NovelToon NovelToon
Dinikahi Cowok Cupu

Dinikahi Cowok Cupu

Status: sedang berlangsung
Genre:Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: Asma~~

​Calya, seorang siswi yang terpikat pesona Rion—ketua OSIS tampan yang menyimpan rahasia kelam—mendapati hidupnya hancur saat kedua orang tuanya tiba-tiba menjodohkannya dengan Aksa. Aksa, si "cowok culun" yang tak sengaja ia makian di bus, ternyata adalah calon suaminya yang kini menjelma menjadi sosok menawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asma~~, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

Aksa memandang Calya yang baru saja menutup pintu kamar dengan wajah masam. Ia tahu Calya sedang marah. Dengan santai, Aksa mendekati Calya. "Kenapa? Kamu tidak suka kamarnya?" tanyanya, suaranya tenang.

​Calya menoleh, matanya melotot. "Jelas saja tidak suka! Hanya ada satu kamar!" bentaknya. "Kenapa juga harus satu kamar? lo pikir gue mau tidur sama lo?!"

​Aksa mengangkat bahu. "Ya, kita kan suami istri. Sudah seharusnya tidur di kamar yang sama."

​"Tidak! gue ngga mau!" Calya bersikeras. "lo aja yang tidur di sofa. gye mau tidur di kamar!"

​"Tapi sofa itu tidak nyaman, Calya. Nanti punggungku sakit," jawab Aksa dengan nada mengeluh yang dibuat-buat.

​"Itu derita lo!" Calya tidak peduli. "Pokoknya, gue ngga mau tidur sama lo. Titik!"

​Calya berbalik, berjalan masuk ke dalam kamar. Ia membuka koper besarnya, mengeluarkan pakaiannya, dan mulai menatanya di dalam lemari. Aksa hanya berdiri di ambang pintu, memperhatikan setiap gerak-gerik Calya.

​"Aku serius, Calya. Aku tidak akan memaksamu," kata Aksa, suaranya kini kembali serius. "Tapi tolong, jangan bersikap seperti anak kecil. Kita sudah menikah."

​Calya tidak menjawab. Ia terus melipat pakaiannya, mencoba mengabaikan Aksa. Ia benar-benar butuh istirahat. Seharian ini ia sudah terlalu banyak menghadapi hal-hal yang tidak ia inginkan.

​Aksa mengerti. Ia tahu, Calya butuh waktu. Aksa memilih untuk tidak melanjutkan perdebatan. Ia berjalan ke sofa, duduk di sana, dan mengeluarkan bukunya. Ia membiarkan Calya sendiri. Aksa menunggu sampai Calya selesai membersihkan diri. Ia tahu, di apartemen itu hanya ada satu kamar mandi, yang berada di dalam kamar tidur. Ia tidak ingin mengganggu Calya.

​Setelah beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka. Calya keluar dengan rambut basah, mengenakan piama. Ia melihat Aksa masih duduk di sofa, membaca buku. Calya merasa sedikit canggung. Ia berjalan cepat ke ranjang, lalu merebahkan diri.

​Aksa menutup bukunya. "Sudah selesai?" tanyanya.

​"Ya," jawab Calya singkat, tidak menoleh.

​"Kalau begitu, aku akan mandi," kata Aksa. Ia bangkit, berjalan ke kamar, lalu masuk ke kamar mandi.

​Calya memejamkan mata. Meskipun ia membenci Aksa, setidaknya ia bisa merasa sedikit lega. Aksa tidak memaksanya. Setidaknya, untuk saat ini. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, tetapi untuk sekarang, ia hanya ingin tidur dan melupakan semua yang terjadi hari ini.

...----------------...

Malam itu, keheningan menyelimuti apartemen. Calya sudah tertidur pulas, bahkan tanpa makan malam. Ia terlalu lelah, baik fisik maupun mental. Aksa, yang keluar dari kamar mandi, menatap istrinya dengan tatapan iba. Ia tahu Calya pasti sangat kelelahan akibat seharian penuh menghadapi pernikahan yang tidak ia inginkan.

​Aksa mendekat ke tempat tidur, duduk di samping Calya, dan mengusap lembut rambut Calya yang sedikit basah. "Calya, bangun," bisiknya pelan. "Makan dulu, nanti sakit."

​Calya hanya bergeming, tak bergerak sedikit pun. Aksa mencoba lagi. Ia menggoyangkan bahu Calya pelan. "Calya, ayo bangun. Kamu belum makan malam."

​Perlahan, mata Calya terbuka. Ia menatap Aksa dengan tatapan kesal. "Apa, sih? Ganggu saja!" suaranya serak.

​"Makan dulu, Calya. Nanti kamu sakit," kata Aksa, tidak menghiraukan nada kesal Calya. Ia sudah mengambil piring berisi nasi dan lauk yang ia siapkan di atas nakas.

​Calya membuang muka. "Tidak mau. Gue ngga lapar."

​Aksa menghela napas. Ia tahu, Calya hanya sedang menguji kesabarannya. Ia tersenyum, lalu berbisik pelan di telinga Calya. "Kalau kamu tidak mau makan, aku yang akan memakanmu."

​Mata Calya langsung melotot. Wajahnya memerah padam. "Dasar mesum!"

​Aksa tertawa, lalu mengambil sendok. "Ayo, buka mulutmu. Kalau tidak, aku akan benar-benar melakukannya."

​Calya masih kesal, tetapi ia juga merasa sedikit gugup. Akhirnya, dengan terpaksa, ia membuka mulutnya. Aksa menyuapi Calya dengan lembut. Rasanya aneh, makan sambil disuapi oleh Aksa. Ia merasa malu, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.

...----------------...

Calya masih memejamkan mata, membiarkan Aksa menyuapinya. Rasanya aneh, tetapi entah mengapa ia merasa nyaman. Namun, saat ia membuka mata, ia langsung berteriak.

​"AAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

​Teriakan Calya membuat Aksa terkejut. "Ada apa? Kenapa teriak-teriak?"

​"Lo... lo nggak pakai baju!" teriak Calya, wajahnya memerah padam. Ia baru sadar, Aksa hanya mengenakan handuk kecil di pinggangnya, memperlihatkan tubuh atletisnya.

​Aksa tersenyum jahil. Ia mendekatkan

Wajahnya ke wajah Calya. "Kenapa? Kamu suka?" godanya, suaranya pelan dan seksi.

​Calya membuang muka. "Dasar mesum!" bentaknya. "Cepat pakai baju!"

​Aksa malah tertawa. "Kan kita sudah menikah, Calya. Masa aku harus pakai baju di depan istri sendiri?"

​"Tentu saja! gue ngga mau melihatnya!"

​"Lalu, apa yang akan kamu lakukan nanti malam?" tanya Aksa, semakin menggoda. "Apa kamu akan tidur dengan mata tertutup?"

​Wajah Calya semakin memerah. "AKSA!"

​Aksa tertawa terbahak-bahak. Ia tahu, Calya hanya malu. Ia mengambil kemeja yang ada di dekatnya, lalu memakainya. "Baiklah, Nyonya Aksa. Aku tidak akan menggodamu lagi. Sekarang, cepat habiskan makananmu."

​Calya tidak menjawab. Ia hanya terus makan, mencoba untuk tidak menatap Aksa. Ia merasa sangat bodoh. Ia seharusnya tidak berteriak. Sekarang, Aksa jadi tahu kalau ia malu. Namun, ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Di satu sisi, ia membenci Aksa. Tetapi di sisi lain, ia tidak bisa menolak kenyataan bahwa Aksa itu tampan. Dan itu, membuat ia semakin bingung dengan perasaannya.

...----------------...

Meskipun Aksa sudah memakai baju, pipi Calya masih terasa panas. Ia berusaha keras menyadarkan dirinya sendiri. "Aku benci dia. Dia menyebalkan. Aku benci si kutu buku itu," gumamnya dalam hati berulang kali, mencoba mengusir bayangan Aksa tanpa busana dari pikirannya. Ia cepat-cepat menyelesaikan makannya, lalu meletakkan piring di samping tempat tidur.

​"Sudah selesai makan, sekarang gue mau tidur lagi," kata Calya, bersiap merebahkan diri.

​Namun, Aksa dengan cepat menarik piring itu menjauh. "Tidak boleh," katanya. "Tidak baik langsung tidur setelah makan."

​Calya mendengus kesal. "Memangnya kenapa?"

​"Nanti kamu gemuk," jawab Aksa santai.

​"Gue ngga peduli! Minggir, gue mau tidur!" Calya mencoba mendorong Aksa, tetapi Aksa tidak bergeming. Aksa hanya tersenyum. Ia tahu, kata-katanya tidak akan mempan pada Calya. Ia butuh cara lain.

​"Calya, aku punya ide," kata Aksa, suaranya terdengar antusias. "Bagaimana kalau kita menonton film?"

​"Tidak mau," jawab Calya, masih menolak.

​"Bagaimana kalau kita bermain game?"

​"Tidak mau."

​Aksa menghela napas. Ia tahu, ia harus melakukan sesuatu yang lebih ekstrem. Aksa tiba-tiba berbisik di telinga Calya, "Kalau kamu tidak mau bangun, aku akan membopongmu dan menciummu di depan semua orang."

​Mata Calya langsung melotot. "lo gila ya?!"

​"Aku serius," jawab Aksa, matanya menatap Calya dengan intens. "Atau aku akan menciummu di sini, sekarang juga."

​Calya tidak bisa berkata-kata. Ia tahu, Aksa tidak main-main. Ia tidak mau Aksa menciumnya. Akhirnya, dengan wajah masam, Calya bangkit dari tempat tidur. "Baiklah! Apa yang lo mau lakukan?!" tanyanya ketus.

​Aksa tersenyum puas. "Ayo kita nonton film. Aku akan membuat popcorn."

​Calya hanya mendengus, tetapi ia mengikuti Aksa ke ruang tamu. Ia tahu, ia tidak akan pernah bisa menang melawan Aksa.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!