NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Kontrak Dari Pria Asing

Menjadi Istri Kontrak Dari Pria Asing

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rheaaa

Lyra tak pernah menyangka bahwa orang yang paling ia percayai telah mengkhianatinya sebulan sebelum pernikahannya.

Alih-alih membelanya, ibu tirinya justru memilih untuk menikahkan tunangannya dengan kakaknya sendiri dan menjodohkannya dengan Adrian— seorang pria yang tak pernah ia tahu.

Namun, di tengah huru hara itu Adrian justru menawarkan padanya sebuah kontrak pernikahan yang menguntungkan keduanya. Apakah Lyra dan Adrian akan selamanya terjebak dalam kontrak pernikahan itu? Atau salah satunya akan luluh dan melanggar kontrak yang telah mereka setujui?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

"Kemarin paman menjodohkan Lyra dengan seseorang. Sebagai seorang ayah, paman tidak sampai hati melihatnya terus menerus larut dalam kesedihan," jelas Pak Satria.

"A–apa? Menjodohkan? Tapi kenapa paman?" tanya Dion, tangannya mengacak-ngacak rambutnya seolah sedang menunjukkan dirinya yang frustasi.

"Kenapa? Apa Lyra tidak boleh bahagia? Tindakanmu sudah menyakiti hatinya dan sekarang kau ingin putriku hanya meratapi kesedihannya?" balas Pak Satria, alisnya bertaut tajam.

"Bukan seperti itu, Paman."

"Apapun yang Lyra lakukan sekarang sudah tidak ada hubungannya denganmu. Lyra juga berhak bahagia. Soal Safira, paman akan bertemu orang tuamu secepat mungkin dan mendiskusikan pernikahan kalian berdua," jelas Pak Satria kemudian meninggalkan Dion yang masih di ruang tamu.

Di balik pintu kayu itu, Lyra terpaku di kursi teras. Tangannya mencengkram sandaran kursi begitu kuat hingga ujung jarinya memerah. Kata-kata ayahnya barusan terus berputar di kepalanya, dadanya seketika terasa sesak. "Aku berhak bahagia? Tapi kenapa papa menjodohkanku dengan orang yang tidak ku kenal sama sekali?" batinnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Tetesan air mata mulai turun melalui sudut matanya, namun segera di seka oleh wanita itu. Ia menghela napas panjang lalu bangkit dari duduknya dan melangkah masuk ke rumahnya seolah tidak terjadi apa-apa.

Melihat sosok Lyra yang berjalan masuk membuat Dion refleks menghampirinya. "Lyra ... kau sudah pulang? Bagaimana harimu?" tanya Dion mencoba membuka topik pembicaraan.

Namun alih-alih mendapatkan jawaban, Lyra terus berjalan seolah tidak mendengar atau melihat apapun.

"Dion?! Kapan kau datang? Kenapa tidak mengirim pesan?" sahut Safira ketika melihat Dion sudah ada di ruang tamu.

Wanita itu menyeringai ketika melihat adik tirinya menaiki tangga, "Sayang ... saat ini papa sedang mengunjungi kita. Kau pasti sangat senang," ucapnya sambil mengelus perutnya.

Safira sengaja membesarkan volume suaranya berharap Lyra mendengarnya. Namun, alih-alih cemburu Lyra tetap berjalan menuju kamarnya seolah tidak mendengar apapun.

"Mari kita lihat sampai kapan kau akan berpura-pura kuat," batin Safira dengan wajah tertekuk.

"Dion bagaimana kalau—"

"Safira, maafkan aku. Tapi aku harus pulang sekarang, banyak yang harus kuurus," potong Dion hendak beranjak dari rumah Pak Satria.

"Tunggu! Jangan lupa untuk berpamitan dengan anak kita, Dion," cegat Safira menarik lengan Dion.

Dion menghela napas, pria itu lalu berjongkok hingga wajahnya sejajar dengan perut Safira. "Sayang, papa pulang dulu. Papa akan berkunjung lagi nanti."

Senyum Safira merekah, tanpa perintah ia melingkarkan tangannya di leher pria itu. "Sering-seringlah berkunjung, Dion. Aku dan anak kita selalu menunggumu datang."

Lyra masuk ke dalam kamarnya, menutup pintu dengan hentakan kaki lalu melempar tasnya hingga membentur lantai. Wanita itu menjatuhkan tubuhnya di ranjang, menutup sebagian wajahnya dengan lengan. "Safira ... apa yang kau harapkan setelah membuatku mendengar perkataanmu? Aku menangis histeris melihatmu bermesraan dengan mantan kekasihku? Cih!" gerutu Lyra di selingi dengan tawa seolah sedang menertawakan kebodohan saudarinya.

"Hari ini sangat padat ... membuatku sedikit mengantuk," batinnya sambil menutup mulutnya yang terbuka dengan tangan. Rasa kantuk mulai menguasai dirinya, membuat matanya kian memberat.

*

*

*

"Lyra! Lyra!" teriak Bu Sintia sambil mengetuk pintu kamarnya.

"Anak ini ... pasti dia tertidur. Apa dia pikir aku menikahi ayahnya untuk melayaninya? Lyra!" gerutu wanita setengah baya itu sambil mengetuk pintu kamar Lyra.

Suara ketukan yang semakin kencang itu membangunkan dirinya. "Hhh ... jam berapa sekarang?" gumamnya lalu menoleh ke arah jendela. Ia terperanjat, melompat dari tempat tidurnya saat mengetahui langit sudah sepenuhnya diselimuti oleh kegelapan.

"Iya, Ma." ucapnya seraya menggosok matanya yang masih berair.

"Astaga, Lyra! Masih dengan baju kantor? Sebentar lagi kau akan menikah. Apa yang akan dikatakan ibu mertuamu jika melihatmu seperti ini?! Sudah waktunya makan malam, ayo turun bantu mama menyiapkan makanan," gerutu Bu Sintia menyapu tubuh Lyra dari bawah hingga atas.

"Maafkan aku. Aku kelelahan sepulang dari kantor tadi." Lyra menyapu tengkuk belakangnya beberapa kali sebelum akhirnya turun ke bawah bersama ibunya.

"Di mana Safira? Dia tidak ikut menyiapkan makan malam?" Lyra mencuci tangannya lalu memotong wortel yang sudah di kupas.

"Ibu menyuruhnya agar diam di kamar. Sejak mengandung, tubuhnya menjadi lemah. Penciumannya menjadi lebih sensitif dari sebelumnya. Hari ini dia sudah beberapa kali muntah," jelas Bu Sintia.

Aroma dari bawang yang ditumis perlahan memenuhi ruangan, menandakan waktu makan malam hampir tiba. Dalam sekejap, dapur yang semula sibuk kini tenang. Meja makan yang tadinya kosong telah dipenuhi dengan makanan yang menggoda.

Begitu semua duduk di kursi masing-masing, satu-persatu hidangan berpindah dari tengah meja ke piring-piring mereka. "Kau harus makan yang cukup, Safira. Nutrisi untuk bayimu harus terpenuhi," ucap Bu Sintia sambil menyendokkan beberapa lauk ke piring Safira.

"Berat badanku bisa-bisa bertambah," batin Safira dengan mata yang membelalak ketika melihat berapa banyak makanan yang ada di piringnya.

Lyra tersenyum puas, "Hah! Kau pasti terkejut melihat piringmu yang penuh."

"Lyra, maaf. Aku tiba-tiba merasa mual. Sayang sekali jika makanan ini harus dibuang," ucap Safira sambil memindahkan beberapa lauk dari piringnya ke piring adiknya.

Lyra terdiam sejenak menatap piringnya kemudian tersenyum hingga matanya menyipit. "Tidak masalah. Lagi pula tubuhku tidak mudah gemuk," sindir wanita itu. Dalam beberapa detik, raut wajah Safira berubah.

"Lyra ... apa besok kau bisa cuti, Nak?" tanya Bu Sintia.

"Cuti? Untuk apa, Ma?"

"Mama ingin kau menemani kakakmu untuk memilih gaun pengantin."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!