21 Days In Hawaii

Apartemen.

Tempat asing dan aroma maskulin yang khas. Setibanya di sana, Ariana melihat sekeliling apartemen itu, sangat besar dan juga megah memanjakan mata. Ia mengakui bahwa mungkin pria asing yang akan menjadi suaminya ini memang bukan orang sembarangan.

Terlihat di ruang tengah baju pengantin sudah siap. Ariana termenung sejenak melihatnya, berusaha mencerna apakah yang dialaminya ini mimpi atau bukan.

"Apa kau tinggal di sini?." Tanya Ariana memastikan, di sana hanya ada mereka bertiga dengan Luke.

"Ya, ini kediaman ku di kota Hawaii."

"Sekarang duduklah." Lanjut Caesar sebelum melanjutkan ucapannya.

Ariana kini duduk berhadap-hadapan.

"Besok pesta pernikahan akan dilakukan sore hari menjelang malam. Dan siangnya kita akan melakukan pertemuan keluarga terlebih dahulu, kau akan bertemu orang tuaku." Jelas Caesar. "Bersikaplah layaknya kita saling mencintai dan sudah mengenal dari jauh hari."

Ariana tak langsung menjawab, sepertinya tugasnya akan cukup berat. "Lalu bagaimana dengan latar belakang ku?."

Manik keduanya bertemu mengikat satu sama lain. "Siapa namamu?."

Keduanya sadar jika belum mengetahui nama satu sama lain.

"Ariana."

Mendengar nama itu sudut mata Caesar melirik Luke. Luke yang peka memilih tetap diam menunggu tugas selanjutnya.

"Untuk latar belakang mu semuanya akan di setting. Agar tidak mempersulit dan memperlancar semuanya, anggap saja kedua orang tuamu sudah meninggal maka dari itu ada alasan mengapa mereka tidak dapat hadir menyaksikan pernikahan." Lanjut Caesar.

Rasanya cukup menggelikan sekaligus mengenaskan, sudut bibir Ariana tersenyum sinis. Kedua orang tuanya masih hidup dan bisa-bisanya mulut pria asing ini berkata demikian. Namun karena tak mau mencari masalah Ariana mengiyakan saja. Toh ini akan segera berlalu dan mereka akan asing kembali.

"Oke, apa ada lagi?." Timpal Ariana.

Mata tajam seperti elang itu masih menatapnya. "Sejauh ini hanya itu."

"Baiklah, kalau begitu aku pergi."

Caesar mengerutkan kening, tangan kekarnya segera menahan tubuh Ariana. "Mau kemana?."

"Menyewa apartemen lain, aku juga ingin istirahat sebelum besok melewati hari yang sangat panjang. Jadi lepaskan tangannya, aku tak akan kabur."

"Ck! Tidurlah di sini, ada satu kamar yang kosong." Timpal Caesar dengan menunjuk salah satu kamar.

Ariana melirik kamar itu dan Caesar secara bergantian.

"Kenapa? Apa kau berpikir aku akan meniduri mu sekarang?." Bisik Caesar sengaja.

What?...

Jari telunjuk Ariana mendorong pelan dada kekar pria itu. "Rupanya kau mesum juga, pria asing?."

Sudut bibir Caesar terangkat mendengar ucapan Ariana. "Caesar, panggil aku dengan nama itu."

Ariana tak merespon hanya menjaga pandangan saja, perlahan ia mundur beberapa langkah melepaskan diri dari mata Caesar. Wanita itu pun masuk kamar kosong yang dimaksud, untuk istirahat dan menyambut hari esok.

"Sangat aneh, apa ini awal perubahan mu?." Lirih Luke pada sahabatnya. Ia membantu menyalakan rokok untuk Caesar.

"Maksudmu?." Caesar meniupkan asap rokok sembarang arah.

"Membiarkan seorang wanita masuk dan menggodanya. Walaupun hanya untuk sandiwara."

Caesar tak langsung menjawab. "Luke, untuk memperlancar semuanya bukankah harus berpura-pura seperti pasangan sungguhan juga?."

Luke mengembangkan senyum tipis. "Entahlah, aku jadi melihat jalan yang berbeda."

Caesar terdiam hanya menyesap rokoknya dengan dalam. "Tatapan mata itu, keberaniannya yang menerobos kepanaan. Aku menyukainya, bahkan saat melihat dia berhadapan denganku langsung."

"Setelah pernikahan selesai, selidiki identitas aslinya!." Lanjut Caesar.

"Iya."

Sementara itu.

Kamar.

Ariana menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, wanita itu memegang dadanya yang dirasa cukup tak karuan. Hari ini banyak sekali kejadian yang melelahkan. "Hanya 21 hari, aku akan bertahan dan melewatinya dengan baik."

Saat kembali menyalakan handphone rupanya banyak sekali notifikasi masuk, terutama dari Diego yang tak henti-henti mencarinya. Mengingat pengkhianatan yang cukup mengejutkan tadi, Ariana menghela nafas berat. Ia tak mau ambil pusing dan segera ingin melupakan kesialan itu. Ia mengirimkan foto dimana saat ini dirinya berada.

Tak butuh 1 jam untukku mendapatkan penggantimu, kita benar-benar sudah berakhir dan urus lah Sofia mu dengan baik.

Pesan pun terkirim. Puas sekali rasanya bagi Ariana, walaupun cukup banyak yang masih membekas. "Enyah lah!."

Memiliki kesepakatan dengan Caesar, Ariana memilih mengambil kesempatan juga untuk terlepas dari mantan tunangannya itu.

...~...

Keesokan paginya..

Pukul 8.45.

Caesar dan Ariana sudah berada di salah satu penthouse ternama, keduanya nampak terlihat serasi. Gaun yang mempercantik sosok Ariana dan Caesar dengan setelan jasnya memancarkan kewibawaan yang kuat.

Walaupun ini sandiwara, tetap saja Ariana tak bisa bohong bahwa dirinya cukup gugup untuk bertemu calon mertua.

"Mereka datang." Bisik Caesar yang meraih Ariana untuk berdiri.

Terdengar suara langkah kaki mendekat.

"Selamat datang tuan Gabriel, nyonya Jessica." Sambut sekretaris Luke.

"Ya."

Tepat di hadapan semuanya, kini kedua orang tua Caesar yang terhormat bertemu langsung dengan kekasih putranya. Ariana segera tersenyum hangat menyapa menghilangkan kecanggungan.

"Perkenalkan dia kekasihku, Ariana. Kini ku tunjukkan langsung kepada mama dan papa." Ujar Caesar.

Mata Gabriel dan Jessica tertuju pada Ariana. Menatap seksama wanita cantik yang berhasil mengambil hati putranya itu. Rupanya alasan Caesar terbukti dan tak bisa melakukan perjodohan dengan pilihan keluarga.

"Apa kau berasal dari negara ini?." Tanya Jessica yang penasaran, karena wajahnya terasa asing.

"Iya, tetapi kota kita berbeda." Jawab Ariana.

"Siapa orang tuamu?." Timpal Gabriel penuh selidik dengan nada yang sedikit berbeda.

"Sudah meninggal pa." Caesar menjawab dilanjut menjelaskan latar belakang Ariana.

Ariana menoleh pada lelaki itu, rasanya cukup menegangkan. Terlihat Gabriel diam setelah mendengar penjelasan putranya.

"Kau mencintainya?."

Dengan perlahan Ariana mengangguk. "Tentu." Ia menggandeng tangan kekar Caesar cukup mesra.

"Kalian kan sudah menjalin hubungan 2 tahun, tante rasa kamu sudah mengetahui sosok Caesar bagaimana. Apa ada yang begitu mengesankan?." Ujar Jessica ingin mengetahui jawaban calon mantunya.

Ariana menelan saliva. 2 tahun apanya? Ia saja bertemu Caesar belum ada 24 jam. Apa yang harus ia katakan?.

"Mungkin pertemuan pertama kita, dia terlihat gentle saat menolongku tante. Dan itu sangat berkesan bagiku." Jawab Ariana dengan senyuman hangat padahal batin ingin menangis jika mengingat faktanya.

Mendengar jawaban itu sudut bibir Caesar terangkat. Ada hal menggelitik di sana.

Obrolan yang sebelumnya canggung semakin kesini jadi terampil dan alami. Ariana benar-benar lebih dari yang diharapkan Caesar. Tatapan tajam penuh intimidasi dari Gabriel perlahan menghangat, rupanya putranya tidak bohong dan menunjukkan wanita yang dimaksud itu. Kini ia bisa menerimanya.

Setelah pertemuan itu, mereka kembali ke apartemen masing-masing untuk mempersiapkan pernikahan.

Sore hari..

Terdengar sorak yang meriah menyambut kedua pengantin. Caesar dan Ariana terlihat sangat cantik dan tampan layaknya pasangan surgawi. Bahkan banyak yang terharu sampai berkaca-kaca melihatnya. Pernikahan itu cukup privat diniatkan tidak di publish sekarang, ini alasan pribadi Caesar. Tamu yang hadir di sana merupakan pihak keluarga, orang terdekat, dan beberapa tamu penting.

Di hadapan pastor, dan juga banyak orang. Caesar dan Ariana mengucapkan janji suci yang mengikat keduanya dalam pernikahan sah yang abadi.

Semua yang menyaksikan bersorak.

"Cium!."

"Cium!."

"Cium!."

Seketika senyum Ariana memudar, jantungnya berubah menjadi tak karuan. Kini ia beralih menatap pria di hadapannya dengan wajah cukup panik. "Tidak, tunggu!. Caesar, jangan bilang...

"Bekerja samalah, buka sedikit bibirmu.."