NovelToon NovelToon
Janda Cantik Untuk Om Duda

Janda Cantik Untuk Om Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Single Mom / Janda / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:20k
Nilai: 5
Nama Author: kikoaiko

Arumi Bahira, seorang single mom dengan segala kesederhanaannya, semenjak berpisah dengan suaminya, dia harus bekerja banting tulang untuk membiayai hidup putrinya. Arumi memiliki butik, dan sering mendapatkan pesanan dari para pelanggannya.
Kedatangannya ke rumah keluarga Danendra, membuat dirinya di pertemukan dengan sosok anak kecil, yang meminta dirinya untuk menjadi ibunya.
"Aunty cangat cantik, mau nda jadi mama Lion? Papa Lion duda lho" ujar Rion menggemaskan.
"Eh"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 17

Di tengah kemewahan sebuah rumah yang terkesan megah, terjadi dialog menegangkan antara seorang anak dan ibunya. Ruang tamu yang luas itu, dipenuhi dengan hiasan yang mahal, terasa semakin sempit dengan tekanan batin yang menghimpit Reza, sang anak yang kini berhadapan dengan Anggun, ibu yang selalu menginginkan kehadiran seorang cucu.

"Kapan kamu akan memberikan mama cucu, Za?" Anggun memulai, suaranya serak namun tegas, menantang ketenangan yang berusaha dipertahankan Reza. "Kalian sudah dua tahun menikah, tapi sampai sekarang istrimu itu tidak hamil juga."

Reza menghela napas dalam-dalam. "Sabar ma, kita juga sedang berusaha," balasnya diplomatis, meskipun hatinya terasa berat dengan desakan tersebut. Dia merasa seolah berada di ujung jurang, dikuasai oleh harapan dan cemoohan.

"Berusaha saja terus," Anggun tidak mau kalah. "Dulu Arumi tidak sampai satu tahun sudah hamil kok." Kata-katanya menyiapkan perbandingan tajam yang membuat Reza semakin terjepit.

Dengan tatapan penuh kekecewaan, Reza mencoba meluruskan pemikiran ibunya. "Ma, setiap orang memiliki kondisi yang berbeda" Suaranya serius, menahan gemuruh dalam hatinya yang bergejolak.

Anggun berdiri tegap, mengenakan gaun sederhana yang tampak elegan, tetapi aura rasa tidak puasnya memancarkan ketegangan. Dia menarik napas, mengulangi pikirannya. "Tapi sudah dua tahun, Za. Apa kamu tidak iri melihat teman-temanmu yang lain? Mereka sudah banyak yang memiliki anak," tekannya, seolah anaknya adalah perwakilan dari semua harapan yang tak terwujud.

Reza merasakan frustrasi semakin mendalam. Tangan yang mengusap wajahnya seolah menjadi simbol dari beban yang dipikulnya. "Ma, bukan begitu cara kerjanya." Dia menekankan, ingin ibunya memahami bahwa mereka telah berkonsultasi dengan dokter dan hasilnya baik. "Hanya saja Tuhan belum memberikan kami kepercayaan." Suaranya mulai menanjak, mengekspresikan ketegangan yang saat itu mencengkeram jiwanya.

Anggun menggeleng, matanya tajam seperti panah. "Itu alasan saja, nyatanya sampai sekarang istrimu belum hamil juga. Arumi dulu tidak perlu ke dokter, tapi cepat mendapatkan anak," ucapnya, membandingkan situasi yang menyakitkan Reza.

Perasaan jengkel bercampur sedih, tetapi Reza berusaha keras untuk tidak kehilangan kendali. "Ma, jangan samakan Erika dengan Arumi," dia menegaskan, menegakkan punggungnya, ingin menisbatkan bahwa mereka berdua adalah individu yang berbeda dengan cerita masing-masing. "Mereka beda orang, sudah pasti kondisinya juga berbeda."

Anggun, meskipun tidak puas, melanjutkan dengan nada penuh emosi, "Mama hanya ingin cucu, Za. Mama sudah tua, dan ingin memeluk cucu mama sebelum mama pergi dari dunia ini." Suaranya bergetar, membongkar kepedihan yang terpendam di dalam hatinya.

Meresapi kata-kata ibunya, Reza mendekapnya erat, berusaha memberikan kekuatan. "Ma, aku janji, kami akan memberimu cucu." Bisikannya lembut, menenangkan gelombang emosi yang membara di antara mereka. Ia membelai punggung ibunya yang mulai terisak, merasakan setiap air mata yang menetes adalah bantuan yang diperlukan seiring dengan harapan yang tercipta.

Ruangan itu terasa berat, wajah Anggun tampak seribu tahun lebih tua di bawah pencahayaan yang remang-remang. Kenangan masa lalu mencuat di benaknya, saat ibunya mendesaknya untuk menceraikan Arumi. Ironisnya, Anggun kini menjodohkan dia dengan Erika, mantan kekasihnya, menyalurkan keputusannya untuk kebahagiaan yang diharapkan.

Reza menyadari bahwa niat ibunya mungkin didasari oleh kestabilan finansial dan status sosial. Namun, itu semua tidak ada artinya dibandingkan dengan kebahagiaan yang seharusnya dimiliki bersama Arumi dan anak mereka. Di hadapannya, Anggun meneteskan air mata. Ia tahu Erika juga berjuang dengan masalah kesuburannya, dan desakan untuk segera memiliki anak semakin memperberat beban di pundak mereka.

Dengan lembut, Reza mengusap air mata yang mengalir di pipi ibunya. Dia berharap, di suatu hari nanti, ibunya akan memahami dan menerima keadaan mereka tanpa syarat. Ketika cinta dan pengertian menyebar, diharapkan semua harapan akan menemukan jalan pulang, menghadirkan kebahagiaan yang selama ini mereka impikan.

*****

Alvaro mematikan mesin mobilnya tepat di depan mansion keluarga Danendra yang megah. Udara segar mengisi paru-parunya saat dia membuka pintu mobil. Tiba-tiba, terdengar suara riang yang memecah keheningan di sore hari.

"Mama!" Bella, putri kecil mereka, berlarian keluar dari pintu utama dengan wajahnya yang belepotan coklat. Gadis kecil itu melompat-lompat dengan gembira, seolah tak bisa menahan keceriaannya menyambut kedatangan orangtuanya.

Arumi, yang baru saja keluar dari mobil dengan anggun, tak bisa menahan tawa kecil melihat penampilan putrinya. Alvaro dan Naka, yang juga turut keluar dari mobil, hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah Bella yang selalu penuh kejutan.

"Sayang, kenapa wajahmu seperti itu? Kamu makan apa?" tanya Arumi, sambil mengusap lembut pipi Bella yang kotor oleh coklat.

"Makan coklat, Mama. Tadi dikacih Kak Chaka banyak cekali," jawab Bella dengan mata berbinar, tanpa rasa bersalah sedikit pun karena telah membuat wajahnya berantakan.

Serpihan-serpihan coklat masih melekat di sudut bibirnya, menandakan betapa asyiknya dia menikmati pemberian kakaknya tersebut.

Arumi hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum, melihat betapa polos dan bahagianya putri kecilnya itu.

"Kamu di kacih coklat cama kak Chaka?" tanya Naka sambil memicingkan matanya.

"Iya, kenapa? Kamu mau minta?  cudah habis coklatnya, cudah Bella makan cemua. Kamu beli cendili aja nanti di walung depan" ucap Bella sambil berkacak pinggang.

"KENAPA KAMU HABISKAN, HALUSNYA KAMU KACIH NAKA JUGA" pekik Naka tidak terima, pasalnya selama ini kakaknya itu tidak pernah membelikan dia coklat.

"TELCELAH AKU LAH, OLANG COKLAT BELLA KOK. KENAPA CITU YANG CEWOT CIH" balas Bella tak kalah kencang.

"Kamu kalau mau minta cendili cama kak Chak, jangan cama Bella" lanjutnya.

"Nda bakal di kacih lah, olang kak Chaka pelit cama Naka" kesal Naka.

"Iyalah, olang kamu bukan adiknya" ejek Bella.

"KAMU YANG BUKAN ADIKNYA KAK CHAKA, TAPI NAKA YANG ADIKNYA. BEL PINTU INI BIKIN EMOCI AJA" pekik Naka tidak terima.

"Kamu adiknya tapi kamu nda di kacih coklat, wlee.... .. " ejek Bella dan berlari masuk kedalam rumah.

Di ruang tamu yang luas, kejar-kejaran antara Naka dan Bella terlihat menggemaskan namun juga mengkhawatirkan. Naka, dengan semangat yang membara, terus mengejar Bella yang lincah berlari mengelilingi sofa

"Mana coklatnya, Pintu!" teriak Naka sambil tertawa, napasnya terengah-engah karena terus berlari.

Bella, dengan senyum lebar di wajahnya, menoleh ke belakang dan berteriak, "Dibilangnya nda ada,  cudah habis cama Bella. Nangka bucuk ini ngeyel cekali lho"

Arumi dan Alvaro, yang berdiri di ambang pintu saling bertukar pandang, kebingungan dan kecemasan bercampur menjadi satu.

Alvaro menggelengkan kepala, sambil menghela napas berat, "Anak-anak ini," gumamnya.

Arumi tersenyum kecut, "Maafkan Bell ya," ucapnya dengan nada memohon, matanya menatap Alvaro yang tampak bingung.

"Maaf untuk apa?" Alvaro bertanya dengan alis bertaut, tidak mengerti mengapa harus ada permintaan maaf dalam situasi yang ceria namun caotis itu.

Tiba-tiba, Bella terpeleset di atas karpet dan jatuh dengan posisi duduk, coklat yang berada di saku bajunya terlempar jauh, ternyata gadis kecil itu menyembunyikan coklatnya di bajunya.

Naka, yang tidak sempat menghentikan langkahnya, terjatuh tepat di sampingnya. Arumi dan Alvaro segera berlari menghampiri mereka, panik namun tetap berusaha tenang.

"Kalian tidak apa-apa?" tanya Arumi sambil membantu Bella berdiri.

Alvaro mengulurkan tangan untuk membantu Naka. Bella mengangguk sambil mengusap air mata yang mulai mengalir, dan Naka, yang tampak sedikit terkejut, segera meraih coklatnya dan memberikannya kepada Bella.

"Maaf, Bella. gala-gala Naka kamu jatuh," ucapnya dengan nada penyesalan.

Arumi dan Alvaro saling pandang lagi, kali ini dengan senyum lega. Alvaro menepuk bahu Naka, "Itu sikap yang baik, lain kali harus lebih hati-hati." Keduanya kemudian mengajak anak-anak tersebut untuk duduk bersama di sofa, mengakhiri kejar-kejaran dengan pelukan hangat.

Tak lama Shaka datang menghampiri mereka.

"Bella kenapa?" tanya Shaka melihat mata sembab sepupu barunya itu.

"Jatuh di kejal Naka, hikss... " jawab Bella sambil sesegukan.

Tanpa banyak kata Shaka meraih tubuh Bella dari pangkuan Arumi, dan menggendongnya. Dia membawanya Bella pergi begitu saja.

Alvaro merasa aneh dengan sikap putranya itu. Dia terlihat begitu menyayangi Bella,  namun tidak dengan Naka.

"Tidak mungkin dia mencintai Bella" gumamnya lirih.

1
Adinda
pingin lihat reza menyesal dan menderita atas perbuatannya kepada Arumi
Marie Louis AK
dasar Reza bego. dikibuli ibunya yaa mau sj. jadi lelaki kok lembek dan tdk punya pendirian. hanya makan hasutan demi hasutan, shg tdk bisa berfikir logis.
Nety Dina Andriyani
Alvaro sdh move on tuh
seharusnya ganti tanya Arumi
bagaimana servisku jg lbh enakan mana sm clara wkwkwk
partini
Dah ga ingat istri yg dah meninggal nih ceritanya,,munafikun Weh Weh
Adinda
semoga dapat Triple biar seru /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Nety Dina Andriyani
aneh
Alvaro menyesal menghianati clara
kok minta jatah lagi sama arumi
itu mah suka al
partini
aku sumpahin bucin akut kamu sama Arumi segitunya ma istri yg sudah tiada merasa ini itu tapi menikmati malah minta lagi dasar laki laki kamfreeet to
partini
wah nyonya ada terbaik,,semoga di kasih kembar ma author nya 😁😁😁
Adinda
bella bella masih bocil udah pikirin pacaran,kalau kamu sudah besar nanti sama shaka
Adinda
lucu dua bocil gemesin
Jogrok Dewi Winarwan
semangat ya kak autornya, semoga sehat selalu biar bisa up mask terus.
Ariany Sudjana
Arumi harus belajar terbuka sama Alvaro, apalagi ini soal Reza, supaya Alvaro juga bisa lindungi Arumi
La Rue
masih ada typo ya,ayo semangat fokus buat Author biar gak salah penamaan utk tokoh² dlm cerita. btw thank utk updatenya 😊👍
Ariany Sudjana
semoga Alvaro tahu apa yang terjadi pada Arumi, dan bisa membalas ke Reza, yang begitu bodoh
Adinda
lanjut thor
TS
seru thour,,,,up lagi blm tau ini orang siapa yg akan di hadapi,,,,Shaka sudah di beri pesan bener2 bertanggung jawab.
La Rue
bagus ,tapi author masih keliru dg tokoh yang terkadang harusnya Shaka jd Alvaro. Semangat ya Author 👌
Nety Dina Andriyani
smangat kakak
Ariany Sudjana
senang bacanya
Adinda
kalau kamu sibuk terus Al siap siap istrimu direbut pria lain,lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!