke toilet dulu."

"Baiklah, ayo Mama temani."

"Nggak perlu, Ma. Tadi di jalan aku lihat ada toilet. Aku bisa pergi sendiri, aku tahu jalannya."

"Baiklah, cepat kembali ya. Mama dan adikmu tunggu di sini."

"Yasudah, sana."

"Okeh!"

Arel berjalan cepat, seolah-olah tahu persis ke mana harus melangkah. Tapi sebenarnya, tujuan Arel bukanlah toilet. Ia mengendap-endap menuju lantai dua mal, ke sebuah toko perhiasan mewah yang baru saja dibuka kembali setelah direnovasi. Di dalam toko itu, berdiri seorang wanita dengan gaya angkuh dan pakaian mencolok—Mery.

Dari balik pilar, Arel memperhatikan gerak-gerik Mery yang tengah bicara dengan seorang pegawai toko sambil menunjuk perhiasan mahal. Wajahnya tampak sangat serius dan sombong. Arel mengernyit, lalu tersenyum jahil.

"Bibi jahat itu masih saja pamer," gumamnya pelan.

Ia pun mengeluarkan botol semprot kecil dari saku jaketnya—isi botol itu hanya air dan pewarna makanan. Ia mendekat perlahan-lahan, lalu dengan cekatan menyemprot bagian belakang gaun Mery saat wanita itu sedang lengah.

"Aaaa!!! Ini apa?! Siapa yang melakukan ini?!" teriak Mery histeris.

Arel sudah melesat pergi sebelum ada yang sempat melihatnya. Ia berlari kecil sambil tertawa puas.

____ 

"Maaf, Pak. Saya tidak bisa temukan wanita yang membawa Anda ke rumah sakit."

"Suster di rumah sakit bilang, nggak lama setelah Anda keluar, wanita itu juga pergi."

"Okeh, aku mengerti."

"Oh iya, aku ketemu dia di hotel. Coba selidiki dia di hotel."

Leonardo berdiri di dalam toilet pria di lantai dua mal. Sambil bersandar pada dinding marmer yang dingin, ia memegang ponsel erat-erat di telinga. Suara gemericik air dan denting kran menetes terdengar samar di sekitarnya.

____ 

"Aku bilang sama Mama mau ke toilet. Kalau aku ke toilet, artinya aku nggak bohong, kan?"

Arel bergumam kecil sambil melangkah santai menuju toilet pria di lantai dua mal.

Sesampainya di sana, ia masuk dan langsung menuju wastafel. Tanpa ia sadari, seseorang berdiri tak jauh dari tempatnya—juga sedang mencuci tangan.

Arel membuka keran, mengusap kedua tangannya dengan air, lalu mengambil sabun. Gerakannya cepat dan teratur. Sementara itu, pria di sebelahnya melakukan hal yang sama, persis dengan gaya yang sama pula.

Mereka saling menoleh sekilas.

"Kamu meniruku, ya?"

Mereka berdua bersuara dalam waktu bersamaan. Spontan, keduanya terdiam sejenak, lalu menatap satu sama lain dengan rasa penasaran.

1
Evi Lusiana
giliran nengok muka ke duany mirip
Mericy Setyaningrum
Ya Allah ada nama aku hehe
Ermintrude
Gak bisa berhenti!
Mashiro Shiina
Terharu, ada momen-momen yang bikin aku ngerasa dekat banget dengan tokoh-tokohnya.
filzah
Sumpah baper! 😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!