Nareshpati Sadewa Adibrata akhirnya bertemu lagi dengan.gadis yang sudah menolaknya delapan tahun yang lalu, Nathalia Riana.
Nareshpati Sadewa Adibrata
"Sekarang kamu bukan prioritasku lagi, Nathal."
Nathalia.Riana
"Baguslah. Jangan pernah lupa dengan kata katamu."
Semoga suka♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bonus Abiyan
"Begini saja, bu. Perusahaan saya dan Airlangga sama saja, karena Nathalia yang akan jadi istri saya bekerja di Airlangga, bu. Ibu ngga perlu merasa sungkan," ucap Naresh setelah beberapa lamanya tadi terdiam. Dia berusaha keras memikirkan penggunaan kalimat kalimat yang tidak akan bisa dibantah Bu Lilis.
Hening.
Naresh dan Abiyan sama berdebarnya menunggu jawaban Bu Lilis.
"Dicoba dulu aja, bu. Saya ngga enak dengan keluarga Airlangga yang lain. Nanti kalo Ratna ngga betah, bisa kita bicarakan lagi, bu," ucap Naresh setelah Bu Lilis masih juga belum menjawab
Naresh melirik Abiyan yang memberikan jempolnya. Tadinya Abiyan bermaksud akan menyambar ponsel di tangan Naresh dan mengatakan langsung pada Bu Lilis. Sebagai perwakilan resmi Airlangga. Untunglah Naresh masih punya ide untuk berkelit.
Mereka saling tatap karena belum juga ada jawaban dari Bu Lilis
"Maaf, Naresh, lama nunggu, ya. Tadi ibu lagi ngomong dengan Ratna. Kata Ratna ngga apa apa di perusahaan Airlangga."
"Baik, bu. Nanti saya informasikan lagi, ya, bu, kapan Ratna bisa bekerja di sana."
"Ya, Naresh."
Layar telpon Naresh menggelap.
Yess! Hampir saja Abiyan berteriak. Terbayang selama sebulan kerjaannya dikerjakan Adelia cs.
Naresh menahan suaranya agar tidak terdengar sangat bersuka ria mendengarnya. Padahal tadinya dia ingin menggunakan Ratna untuk memancing perasaan Nathalia.
Tapi melihat Abiyan sekhawatir ini membuat keinginannya menghilang begitu saja.
Dia akan mencari cara lain untuk memancing perasaan Nathalia.
"Jadi Ratna akan kerja di bagian apa?" tanya Naresh sambil menatap Abiyan tenang.
"Sebentar." Abiyan pun mengambil ponselnya dan segera menelpon Adelia.
"Ya?" tanya Adelia yang sudah menerima telpon darinya.
"Pekerjaan apa yang ada di Airlangga untuk Ratna?"
"Bukannya dia kerja di tempat Naresh?"
"Sepupumu yang bukan laki laki baik ini sudah memindahkannya ke Airlangga grup," ucap Abiyan sombong.
Hening, seolah Adelia kaget mendengarnya.
"Serius?"
"Seriuslah."
"Oke, aku pastikan bentar lagi." Suara Adelia terdengar sangat senang.
"Makasih, ya, Biyan," ucap Adelia lagi.
"Oke, sama sama," putus Abiyan. Jangan lupa perjanjian kita, batinnya bahagia. Sudah terbayang di benaknya sesantai apa dia nanti. Bebas meeting, bebas bertemu klien, dan job job yang membuat dia sibuk sampai kehilangan banyak waktu healingnya.
Ini juga sekalian misi tersembunyi dari omnya-Fathan, agar Nathalia dan Adelia balik lagi ke perusahaan Merapi Steels. Sejak pernikahan Erland dan Laura (novel hai bos😅), si kembar itu hijrah ke Airlangga grup, karena Jayden dan Baim juga sudah menetap dan bekerja di Merapi Steels membantu Erland.
Tapi Om Fathan dan Om Alexander merasa keberatan dan ingin Nathalia dan Adelia kembali, tapi belum punya alasan yang bisa diterima keduanya. Jadi Abiyan pikir sekaranglah saatnya.
Tanpa sadar dia menyeringai. Keberhasilannya akan membawa banyak keuntungan. Pasti Kedua omnya akan memberikannya banyak bonus.
"Nanti aku hubungi lagi. Aku pulang dulu, ya," pamitnya pada Naresh.
"Biyan.... "
"Apa?" Abiyan ngga jadi keluar padahal dia sudah membuka pintu.
"Nathalia marah aku dekat dekat dengan Ratna?" Pertanyaan itu tercetus begitu saja.
Abiyan tersenyum miring.
"Tentu saja. Tapi kamu harus jeli. Dia sangat rapi menutup perasaannya."
Masa? Batin Naresh ngga percaya. Seingatnya Nathalia selalu bersikap jutek padanya. Jauh banget untuk menyimpulkan perasaan yang sesungguhnya.
Ci-uman itu juga inisiatifnya. Nathalia membalasnya karena rasa sakit akibat pijatannya. Waktu itu dia juga sudah ngga bisa menahan diri lagi.
Abiyan melangkah keluar Tapi dia berbalik ketika sudah hampir menutup pintu Tepatnya menongolkan kepalanya.
"Waktu kalian ci uman, kamu ngga merasa aneh? Mungkin detak jantung Nathal yang lebih cepat?" kekehnya dengan tatapan jahil. Kemudian dia menutup pintu.
Sambil berjalan dia mengetawakan kebodohan Naresh.
Sejelas itu masih juga ngga terlihat?
Naresh tersenyum tipis. Dia ingat, saat itu jantung Nathalia memang berdegup kencang. Sama seperti jantungnya saat itu.
*
*
*
"Jadi kita balik ke Merapi Steels?" tanya Nathalia ketika para sepupunya menggeruduk kamarnya.
"Ya, terpaksa. Kita harus menghandle pekerjaan Abiyan, kan," sahut Adelia.
"Kok, bisa?" Nathalia belum tau apa yang sudah terjadi, menatap kembaran dan sepupu sepupunya dengan bingung.
"Abiyan tadi menemui Naresh." Adelia memulai ceritanya.
Nathalia tercengang.
"Naresh sudah negosiasi dengan Bu Lilis. Jadi Ratna akan kerja di Airlangga grup. Nevia dan Ayra yang akan urus," jelas Adelia lagi.
"Oke." Nathalia mulai mengerti.
"Selain kepindahan kita, khususnya kamu ke Merapi Steels, akan bisa menjauhkan Naresh dari Ratna," tambah Ayra .
"Karena Naresh akan ke Merapi Steels, bukan Airlangga grup untuk nemuin kamù." Luna melanjutkan dengan senyum lebar.
"Kecele ntar dia." Nevia juga ngakak bersama yang lain.
Oooh... Nathalia tersenyum mengerti.
Tapi kenapa Naresh langsung mau? Nathalia masih heran dengan sikap Naresh yang mau mau saja menuruti keinginan Abiyan.
"Aku kaget tadi waktu Abiyan telpon. Ngga nyangka dia mau jadi kepanjangan tangan kita menemui Naresh," cerita Adelia setelah tawa mereka mereda.
"Ternyata dia perhatian juga," kekeh Karla.
"Rupanya dia bisa kita handalkan," sambung Ayra.
"Naresh takut kayaknya bikin kamu marah, Nath," sarkas Nevia dalam gelaknya.
Nathalia merasa ada air dingin yang menyirami hatinya.
Masa, sih? Tetap saja dia masih belum mau percaya.
*
*
*
Besoknya Nathalia kembali dijemput Naresh.
"Masih sakit?" tanya Naresh ketika irama jalan Nathalia sudah agak lebih cepat dari kemarin.
"Sudah mendingan." Hari ini terapi terakhir. Setelah ini ada beberapa hari lagi menuju hari H, Nathalia tidak akan ketemu Naresh.
"Besok sudah ngga terapi lagi," ucap Nathalia lagi ketika Naresh sudah membukakan pintu mobil untuk Nathalia.
"Ooh.... Tapi kelihatannya belum sembuh banget." Naresh meletalkan lengannya di bagian atas mobil saat Nathalia memasuki mobil.
Nathalia melirik Naresh yang masih menatapnya sebelum melengos.
"Kamu mau ngapain?" Nathalia agak kaget, saat dia baru saja duduk di jok mobil, Naresh tiba tiba ikut memasukkan setengah badannya.
"Aku bisa pasang sendiri," sergah Nathalia buru buru melihat kaca mobil di depannya. Dia takut ada keluarganya yang melihat kelakuan Naresh.
Naresh tidak menjawab, dia konsen memakaikan seatbelt pada Nathalia.
Naresh menghidu harum segar yang menguar dari tubuh Nathalia. Sementara Nathalia menahan nafasnya karena jarak mereka terlalu dekat.
Dengan acuh Naresh keluar dari dalam mobil, menutup pelan pintu mobilnya.
Naresh melangkah pelan memutari bagian depan mobil. Nathalia memegang dadanya sambil menatap Naresh.
Dia kenapa, sih? batinnya dengan jantungnya yang mendadak berdebar cepat.
Nathalia memalingkan wajahnya ketika Naresh masuk ke dalam mobil.
"Kenapa kamu ngga ngomong sendiri?" tanya Naresh sambil memasangkan seatbeltnya.
"Ngomong apa?" Nathalia mengalihkan tatap pada Naresh.
"Soal Ratna." Kali ini Naresh menatap Nathalia setelah seatbeltnya terpasang.
"Kamu bisa bilang keberatan kalo kamu ngga suka Ratna bekerja di perusahaanku."
Nathalia berdecak. Ngga nyangka Naresh akan seterus terang ini.
"Kenapa bukan kamu aja yang ngomong?"
Naresh tersenyum melihat wajah jutek itu.
"Rencananya mau ngomong hari ini."
DEG DEG
Kenapa senyumnya membuat dia sangat tampan? batinnya sambil melengos dengan degup jantung yang makin cepat.
abiyan jgn sampai jatuh cinta sm ratna