Karya ini orisinal, bukan buatan AI sama sekali. Konten *** Kencana adalah sang kakak yang ingin menikah beberapa waktu lagi. Namun kejadian tak terduga malah membalikkan keadaan. Laut Bening Xhabiru, menggantikannya menjadi istri pria dingin berusia 30 tahun yang bahkan belum pernah berciuman dengan wanita lain sebelumnya. Akankah mereka bahagia dalam pernikahan tanpa cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Air Chery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Pertama
Segara hanya diam dan lalu melengos pergi dari tempatnya berdiri. Dengan cepat ia mengenakan kaos polos berwarna abu - abu dan celana panjang hitam. Ia lalu naik ke atas ranjang empuk sembari memangku laptopnya.
Bening duduk terdiam ingin menyerah dengan semangat juangnya untuk membuka ritsleting itu. Ia menghembuskan nafas lagi. Kesal dan sedih menjadi satu. Membuatnya hanya ingin menangis.
“Hiks, hiks,” suara pelan tangisan Bening terdengar. Segara menolehkan pandangannya ke arah Bening.
“Kalau kamu sangat begitu terpaksa untuk menjadi istri saya, kenapa tidak ditolak? Jangan membuat saya repot dengan kebisinganmu itu!” ucap Segara dengan nada datar.
Mendengar pernyataan itu, air mata Bening semakin mengalir deras. Ia bertambah benci dengan situasi di hadapannya. Tidak hanya dingin secara fisik namun kata - kata pria itu sangat menusuk hatinya.
Tanpa menggubris perkataan Segara, Bening kini berusaha kembali meraih ritsleting gaun putih itu. Ia ingin cepat mandi dan mendinginkan emosinya yang sudah di atas ubun - ubun. Namun percobaan itu tidak juga membuahkan hasil.
‘Deg!!!” Bening merasa jantungnya berhenti berdetak saat merasakan tangan dingin seseorang menggenggam tangannya lalu menurunkan dengan pelan. Bening memutar pandangannya dan melihat Segara berdiri tepat di belakangnya. Dengan spontan Bening menggerakkan tubuhnya hendak berdiri menjauhi Segara. Lalu disusul tangan Segara yang menahan pundak Bening dan menyuruhnya untuk duduk kembali.
“Menunduklah,” ujar Segara. Bening bagai terhipnotis, ia segera menuruti lelaki yang baru dikenalnya itu.
Ternyata tidak hanya Bening yang mengalami kesusahan dengan ritsleting gaunnya. Karena terjepit oleh kain, ritsleting itu sangat keras untuk ditarik. Dengan menggunakan tenaga lelakinya Segara menarik kencang ritsleting itu hingga … “kressssss” ritsleting terbuka lebar hingga nampak jelas kulit mulus sampai dengan pinggang Bening terpampang begitu saja di mata Segara. Segara membelalakkan matanya. Sementara Bening spontan menahan kain di dadanya. Hampir saja gaun itu jatuh meninggalkan tubuhnya dengan tel*nj*ng.
“Oh, maaf, akan ku naikkan lagi,” ucap Segara panik sembari menaikkan setengah ritsleting. Ia lalu terburu - buru meninggalkan Bening yang masih terpaku.
Segara pergi ke balkon kamarnya yang menyajikan pemandangan kota yang dipenuhi gedung - gedung pencakar langit, jalan raya yang tak pernah berhenti dengan transportasinya, dan lampu - lampu yang menghiasi malam. Namun di matanya hanya terlihat punggung mulus itu lagi.
Berusia kepala tiga dan belum pernah sekalipun bermain dengan wanita. Walau akhirnya ia berpacaran dengan Grace namun wanita itu tak pernah terjamah olehnya. Selama ini ia hanya belajar dan bekerja tanpa mengintip asmara. Sebatas berpegangan tangan saat Grace merangkul lengannya terlebih dahulu ketika mereka bertemu. Lalu kembali ia akan meminta cepat pulang lalu bekerja lagi dan lagi. Pantaslah sang kakek sangat ingin cucunya merasakan berumah tangga agar tahu isi dunia tidak hanya dengan bekerja.
Sementara Bening tengah kacau dengan isi kepala dan jantungnya yang belum aman dari debaran. Ia mencoba mengalihkan pikirannya sejenak. Menghirup semerbak sabun di dalam bathup. Menggosok tubuh dan membersihkan rambut panjangnya.
...🍆🍆🍆...
Akhirnya tubuh itu tidak terasa lengket lagi. Setelah satu jam mengurung diri di kamar mandi. Dengan mengenakan kimono ia berjalan keluar. Melirik Segara yang kembali memainkan laptopnya di sana. Bening tersadar, ia tidak membawa baju ganti. Bagaimana pun ia tidak pernah mempersiapkan untuk bermalam hari ini. Ia hanya berniat menjadi tamu di pernikahan kakaknya. Bening memejamkan matanya berusaha memikirkan sesuatu agar ia bisa mendapatkan baju.
‘Bagaimana mungkin aku tidur dengan kimono ini bahkan tanpa cenala dalam juga,” batin Bening dengan berat membayangkan dirinya yang tidur tanpa sadar menyingkap kimononya.
“Baju - baju ada di lemari. Pilih saja,” titah Segara tanpa melihat Bening. Bening tercengang dan merasa bertambah kesal. Jika di sana ada baju, kenapa Segara membiarkannya berdiri begitu lama dengan kimono itu. Ia berharap Segara memberitahunya sejak awal.
Bening beranjak dari tempatnya. Ia membuka lemari dan melihat ada banyak pakaian wanita yang sangat terbuka. Haruskah ia tidur dengan baju - baju kekurangan bahan ini? Bening terbelalak setiap kali melihat model pakaian yang ia pegang. Baju jaring - jaring bermotif macan tanpa penutup dada, kemeja sepaha yang menerawang isi apapun ketika memakainya, celana dalam tanpa penutup. Arghhhh! Ini sama saja tidak memakai baju.
Akhirnya tangan Bening berlabuh pada baju dinas ala perawat. Ia merasa baju itu lebih bisa dipakai dari sekian banyak pilihan di sana. Baju yang memperlihatkan paha mulusnya dan membentuk postur tubuhnya yang bak gitar. Dada berisi, pinggang jelas dan ramping menciptakan kontras yang menarik dada dan pinggul, serta pinggulnya yang berukuran besar dari pinggang memberikan lekukan yang indah. Kelebihan baju itu baginya paling tidak, bisa menutupi isi tubuhnya.
“Pak Segara, m-maaf, boleh saya meminjam selimut? saya akan tidur di sofa,” ujar Bening setelah keluar dari ruang ganti. Segara bagai terhipnotis dengan wanita di hadapannya. Wanita itu bagai manekin yang sempurna.
“Oh, ya, ya, ambillah,” ucap Segara salah tingkah. Ia kembali menyorot monitor laptop miliknya. Tak ingin terbawa suasana pernikahan konyol ini.
Bening menarik selimut tebal dan membawa bersamanya bersandar di sofa panjang yang tidak jauh dari ranjang. Bening membaringkan tubuh dan menyelimuti dirinya hingga menutupi dadanya. Ia tidak ingin dadanya terekspos ketika dirinya tidur nanti terlebih karena baju sialan yang dikenakannya. Bening lalu mulai memejamkan matanya sebelum akhirnya ia menyadari ia tak akan bisa tertidur tanpa penyanggah kepala yang empuk. Sesaat kemudian Bening beranjak dan kembali mengganggu aktivitas Segara. Terlebih bantal yang ia inginkan sedang menjadi tumpuan laptop Segara yang berada di atas paha lelaki itu.
“Pak, apa boleh aku minjam satu bantal?” tanya Bening hati - hati.
Sesaat Ia melihat anggukan kepala Segara. Segara lalu menggeser bantal itu tepat di samping tubuhnya. Dengan cepat Bening berjalan ke arah kasur. Tanpa ia sadari kecepatan langkah dirinya membuatnya terinjak salah satu sandal yang ia gunakan sendiri, hingga … “bughhhh!!!!!” Bening jatuh diatas tubuh Segara. Wajah keduanya menempel sempurna seperti sedang berciuman. Empat mata yang saling menyaksikan, nafas keduanya yang seakan berhenti bekerja dan hanya irama degupan yang selaras cepat mengguncang isi dada mereka. Kejadian itu berlangsung cukup lama sebelum akhirnya Bening dengan cepat ingin berdiri. Tanpa sengaja tangannya bertumpu dengan keras di perut Segara hingga membuatnya kesakitan “arghhhh!!” Segara spontan menarik tangan Bening hingga kini tubuh Bening kembali terjerembab dan semakin menempel di dada bidang suaminya. Segara merasakan gundukan kenyal itu bersinggah di atas tubuhnya. Segara yang panik mendorong Bening dengan kencang.
“Auuwwww!” pekik Bening kesakitan karena tangan Segara yang mendorong kuat bahunya.
...🥒🥒🥒...
Dukung dengan like dan komen kalian yah