Lima tahun cinta Shannara dan Sergio hancur karena penolakan lamaran dan kesalah pahaman fatal. Bertahun-tahun kemudian, takdir mempertemukan mereka kembali di atas kapal pesiar. Sebuah insiden tak terduga memaksa mereka berhubungan kembali. Masalahnya, Sergio kini sudah beristri, namun hatinya masih mencintai Shannara. Pertemuan di tengah laut lepas ini menguji batas janji pernikahan, cinta lama, dan dilema antara masa lalu dan kenyataan pahit.
Kisah tentang kesempatan kedua, cinta terlarang, dan perjuangan melawan takdir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RYN♉, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB : Tatapan yang Terpotong dan Kecemburuan di Balik Jeda
Ternyata, Sergio memang melihatnya.
Dari balik jendela kaca sebuah restoran fine dining di lantai atas Mall yang mewah Mall yang sebagian besar sahamnya dipegang oleh keluarganya Sergio melihat adegan itu dengan mata kepalanya sendiri. Ia melihat Shannara yang tiba-tiba oleng, dan ia melihat Dilan menangkap tubuhnya dalam pelukan yang terlalu erat dan terlalu lama.
Rasa kesal yang tajam langsung menusuknya. Rahangnya mengeras. Ia tidak bisa langsung bertindak; ia sedang berada di tengah pertemuan penting dengan beberapa klien besar. Wajahnya tetap profesional, tetapi pikirannya kini dipenuhi oleh kemarahan buta.
"Lalat itu..." gumam Sergio dalam hati, menyebut Dilan. "Lalat itu masih saja menempel."
Sergio tahu Dilan sudah lama menyukai Shannara. Namun, karena Dilan adalah tipe pria yang pasif dan tidak mengganggu, dan karena Shannara selalu menjaga batas pertemanan mereka, Sergio dulu tidak pernah ambil pusing. Tapi sekarang, melihat kedekatan itu setelah ia dan Shannara berbagi momen intim, pikiran Sergio mulai berkelana liar.
Apa jangan-jangan, selama Shannara tidak bersamanya, Dilan terus berusaha mendekat? Apa Shannara mulai melunak pada pria pemalu itu?
Kekesalan itu begitu hebat sampai Sergio gagal fokus. Ia melewatkan poin penting yang sedang dibahas kliennya. Davin, asisten pribadinya, yang duduk di sampingnya, harus memberikan kode dengan mengetuk gelas air secara halus di atas meja kode agar Sergio kembali fokus pada pekerjaannya, pada meeting yang jauh lebih mahal daripada perasaan pribadinya. Sergio menarik napas tajam, memaksa dirinya kembali ke dunia bisnis.
Di sisi lain, setelah mendapatkan buku tentang kesehatan hewan yang dicari Dilan, mereka memutuskan untuk segera meninggalkan Mall. Hujan di luar sudah agak mereda.
Saat mereka berjalan menuju pintu keluar utama, Shannara yang berjalan di samping Dilan tiba-tiba merasakan kehadiran familiar. Ia mengangkat wajah, dan mata mereka bertemu hanya sepersekian detik dengan wanita yang berjalan masuk.
Karina Kusuma.
Shannara langsung menunduk, jantungnya berdebar kencang. Ia mempercepat langkah, berusaha menyembunyikan diri. Ia tidak ingin Karina mengenalinya.
Sementara itu, Karina, yang baru saja masuk ke Mall untuk menemui Sergio, juga sempat terpaku. Ia memandang sekilas wanita yang baru saja berpapasan dengannya. Ada rasa familiar yang mengganggu dari wajah itu. Wanita yang tadi berjalan dengan pria tadi itu ... mirip sekali dengan wanita di dermaga dalam foto Sergio. Namun, ia memutuskan untuk tidak memastikannya sekarang. Ada hal yang jauh lebih penting, menghadapi Sergio dan membahas hasil pemeriksaan kesuburan yang akan ia jalani.
Mereka sudah berada di luar Mall. Shannara berjalan dalam diam, terlihat murung.
"Nar? Kamu kenapa? Tadi di dalam kamu kok tiba-tiba diam aja," tanya Dilan, khawatir.
"Oh, nggak apa-apa, Dilan. Aku cuma ... lagi capek aja," dusta Shannara, sambil tertawa canggung.
Dilan mengangguk. "Tadi itu Karina Kusuma, kan?"
Mendengar nama istri Sergio diucapkan oleh Dilan, Shannara merasakan sengatan aneh di hatinya. Sakit. Rasa sakit yang seharusnya tidak ia rasakan.
"Oh, iya," jawab Shannara singkat.
Saat mobil Dilan melaju membelah jalanan yang basah, Shannara menatap kosong ke luar jendela. Dia melamun. Karina sekarang akan bertemu Sergio. Mereka mungkin akan menikmati sisa hari bersama sebagai suami istri sah. Mungkin mereka akan makan malam mewah, lalu pulang, tidur seranjang...
Kenapa hatiku terasa tidak suka? Kenapa aku merasa terkhianati? Aku tidak boleh merasa begini. Jelas-jelas mereka suami istri yang sah di mata hukum dan Tuhan. Aku... aku hanya masa lalu, gumam Shannara pada dirinya sendiri. Namun, rasa sakit di dadanya menolak untuk pergi.