Aldi remaja yang masih menyimpan kepedihan atas meninggalnya sang bapak beberapa tahun lalu. Dirinya merasa bapaknya meninggal dengan cara yang janggal.
Kepingan memori saat bapaknya masih hidup menguatkan tekadnya, mengorek kepedihannya semakin dalam. Mimpi-mimpi aneh yang melibatkan bapaknya terus mengganggu pikirannya hingga dirinya memutuskan untuk mendalami hal ghaib untuk mencari tahu kebenarannya.
Dari mimpi itu dirinya yakin bahwa bapaknya telah dibunuh, ia bertekad mencari siapapun yang menjadi dalang pembunuhan bapaknya.
Apakah benar bapaknya dibunuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A.J Roby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penunggu Gudang Sekolah
Kesembuhan para siswi memberi angin segar bagi para guru, mereka dibaringkan di atas matras karena masih banyak yang tak sadarkan diri karena kelelahan. Aldi duduk di ujung matras tempat Ines siswi kelas 11 Ipa yang terbaring lemah di atas matras namun sudah sadar.
“Kakak yang nyembuhin aku?” Tanya Ines dengan suara lemah
“Bukan aku kok, aku bantu dikit” Jawab Aldi dengan senyum canggung
Mereka berdua sebelumnya tak saling mengenal, terkadang situasi buruk dapat menjadi sebuah kesempatan dalam hal tertentu. Kini Aldi mengenal gadis cantik kulitnya putih cerah dengan rambut sebahu dihiasi gigi gingsul yang manis.
“Terimakasih ya kak”
“Sama-sama, btw nama kamu Ines kan?” Balas Aldi sambil sedikit meregangkan wajahnya yang sedikit lebam akibat pukulan sang dukun
“I-ya, kenapa pipinya kok lebam?”
“Gapapa kok hehe kamu istirahat ya semoga cepet fit lagi badannya” Pungkas Aldi sembari reflek mengelus dahi Ines
Keduanya salah tingkah, Aldi menyadari itu sebuah kebodohan dari dirinya. Takut dianggap modus langsung Aldi berpamitan untuk keluar dari aula sementara Ines tersenyum seraya pipinya memerah saat Aldi pergi.
“Goblooo bisa-bisanya aku tiba-tiba kayak gitu” Batinnya
Ia sedikit menyesal karena reflek buruk yang tak sengaja ia lakukan. Sumpah Aldi takut dirinya dianggap cabul.
Masalah belum selesai di situ, Aldi merasakan sekumpulan energi kuat dari dalam gudang, ia menduga penyebab dari kasus ini berasal dari makhluk yang berada di dalam gudang tersebut.
Perlahan ia membuka pintu gudang yang tak terkunci lalu disambut aroma pengap yang menyeruak dibumbui dengan kayu lapuk dan debu-debu yang sangat tebal menyelimuti barang-barang di dalam gudang. Saat baru melangkahkan kakinya masuk ke dalam, ramai makhluk astral dengan berbagai bentuk menyambutnya namun sambutan tersebut berupa kuda-kuda seperti siap menyerang Aldi.
“Aku tak ingin berkelahi, aku hanya ingin bertanya kenapa kalian mengganggu para murid?” Tanya Aldi sembari siap menangkis serangan yang sudah siap diluncurkan
“Siapa yang mengganggu?” Jawab sosok hitam tinggi mirip seperti Suro
Aldi menyadari sosok tersebut bertubuh seperti genderuwo pada umumnya namun berbeda dengan Suro, sosok yang ia temui sekarang berwajah seperti gorilla dan dari auranya tidak sekuat Suro yang kemarin ia temui, meskipun begitu Aldi tak ingin menggunakan jalan kekerasan selama belum ada yang tersakiti seperti para siswi yang ia sembuhkan sebelumnya.
“Justru karena aku ndak tau makanya aku bertanya. Apakah ini ada hubungannya dengan gudang ini yang mau dirubah jadi ruang kelas?” Jawab Aldi mantap namun tetap dengan nada sopan.
Semua makhluk yang menatap dirinya dengan waspada kini berubah menjadi tatapan heran.
“Kami memang penghuni tempat ini, tapi kami tidak pernah mengganggu siapapun kecuali mereka sendiri yang mengganggu duluan” Balas Genderuwo sebagai pemimpin penghuni sekolah.
Aldi sendiri kebingungan mendengar jawaban tersebut, pasalnya siapalagi yang menjadi biang keladi kekacauan ini kalau bukan dari para hantu penghuni sekolah.
“Bukannya kalian tidak setuju gudang ini mau dirubah jadi kelas?” Tanya Aldi lagi guna menelisik jawaban.
“Aku tidak pernah mempermasalahkan apapun, karena sebelum sekolah ini dibangun aku sudah berada di sini” Balasnya
“Lah terus siapa yang mengganggu tadi?” Aldi kebingungan
Tentunya ia curiga kepada para makhluk di tempat ini, tapi melihat respon para penghuni yang terlihat tenang saat dituduh membuat Aldi sedikit yakin bahwa mereka memang tidak melakukan apapun.
“Aku memang merasakan ada makhluk lain selain penghuni tempat ini, dibawa oleh manusia”
Aldi memegangi dahinya seraya meresapi. Apakah dukun itu sendiri yang membawa pasukannya? Tapi apa tujuannya kalau dia sendiri yang mau menyembuhkan?
“Baiklah semoga benar bukan kalian yang menjadi biang kekacauan” Tukasnya
“Dirimu bisa dengan mudah melenyapkan makhluk di sini jika kami membuat kekacauan terlebih dahulu. Peganglah kata-kataku!” Jawab Genderuwo.
“Aku juga tak sebodoh itu untuk mencari perkara kepada manusia sekuat dirimu” Tambahnya.
“Baiklah aku pegang kata-katamu” Balas Aldi yang kini mempercayai perkataan Sosok hitam tersebut.
Aldi terdiam merenung meresapi ucapan sang genderuwo, ia memang paham bahwa sosok ini tak sekuat Suro baik dari energi ataupun auranya namun bukan berarti ia dapat dengan mudah mengalahkannya, tapi mengapa sosok ini menyebut dirinya kuat?.
“Apakah pocong kemarin yang menggangguku bagian dari kalian?”.
“Bukan, dia adalah makhluk liar yang tiba-tiba menghuni di sini. Aku juga ingin berterimakasih karena telah melenyapkan dia. Dia bisa membuat citra kami menjadi buruk”
Busett makhluk astral mirip pejabat aja pake mikirin citra segala dalam benak Aldi. Ia mengangguk karena kesepakatan telah tejadi, mungkin ia harus mencari biang masalahnya untuk menyelesaikan masalah ini. Untuk sekarang ia harus memberi tahu pihak sekolah terlebih dahulu terkait akar dari masalah ini.
“Jika ada salah satu makhluk di sini mengganggu tanpa sebab silahkan kau bebas melenyapkannya, tapi jika manusianya yang bersalah maka jangan salahkan kami jika kami mengacau” Pungkas sosok tersebut dengan tegas.
“Baiklah terimakasih aku bisa mempercayainya. Tapi boleh aku tau namamu?”
“Aku tak punya nama”
“Yaudah karena mukamu mirip gorilla aku panggil kong aja” Balas aldi
Sosok tersebut memang mirip kingkong di film-film bedanya hanya di ukuran tubuh dan kong satu ini kain hitam panjang mirip jubah
Aldi pamit dengan hormat berjalan menemui Pak Hasan selaku kepala sekolahnya. Sesampainya di ruang guru ia langsung diarahkan ke ruang kepala sekolah yang berada di dalam ruang guru.
“Permisi pak” Ucap Aldi sembari mengetuk pintu pelan
“Oh iya silahkan masuk dulu nak” Balas lembut Pak Hasan
Ia dipersilahkan duduk sekaligus mengenalkan dirinya walaupun Pak Hasan sudah mengenal dirinya. Kemudian ia mencoba membuka obrolan ini meskipun tangannya bergetar gugup.
“Sebelumnya mohon maaf pak, apakah gudang belakang ingin dijadikan kelas baru?”
“Iya nak, tapi sama Pak Pur (penjaga sekolah) disuruh izin dulu ke mbah Sadi”
“Mbah Sadi dukun yang tadi pak?”
“Iya benar nak”
Aldi menjelaskan bahwa sebenarnya para penghuni sekolah merupakan makhluk yang cinta damai, mereka tak akan mengganggu jika tidak diganggu terlebih dahulu sekalipun gudang akan dijadikan ruang kelas baru.
“Apa benar begitu nak? Tapi kenapa kok anak-anak yang lain sampai kesurupan?” Tanya Pak Hasan Bingung
“Sepertinya dukun itu biang keroknya pak”
“Kok bisa gitu nak?”
“Saya kurang paham apa tujuannya pak”
“Terus gimana nak? Saya ndak mau ada kejadian seperti ini lagi” Balas Pak Hasan penuh harap
“Bapak ndak perlu berurusan dengan dukun itu lagi, cukup lanjutkan aja kalau mau bongkar gudang di belakang saya sudah komunikasi sama penghuni sini dan mereka ndak ada masalah”.
Pak Hasan mengangguk menyanggupi perkataan Aldi, namun terbesit dalam pikirannya rasa tidak enak kepada dukun Sadi karena sedari awal memang pihak sekolah yang meminta bantuan kepada pria tua tersebut. Pak Hasan juga berterimakasih kepada Aldi karena berkat bantuannya masalah ini cepat teratasi.
Hari ini pelajaran sepenuhnya dikosongkan, kini Aldi duduk di kantin memikirkan bagaimana jika dukun itu terus melakukan aksinya dengan menghalalkan berbagai cara. Kedepannya ia harus lebih peka dengan kondisi sekitar. Sebuah tepukan tangan ke bahu kanannya membuyarkan lamunannya.
“Woi” Ucap dimas mengagetkan Aldi
“Asu ngagetin cok, sakit lagi” Umpat Aldi
“Hehe damai, ayo makan jangan lesu” Balas Dimas sambil nyengir tak bersalah
Mereka berdua duduk di kantin sembari menunggu pesanan mereka datang.
“Aku denger kowe nyembuhin kesurupan? Emang bisa?” Tanya Dimas
Berita tentang Aldi yang menyembuhkan para siswi menyebar dengan cepat, tapi Aldi masih mencoba menutupinya
“Ndakk, aku cuma bantu megangin” Balas Aldi santai
“Pegangin apanya?
“Dadanya”
Sebuah jitakan mendarat mulus dikepala Aldi hasil giveaway dari Dimas. Aldi hanya meringis lalu mengumpat.
Tak lama pesanan mereka datang, mereka berdua menikmati semangkok bakso dengan tenang sembari Aldi bercerita dengan serius tentang apa yang ia lakukan pagi ini. Dimas mendengarkan dengan serius tanpa menoleh sedikitpun karena ia memahami latar belakang Aldi sehingga dirinya tau apa yang diucapkan sahabatnya bukanlah bualan.
Saking seriusnya Dimas tak sadar bakso halus yang berada di atas mangkoknya kini berpindah ke dalam mulut Aldi.
“Asu main nyomot aja seenaknya” Dimas berdengus kesal.
Aldi tertawa terbahak-bahak melihat sahabatnya emosi, keduanya memang sangat sering bercanda meskipun candaanya terkadang sedikit ngawur akan tetapi keduanya tak pernah bertengkar dan selalu menganggap itu hal biasa. Keduanya berlanjut bersantai di kantin yang sudah menjadi kebiasaannya, namun fokusnya berubah saat Ines tiba ke kantin bersama teman-temannya.
Ines menyunggingkan senyum kepadanya dan dibalas dengan mulus oleh Aldi. Keduanya sama-sama memalingkan pandangan dengan cepat karena tak ingin diketahui oleh orang lain. Dimas memperhatikan gerak-gerik Aldi yang senyum-senyum sendiri lalu menempelkan telapak tangannya ke dahi sahabatnya.
“Bangsat!”
“Hahahaha aku kira kowe udah gila soalnya senyum-senyum sendiri” Balas Dimas
Aldi kemudian menceritakan pertemuannya dengan Ines yang belum sempat diceritakan, ia juga menceritakan kebodohannya yang tiba-tiba mengelus dahi Ines dan disambut tawa menghakimi dari Dimas.
Kini Aldi mentraktir makanan mereka berdua, karena sebelum ia keluar dari ruangan Pak Hasan ia diberi sejumlah uang sebagai bentuk terimakasih dari pihak sekolah. Sebenarnya ia menolak dengan keras tapi Pak Hasan tekadnya lebih keras untuk memberikan uang tersebut sehingga Aldi tak kuasa untuk menolak. Lumayan rezeki anak yatim nan soleh.
Kritik, saran dan masukan dari para readers sekalian sangat berarti bagi author, mengingat ini adalah karya pertama dari author. Happy reading😁