NovelToon NovelToon
DEMI IBU KU SEWAKAN RAHIM INI

DEMI IBU KU SEWAKAN RAHIM INI

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Pelakor / Mengubah Takdir / Angst / Romansa / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:133.3k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

‘Dulu, ibuku pernah menjadi permaisuri satu-satunya, dan aku Putri mahkota dalam istana mahligai rumah tangga orang tuaku, tapi lihatlah kini! Kami tak ubahnya sampah yang dibuang pada sembarang tempat!’

Dahayu – wanita berpenampilan sedikit tomboy, harus menelan pil pahit kehidupan. Sang ayah menjual dirinya kepada sosok asing, yang mana ia akan dijadikan istri kedua.

Tanpa Dahayu ketahui, ternyata dirinya hendak dijerumuskan ke jurang penderitaan. Sampai dimana dirinya mengambil keputusan penting, demi sang ibu yang mengidap gangguan mental agar terlepas dari sosok suami sekaligus ayah tirani.

Siapakah sosok calon suaminya?

Mampukah Dahayu bertahan, atau malah dirinya kalah, berakhir kembali mengalah seperti yang sudah-sudah?

Pengorbanan seperti apa yang dilakukan oleh wanita berpendirian teguh, bersifat tegas itu …?

***
Instagram Author : Li_Cublik

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13 : Tuntaskan lah

“Dahayu, kau – kau …?” ia menatap ragu, tidak percaya, dan terdapat binar luapan bangga.

“Tuntaskan lah! Jangan buat saya lebih merasa terhina daripada ini.” Ia memalingkan wajah ke samping, menutup rapat mata dan menggigit lebih kuat lagi pipi bagian dalam.

Amran gamang, mau keluar juga tak mungkin – sebab selaput itu telah robek, dialah si pria pertama, bukan Wisnu Syahputra maupun laki-laki lain.

Ada seringai puas tersamarkan oleh raut datar. Dirinya tetap maju, tetapi memperbaiki caranya. Mulai mencumbu lembut, dan sengaja berhenti kala merasa sesuatu hangat mengalir keluar dari milik Dahayu.

Setelah dirasa otot-otot tegang sang istri mulai mengendur, pertanda telah beradaptasi dengan ukuran miliknya – Amran bergerak teratur seirama. Pandangannya tak beralih dari sisi wajah wanita yang senantiasa menutup mata.

Amran memejamkan mata, menikmati sensasi beda – milik Dahayu menjepit dibawah sama, memberikan pijatan sensual membuat pusakanya seperti dimanjakan.

‘Ternyata seperti ini rasanya meniduri seorang perawan?’ batinnya menyuarakan kepuasan, sementara gerakannya mulai acak-acakan.

Ya, kala dulu bercinta untuk pertama kalinya dengan Masira setelah sah menjadi pasangan halal, istinya sudah tidak perawan.

Namun, Amran tidak mempermasalahkan. Baginya sama saja, yang terpenting mereka suka sama suka saat melakukan hubungan badan.

Wajah menyamping itu ia bingkai menggunakan satu tangan, siku lengan kirinya menahan bobot tubuh.

Tanpa kata, ia tatap beda manik coklat terang yang berkaca-kaca. Dikecupnya bekas air mata pada pelipis, lalu mencium lembut kelopak mata dan turun ke bibir.

“Maaf,” bisiknya lirih. Ujung jempolnya mengusap ringan bekas gigitan di bibir bawah istrinya.

Dahayu enggan menanggapi, ia memilih kembali memejamkan mata. Sekuat tenaga menahan suara agar tidak menjerit – di bawah sana … sesuatu terasa basah, lengket, mengalir keluar. Bersamaan dengan itu Amran menggeram, mengecup dalam kening berkeringat.

Setelah semuanya usai – tersisa deru napas Amran yang terdengar kasar. “Maaf, dan terima kasih.”

Cup.

Sekali lagi dia kecup kening Dahayu, lalu bergeser ke samping tidak lagi menindih.

Dahayu berbalik badan memunggungi Amran, jari kakinya menjepit selimut, lalu tangannya meraih benda tebal itu, menarik dan menutupi tubuh polosnya.

Amran paham, dia setengah berbaring – membenarkan selimut agar menutupi bahu terbuka sang wanita yang enggan melontarkan kata-kata. Dia juga bungkam, memberikan waktu bagi Dahayu.

Menit berlalu sangat menyesakkan bagi Dahayu. Dirinya tidak menangis, tatapannya kosong. Saat terdengar bunyi napas teratur, ia turun dari tempat tidur.

Enggan menatap pria yang tertidur – dirinya memungut dan mengenakan terburu-buru pakaiannya, bagian bawah hanya tertutup celana panjang, tidak ada dalaman.

Dahayu melangkah keluar, saat sudah sampai pada tangga, ia setengah berlari agar segera sampai bawah.

Wanita itu tidak langsung pulang, melainkan masuk kedalam kamar tamu yang sebelumnya ia tempati saat menunggu dihalalkan oleh Amran Tabariq.

Brak!

Dahayu menutup kuat pintu kamar mandi, membuka tidak sabaran kemeja dan celananya.

Gemericik air shower – kalah oleh suara tangis seorang gadis yang kini telah menjelma menjadi wanita.

“Hiks hiks hiks … sakit, sungguh sakit. Di sini!” Ia pukul kuat dadanya yang terasa seperti ditusuk duri.

Bohong bila dirinya mengatakan baik-baik saja, nyatanya dirinya sekarat, terluka, dan seperti biasa – selalu terlihat sekokoh batu karang, agar tak tampak lemah serta menyedihkan.

Dayu memeluk erat lututnya, sebelah tangannya mengusap perut. “Tumbuhlah, jangan takut ku telantarkan! Cukup diriku saja yang dibuang, tak diinginkan. Kau jangan! Selagi berada dalam perut ini – akan ku pastikan kau aman, gizimu terpenuhi. Cepatlah hadir, agar aku juga segera mengakhiri drama menjijikan ini.”

“Terlihat kejam bukan? Ya, memang seperti inilah dunia bagi orang lemah, tertindas, tak berdaya. Maka dari itu – kau harus jadi sosok kuat, jangan mau diperdaya apalagi diperlakukan semena-mena.” Diremasnya perutnya.

Seseorang di luar pintu mendengarkan semua racauan itu. Dia mengepalkan tangan, menatap rumit daun pintu tertutup rapat. Jeritan Dahayu menembus ulu hatinya, menghantarkan rasa getir, seolah ia pun ikut merasakan kesedihan mendalam itu.

Amran berbalik badan kala tak lagi mendengar suara air shower. Dia keluar dari kamar, cukup tahu diri untuk tidak terlihat oleh mata si wanita.

Dahayu keluar dari ruang mandi, mengelap badannya menggunakan handuk tergantung pada dinding. Kembali mengenakan pakaian tadi.

“Kuharap cukup sekali, takkan terulang lagi apalagi harus melakukannya berkali-kali,” senyum getir nya penuh harap. Ia menatap cermin, sorot matanya penuh luka.

Dibukanya pintu kamar mandi, tak ada siapa-siapa di sana. Ia pun sedikit bernapas lega, lalu keluar dari kamar tamu.

Sepi, seperti cuma ada dirinya sendiri. Bi Ning dan si Wiwin entah kemana, seakan mengerti tentang suasana hatinya yang sedang porak-poranda.

Dahayu melangkah keluar hunian, menaiki motor yang mana kuncinya masih tergantung di sana.

Wanita itu mengabaikan rasa mengganjal, tak nyaman, dan sedikit nyeri. Ia melajukan motor, pergi dari tempat dimana keperawanannya hilang.

Perlakuan istimewa kembali diberikan sang security kepada Dahayu, yang ditanggapi anggukan singkat.

Para penjaga villa bukit, saling tatap. Wajah mereka masih terlihat segan, dan tentu saja tidak berani membicarakan sosok yang wajib dihormati.

Bila pernikahan kedua tuan Amran, menjadi hal rahasia bagi pemukiman warga perkebunan. Namun tidak pada penghuni villa bukit – melalui Bondan, semua tahu kalau Dahayu sang nyonya kedua. Istri pemilik perkebunan karet dan kelapa sawit.

Tanpa adanya pengumuman resmi, semua paham, sosok sederhana itu wajib dihormati dan diistimewakan.

.

.

Sesekali tangan yang tidak memutar gas itu mengelap lelehan air mata. Dahayu masih menangis, padahal dia sudah sekuat tenaga untuk tegar, kokoh, tapi buliran bening enggan berhenti menetes.

‘Aku benar-benar seperti pelacur bayaran. Bedanya diriku melakukannya dengan pasangan halal, tapi persamaannya – dibayar setelah berhasil memuaskan.’

Bila teringat tentang Bandi yang menjual dirinya – hatinya langsung mencelos. Harga dirinya terjun bebas, ia sama sekali tidak ada artinya, terlebih cuma ditukar dengan bangunan yang harganya tak lebih dari 90 juta rupiah.

Tin!

Tin!

Lewat kaca spion sebelah kanan. Dahayu melihat motor GL Max yang tadi telah melewati nya, kembali berbalik arah.

Bergegas dihapusnya kasar jejak air mata, bibirnya berusaha menyunggingkan senyum, tapi malah bergetar hebat.

“Dahayu, berhenti, Dek!” Dia menyamakan laju motornya, lalu berhenti saat si wanita mematikan mesin.

“Ada apa, Mas?” tanyanya, berusaha menjaga intonasi suara agar tidak bergetar maupun serak.

“Kau darimana? Mengapa masih kelayapan sore hari menjelang magrib begini?” tanyanya penuh perhatian, disertai tatapan lembut.

“Tadi mengejar penjual gula-gula kapas buat Ibuk, tapi sayang tak berhasil,” dustanya masuk akal.

Wisnu terlihat menyimak, bersimpati, aslinya dalam hati mengumpat muak. “Ibuk yang minta?”

“Iya.”

“Yu, besok ataupun lusa – Mas ingin sekali makan sambal balado Belut, bisa kau masakan tidak …?”

.

.

Bersambung.

1
Hanipah Fitri
lanjut
Alfiah Putri Pangalila
sangat mengandung bawang, semangat thor
tiap karyamu selalu ku pantau ☺️😍
imau
emang Dayu punya salah apa sama kamu Fiya?
imau
wkwkwk😂 sdh kena suap Randu ya bu
imau
jangan lupa, belahan dagunya 😄
imau
gimana g bergetar rahimnya Nelli 🤣🤣🤣
imau
ini nih gurunya Bu Warni 😄
imau
pengertian sekali
siauwdidola
seru, menarik
Kaka Shanum
tertawalah sepuasnya kamu nafiya karena setelah itu jangankan bisa tertawa,bicara pun tak sanggup kalau kau tau siapa amran tabariq......
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
perkosaaaa aja itu si dayu itu mran.. tuman banget cangkemnya...🤣🤣🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
bukan akal akal an sih,,, tapi biang keladi nya...🤣🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
laaaaahhh sana minum obat dulu,,,, kayaknya dosismu perlu ditambah deh biar agaj warasan dikit...
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
sak karepmu jem jem..... eh... aku ngomong apa ya... jem jem kayaknya ada terusannya deh...🤣🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
abang amran.... kawinin aku bang...🤣🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
matamu pengen tak colok ya peyang... segala macam orang dibilang ganteng, mungkin kalo orang utan dikasih jas celana sama sepatu pantofel paling juga dibilang ganteng sama si peyang ini...
Nurul Boed
Karena Dayu masih beranggpan dia hanya istri sementara,, 🤔🤔🤔
Nurul Boed
Beee,, model an begini gpp dech jadi yang ke tiga 😆😆😆😆
hidagede1
wah... ganteng banget abang amran,,, ah.. ini mah c'nafi gak bakalan bisa tidur 7hari 7 malam, wkwkwk
Marlina Prasasty
untung Bondan gak satu mobil dgn sang tuan pasti dia akan kema sadaran dr perang dunia ke3 ini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!