NovelToon NovelToon
Pembalasan Mafia Kejam

Pembalasan Mafia Kejam

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Lari Saat Hamil / Hamil di luar nikah / Anak Kembar / Beda Usia / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:18.6k
Nilai: 5
Nama Author: Lovleyta

Raffaele Matthew, seorang Mafia yang memiliki dendam pada Dario Alexander, pria yang ia lihat telah membunuh sang ayah. Dengan bantuan ayah angkatnya, ia akhirnya bisa membalas dendamnya. Menghancurkan keluarga Alexander, dengan cara membunuh pria tersebut dan istrinya. Ia juga membawa pergi putri mereka untuk dijadikan pelampiasan balas dendamnya.
Valeria Irene Alexander, harus merasakan kekejaman seorang Raffaele. Dia selalu mendapatkan kekerasan dari pria tersebut. Dan harus melayani pria itu setiap dia menginginkannya. Sampai pada akhirnya ia bisa kabur, dan tanpa sadar telah membawa benih pria kejam itu.
Lalu apakah yang akan dilakukan Valeria ketika mengetahui dirinya tengah berbadan dua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lovleyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6. Kepulangan dan Keanehan

"Eyin mau tidur ama ante Ale." Balita umur 3 tahun itu merengek ingin tidur dengan tantenya. Mungkin karena hari ini terakhir Valeria berada di Prancis.

Valeria merentangkan kedua tangannya. Menyambut keponakannya ke pelukannya dan mengangkat tubuh kecil itu.

"Oke, malam ini kita tidur berdua. Besok tante udah pulang ke Swiss, tidak bisa bareng kamu lagi. Bakalan kangen sama pipi kamu yang menggemaskan ini." Valeria menciumi pipi gembul Erin, membuat anak kecil itu kegelian dan berakhir tertawa.

"Vale, besok kakak hanya bisa antar kamu sampai bandara saja. Tidak bisa ikut kamu ke Swiss, pekerjaan kakak banyak." Ujar Brian. Lalu sang istri yang berada di sampingnya itu mengusap bahu suaminya tersebut.

Ines tahu jika Brian pasti sangat merasakan kekhawatiran karena tidak bisa mengantar kepulangan Valeria ke Swiss. Meskipun kemarin gadis tersebut datang seorang diri juga. Tetap saja itu membuat Brian tidak tenang.

"Iya kak Brian, aku tau. Kakak tidak perlu mengantarku ikut ke Swiss juga. Tenang saja, adikmu ini sudah besar bukan anak kecil lagi." Valeria membalasnya dengan sedikit menyombongkan diri. Membuat kedua kakaknya itu tertawa.

"Masih anak kecil. Baru 19 tahun juga sudah berlagak dewasa." Ejek Brian pada adiknya itu.

"Jangan salah kak, 19 tahun itu sudah tergolong dewasa." Balas Valeria.

"Iya-iya si paling dewasa. Udah sana kalian istirahat, titip Erin dulu ya malam ini. Kakak mau buatin adik buat Erin." Goda Brian berjalan bersama Ines masuk ke dalam kamar mereka dengan tawa keduanya yang begitu puas melihat ekspresi kesal Valeria.

"Tuan tolong ke kantor sekarang. Ini sangat gawat, semuanya kacau tuan." Ujar sekertaris Dario dari telepon.

"Katakan yang jelas Vernon, ada apa?" Balas Dario, yang awalnya sudah akan ke kamar mengurungkan niatnya lagi.

"Perusahaan kita tiba-tiba mengalami kerugian yang sangat besar tuan. Dan kami sedang mencari tahu apa penyebabnya sekarang ini." Ungkap Vernon.

Begitu mendengar perkataan Vernon tersebut, tubuh Dario terasa lemas. Pria paruh baya tersebut sampai berpegangan pada sofa untuk menahan tubuhnya yang hampir limbung.

Dadanya terasa nyeri. Tak kuat menahan sakitnya, pria tersebut mendaratkan badannya di sofa. Satu tangannya memegangi dadanya. Napasnya jadi tersendat tak beraturan.

"Tuan Dario. Tuan masih di sana?" Vernon merasa khawatir saat tak lagi mendengar suara atasannya.

"Iya. Aku masih di sini. Tolong kamu urusi dahulu nanti aku akan ke sana." Jawab Dario.

Setelah mematikan teleponnya, Dario menyandarkan punggungnya. Kenapa bisa mendadak seperti ini? Apa yang sebenarnya terjadi.

Dario mengatur napasnya, dirasa mulai sedikit mendingan keadaannya. Pria tersebut kembali menelepon seseorang. Semua yang terjadi ini terasa aneh.

"Ada yang tidak beres dengan perusahaanku." Kata Dario dengan seseorang di seberang telepon itu.

"Entahlah, aku juga belum mengetahuinya. Tapi perasaanku tidak enak, aku punya permintaan kepadamu." Mendadak Dario menjadi waspada. Perasaannya mulai tidak tenang.

"Tolong jaga anak-anak ku ketika terjadi sesuatu nanti kepadaku." Lanjutnya.

****

Langkah lebar Dario memasuki kantornya. Masih banyak karyawannya yang berlalu lalang mengurusi permasalahan ini.

Kejadian ini benar-benar aneh. Perusahaan yang awalnya baik-baik saja. Kini mengalami kerugian besar secara mendadak seperti ini. Ada seseorang yang melakukannya. Dan Dario sedang berhati-hati sekarang ini.

"Akhirnya tuan Dario datang juga." Vernon menghampiri atasannya itu dengan tergesa. Dari wajahnya tampak kelelahan.

"Bagaimana? Apa sudah tau masalahnya di mana? Mengapa perusahaan kita bisa merugi sebesar ini?" Tanya Dario.

"Kami menemukan satu bukti tuan. Ada perusahaan yang menggaet semua investor kita. Dan mengakibatkan investor perusahaan kita memilih mundur, karena keuntungan bergabung dengan perusahaan lain itu yang lebih besar dari kita tuan." Jawab Vernon.

Meskipun telah mendapatkan jawaban tersebut, ada hal ganjal di sini. Tidak mungkin hanya karena itu perusahaannya ini mengalami kerugian.

"Kita selesai permasalahan ini dahulu. Lalu kita lakukan evaluasi lebih dalam lagi." Perintah Dario. Dirinya berbaur dengan bawahannya untuk menyelesaikan permasalahan di perusahaannya tersebut. Entahlah, ia sangat berharap masalah ini bisa diatasi walaupun sepertinya terlihat mustahil karena keadaannya yang sudah rugi besar.

"Kakak aku balik ke Swiss dulu. Kapan-kapan kalian gantian yang ke Swiss. Kami menunggu kedatangan kalian." Ucap Valeria.

Sekarang ini, gadis itu sedang memberikan pelukan perpisahan kepada kakak dan kakak iparnya. Tak lupa juga sang keponakan yang berada di stroller.

"Iya, kalau kakak sedang senggang. Kami akan ke sana. Hati-hati, kalau sudah sampai sana kabari kakak." Balas Brian, pria tersebut mengusap puncak kepala Valeria.

Rasanya Brian berat sekali melepas kepulangan sang adik ke negara tempat tinggalnya. Entah kenapa ia merasakan keanehan pada perasaannya.

Tanpa aba-aba Brian kembali memeluk tubuh sang adik. Kali ini lebih erat. Pria tersebut juga sempat membubuhkan kecupan di kepala adik perempuannya itu.

"Kakak pasti udah merasakan kangen ke aku ya? Seperti tidak mau melepaskanku pergi." Sempat-sempatnya dalam momen haru begini Valeria malah menggoda sang kakak.

Brian mencolek ujung hidung Valeria. Kedua sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman yang mirip sekali dengan senyum ayah mereka.

"Percaya diri sekali." Ejek Brian.

Valeria sampai di Swiss sudah sedikit siang. Ia menunggu penjemputan dari keluarganya. Tapi lama menunggu, tak ada yang menjemputnya. Bahkan sopir mereka saja tidak ada. Berulang kali juga Valeria menelepon sang ayah dan berganti ke sang ibu. Namun yang didapatkannya hanyalah sebuah suara sambungan operator saja.

"Kemana mereka?" Gumam Valeria khawatir.

Lantas tak ingin menunggu lebih lama lagi, Valeria akhirnya memutuskan naik taksi. Kurang lebih setengah jam gadis itu sampai di kediamannya.

Tampak di halaman rumahnya ada beberapa mobil asing. Dan anehnya lagi, saat dirinya akan memasuki gerbang. Posisi gerbang sudah terbuka lebar. Memang rumahnya ini sedikit jauh dari rumah orang lain. Mereka tak memiliki tetangga dekat juga.

Valeria turun dari taksi dengan perasaan bingung. Langkahnya mengayun pelan sembari matanya yang memandangi mobil-mobil itu.

"Siapa tamunya? Kenapa penjaga rumah tidak ada?" Valeria berbicara pada dirinya sendiri.

Saat kakinya berhasil menaiki satu tangga teras rumahnya. Tiba-tiba suara ledakan yang cukup keras dari dalam rumah terdengar.

Gadis itu sampai melepaskan pegangan kopernya dan segera menutup kedua telinganya dengan mata yang tertutup rapat. Jantungnya berdebar hebat. Perasaan khawatir menyeruak. Suara tadi, bukan suara ledakan biasa. Tapi seperti suara tembakan senjata pelatuk.

Langkah Valeria semakin melebar, dan gadis tersebut meninggalkan kopernya. Ia sudah dibatas tinggi khawatirnya. Didorongnya pintu rumah. Gadis itu mematung seketika. Tubuhnya gemetar hebat. Rasanya ia sangat mual dan ingin ambruk.

Di hadapannya saat ini, beberapa penjaga rumahnya tergeletak secara mengenaskan. Cairan merah merembes dari tubuh mereka.

"Mama! Papa!" Seketika itu Valeria berteriak mencari kedua orang tuanya.

1
partini
mereka anak mafia kecerdasan di luar nalar bukanya yg lemah ,,
Hugo Fun: ketemu rafaele nya lama bet dah ahh
total 1 replies
Putri Ana
thorrrrr lanjutttttttttytttttttttt
Putri Ana
ayo thorr lanjut ke part selanjutnya
partini
kapan mereka bertemu Thor
partini
Raffael udah minder duluan karena rasa bersalah
partini
hemmm mencurigakan sekaleeeee
Putri Ana
bagusss bangetttttt
Putri Ana
thorrr😭😭😭😭kalau bisa banyak" buat ceritanya
Putri Ana
ayo thorr semangat,💪. buat ceritanya
partini
wah twins,,semoga jenius mereka berdua like mafia bisa cari tau ayah nya sendiri
partini
pertemuan nanti aja Thor kalau usia anaknya udah 5 th,semoga baby boy biar plek ketiplek mirip ayah nya secara tidak langsung Vale bersanding dengan copy Raffael
partini
semoga anak mu nanti yg akan menuntun mu bertemu dan bersama Vale Raff,,secara kamu jg ga sepenuhnya salah kamu dan doktrin
Ayu Wandira
wah wah apa kah valerie hamil anak kembar.up nya lebih banyak lagi kak
partini
ga bisa membayangkan kalau mereka bertemu pasti kebencian Vale sudah mendarah daging
partini
masih hidup?
raff ga ada sedikit hal yg baik deh udah bunuh siksa Ampe tekdung pula hemmmm so Bad
i give up lah i hope happy ending tapi Kamu like Monster
Risnanyabudi
kira' siapa ya yg berada dikursi roda, author jgn buat penasaran donk tor🤣🤣
Putri Ana
thorr mana ini lanjutannya 🙏
partini
kamu tuh yg salah jangan datang malah marah" raff
partini
hemmmm ko kamu sih dia vale Vale yg hamil
partini
wah satu kejutan ini Thor
dah Raffael suruh mereka yg cari sampai ketemu karena mereka yg bantu vale pergi
Putri Sahara: semangat thor
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!