SCRIPT SWEET

Tak terasa 40 hari sudah mereka menjalin kuliah kerja nyata di sebuah daerah perbukitan, kelompok KKN di sini membuktikan bahwa tidak selamanya KKN ada cinlok, tetapi ada sebuah pengalaman berharga yang bisa dibuat cerita di masa yang akan datang. Perdebatan kecil karena beda pendapat tak mengurangi rasa kekeluargaan di antara mereka. Ditambah DPL yang baik, pengertian, semakin menambah kedekatan mereka. Bahkan Pak Cokro sepertinya menyimpan ke-30 nomor anggota KKN, karena saat beliau update status semua anggota KKN bisa melihat.

Kini perpisahan dengan para warga didampingi beliau penuh isak haru. Bu RT yang begitu sayang pada anak KKN terutama Aluna dan Jihan, membuat beliau menangis sampai sesenggukan. Kenang-kenangan tak seberapa dari mahasiswa diterima dengan begitu ikhlas, bahkan Pak RT merasa ilmu yang dibagi para mahasiswa lebih berharga dari apapun. Kedekatan mereka diharapkan masih terjalin meski sudah kembali ke tempat masing-masing.

Setelah perpisahan dengan warga, giliran mereka menjadwalkan perpisahan dengan Pak Cokro, ternyata weekend ini beliau pulang kampung ke daerah sang istri. "Gimana kalau kita ke kampungnya Pak Cokro, sekalian saja nanti ke rumah Aluna lanjut ke pantai daerah Pacitan?" usul Gopi yang memang berasal dari daerah Magetan. "Gimana, Lun?" tanya Gopi.

"Siap, cus. Kapan?"

"Besok sabtu pagi gimana?" Mereka setuju saja. Toh masih ada jumat untuk istirahat, mereka sepakat boyong hari kamis ini. Kontrakan juga sudah rapi dan bersih, sudah serah terima kunci juga. Aluna sudah tidak membawa barang banyak karena per dua hari sudah dicicil boyong. Tinggal membawa ransel dan sisa pakaian kotor saja. Dia mengendarai motor, beriringan dengan teman lain menyusuri wilayah perbukitan yang aduhai pemandangannya. Apalagi Rizky siap mengarahkan kamera sebagai dokumentasi mereka. Bahkan dia hadap ke arah teman, dibonceng oleh Afkar.

"Mahasiswi cantik, kasih jempolnya," ucap Rizky saat mendahului Aluna. Gadis itu mengacungkan jempol sembari tersenyum tipis.

"Meleleh hati Abang, Neng!" lanjut Rizky yang membuat Aluna menyodorkan bogeman, lelaki itu tertawa saja. Masuk ke daerah kota, mereka mulai berpencar, sesuai dengan rute kos masing-masing. Aluna pun kembali ke kos, dengan badan yang capek banget. Hari ini ia mau tidur saja, menyiapkan tenaga untuk pulang kampung sabtu pagi. Urusan packing orderan nanti agak sorean.

Begitu sampai kos, Aluna mandi dan langsung merebahkan tidur. Setangguh-tangguhnya Aluna, pasti ada sisi ingin bermalas-malas an juga. Mumpung kalau di kos tidak ada suara mama yang bakal mengomelinya.

Tidur lelap Aluna diganggu oleh telepon dari Abi, sudah lama ia tak mendengar kabar. Kalau sama Nyimas sih, masih sering tukar kabar, karena Nyimas KKN di daerah selatan. Jauh dari Aluna. Entah Abi di mana. "Turun gih, gue udah di depan kos lo!" ucap Abi saat sambungan telepon diangkat oleh Aluna. Dia buru-buru ke kos Aluna setelah melihat status WA gadis cantik itu memotret halaman kos dengan caption Akhirnya tidur di kos lagi. Love it 😍.

"Mau ngapain?"

"Kencan. Gue kangen sama lo. Udah satu bulan lebih lo nyuekin gue."

"Ck, males banget!" Aluna berdecak sebal.

"Buruan."

"Gue masih ileran," sahut Aluna tak kalah sewot. Terdengar suara tawa Abi, dan Aluna pun ikut tersenyum. Dirinya kangen juga tengkar sama Abi. Aluna mencuci muka dan gosok gigi dulu, hanya mengenakan sweater dan juga jilbab instan saja. Ia ogah kencan ke mall. Mata-mata orang tua Abi merajalela di mana-mana.

"Ya Allah, gembel banget anak gadis orang," protes Abi melihat penampilan Aluna, mana pakai sandal jepit lagi. Gadis itu berdecak sebal dan akan putar balik masuk kos, namun Abi menahannya. Terima dengan lapang dada mengajak Aluna makan depan cafe di depan gang kos gadis itu.

"Gue minta maaf atas apa yang dilakukan mama gue. Gue juga gak tahu kalau mereka tahu gue ikut jualan di CFD kemarin."

"Udah basi ah, Bi. Gue juga udah melupakan."

"Melupakan tapi lo nya cuek bebek banget sama gue," protes Abi masih dengan ciri khasnya yang tak pernah bisa serius.

"Ya lo mau apa? Gue dekat sama lo lagi, ogah ah. Kita teman kelas biasa saja, gak perlu dekat kayak dulu lagi."

"Selama gue KKN, gue sadar sih. Apa yang dilakukan mama dan papa gue banyak salahnya. Gue anak cowok terlalu di manja, begitu KKN gue disuruh nyangkul, tangan gue langsung terkilir coba!" cerita Abi, sebenarnya bertemu dengan Aluna itu untuk berbagi cerita pengalaman KKN, karena terjun ke masyarakat langsung, adalah pengalaman pertama Abi dan tempat KKN sangat jauh ke pelosok, lebih pelosok dari pada Nyimas.

Aluna mendengar itu langsung tertawa ngakak, seperti biasanya saat tertawa bersama Nyimas dan Abi di kampus, di depan pria ini Aluna mana mungkin jaga image. "Terus?"

"Mandi antri, sampai gue menyuruh supir buat bawain galon!"

"Sinting."

"Ternyata selama ini gue gak bisa apa-apa ya, Lun."

"Ya kan lo disetting jadi bos, tinggal perintah anak buah asalkan punya uang."

"Gue langsung ingat lo coba. Pantas saja lo menolak gue mentah-mentah, diandalkan buat naik tangga gak bisa, reparasi motor keran air gak bakal bisa, cari uang lo bisa banget. Cuma satu yang perlu dibuktikan gue bisa apa gak."

"Apa?"

"Bikin anak."

"Ngomong sekali lagi gue tabok lo!" Abi tertawa, obrolan mereka terhenti saat pelayan cafe menghidangkan pesanan mereka.

"Selain gue gak bisa apa-apa saat KKN, ada hal yang gue syukuri berteman sama lo dan Nyimas."

"Apa?"

"Kalian dijamin masih gadis ting-ting!"

Giliran Aluna yang tertawa ngakak, sepertinya ada moment cinlok di KKN Abi. "Kenapa?"

"Gue bareng mahasiswi dari kampus," Abi mulai cerita bahwa ada beberapa mahasiswi dari berbagai jurusan yang omongannya menggelikan di telinga Abi. Padahal dia cowok, tapi dia gak suka kalau ada perempuan yang omongannya mesum. Awalnya Abi menganggap lalu, lama kelamaan, dua apa tiga orang itu menggoda Abi via chat.

"Gimana, Bi?" tanya Aluna penasaran dengan chat yang dikirim perempuan itu. Abi pun membuka ponselnya dan menunjukkan room chat dua gadis itu.

Bi, weekend ini kencan yuk. Gue yang bayarin hotelnya deh. Tulis gadis pertama, dan Aluna ngakak dengan jawaban Abi.

Ngapain ke hotel?

Bobok cantik, jawab gadis itu.

"Sinting gak. Senewen gue dekat mereka, Lun. Mana 40 hari lagi."

"Yakin gak menerima?" goda Aluna, sembari tertawa ngakak melihat gelagat Abi yang ogah dekat dengan gadis seperti itu.

"Sumpah, gue masih ori. Bahkan teman laki gue bilang ke cewek itu. Jangan goda si Abi, goda gue aja. Tahu gak jawaban dia apa?"

"Apa?"

"Gue gak nafsu sama orang jelek, jleb banget gak sih." Mengapa Aluna, Nyimas dan Abi bisa berteman dekat, karena obrolan receh begini mereka bisa heboh, dengan ekspresi dan pemikiran di luar BMKG. Cara mereka bercerita klop satu sama lain.

Aluna semakin ngakak, tidak bisa membayangkan bagaimana tersiksa Abi di sana. "Ya gue bilang aja gue udah punya tunangan, dan gue tunjukin foto lo!"

Aluna melongo, langsung menabok lengan Abi. "Asyem. Kenapa bawa-bawa gue coba!"

"Sumpah, Lun. Gue udah buntu menghadapi kejaran perempuan kayak gitu, dia rela merendahkan harga diri demi menarik perhatian gue. Segitunya cari kesenangan duniawi."

"Kenapa gak lo laporin ke mama lo, habis tuh cewek hari itu juga."

"Males ah, kayak anak kecil aja!"

"Emang lo anak kecil, anak mama lebih tepatnya!"

"Sia," baru saja Abi akan menonyor kening Aluna, tiba-tiba ada yang menghampiri meja mereka.