"Setelah bertahun-tahun diabaikan dan diperlakukan tidak adil oleh keluarganya sendiri, senja Aurelie Wijaya anak kandung yang terlupakan memutuskan untuk bangkit dan mengambil alih kendali atas hidupnya. Dengan tekad dan semangat yang membara, dia mulai membangun dirinya sendiri dan membuktikan nilai dirinya.
Namun, perjalanan menuju kebangkitan tidaklah mudah. Dia harus menghadapi tantangan dan rintangan yang berat, termasuk perlawanan dari keluarganya sendiri. Apakah dia mampu mengatasi semua itu dan mencapai tujuannya?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ariyanteekk09, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 35
Senja: Bayangan di Balik Mesin
Bab 1: Rahasia di Balik Tembok Tinggi
“Sejak kapan Kakek kasih lo rumah sebesar ini, Dek?” tanya Galih, suaranya bercampur rasa heran dan sedikit iri. Rumah itu, megah berdiri di atas lahan yang luas, meskipun rumah mereka juga mewah tapi rumah senja ini berbeda..
“Kok kita nggak tahu? Mendiang Kakek pun nggak pernah cerita sama kita kalau lo dikasih rumah,” sambung Raka, mengamati detail arsitektur rumah tersebut dengan mata terbelalak. Kemewahan rumah itu kontras dengan kehidupan sederhana yang selama ini mereka jalani bersama.
Senja, gadis berambut sebahu itu, tersenyum tipis. “Rumah ini dihadiahkan sama Kakek saat aku umur 12 tahun. Kakek juga sudah membayar biaya sekolahku sampai lulus,” jelasnya, suaranya tenang namun menyimpan misteri. Penjelasannya terasa kurang memuaskan, meninggalkan rasa penasaran yang menggantung di udara.
Radit, yang selalu jeli mengamati, menambahkan, “Rumah Dirga di sini juga, kan? Tapi kok kita nggak tahu kalau Adek kita juga punya rumah di sini?” Kehadiran rumah Senja di lingkungan yang sama dengan rumah kakak mereka, Dirga, semakin menambah kebingungan mereka.
Galih, yang paling impulsif di antara mereka berempat, tiba-tiba teringat sesuatu. “Yayaya… Astaga, lo ingat nggak, Kak? Waktu kita pulang tengah malam dari rumah Dirga, kan kita melihat orang berpakaian serba hitam masuk rumah ini dengan menggunakan motor gede? Jangan-jangan itu lo, ya, Dek?”
Senja mengangguk, senyumnya kini sedikit mengembang. “Ya, itu gue. Setiap pulang balapan, gue ke sini dulu baru pulang ke rumah.”
Galih melotot. “Berarti banyak dong motor lo di sini?”
“Penuh banget. Satu garasi full motor hasil balap gue ” jawab Senja dengan bangga, namun ada sedikit kesedihan yang tersirat dalam suaranya. Kesedihan karena ia harus merahasiakan hobinya yang penuh risiko dari orang tuanya.
Sekar, ibu mereka, mengamati interaksi keempat anaknya dari kejauhan. Tatapannya lembut, namun menyimpan sejuta makna. Ia tak menyesal telah membiarkan anak-anaknya keluar dari rumah itu, rumah yang menyimpan begitu banyak rahasia dan kenangan. Rahasia yang perlahan mulai terkuak, satu per satu, seperti mesin-mesin balap Senja yang berderu kencang di garasi luas itu. Ia tahu, di balik bayangan mesin-mesin itu, tersimpan cerita hidup Senja yang penuh semangat, namun juga penuh tantangan.
Berikut lanjutan cerita yang menyertakan adegan Senja mempersilakan kakak-kakaknya memilih kamar:
Bab 2: Pilihan Kamar
Setelah puas berbincang, membongkar rahasia yang selama ini terpendam, suasana menjadi lebih hangat. Senja, dengan senyum yang lebih cerah, mengalihkan perhatian mereka. “Oke, sekarang kalian pilih kamar sendiri. Kamarnya banyak, kok. Kalian bertiga bebas pilih yang mana.”
Galih, yang selalu menjadi yang paling bersemangat, langsung berlari ke lantai atas. Ia memilih kamar terbesar yang memiliki balkon dengan pemandangan taman yang luas. Kamar itu dipenuhi dengan peralatan musik dan berbagai koleksi barang kesukaannya. Sepertinya kamar ini sudah lama disiapkan, menunggu kedatangannya.
Raka, yang lebih tenang dan pendiam, memilih kamar di ujung koridor. Kamar ini lebih minimalis, dengan nuansa warna biru tenang yang menenangkan. Terdapat rak buku yang penuh dengan berbagai macam buku, dan meja kerja yang tertata rapi. Kamar ini sesuai dengan kepribadiannya yang suka membaca dan merenung.
Radit, yang paling teliti, memilih kamar yang berada di tengah. Kamar ini memiliki desain yang modern dan fungsional, dengan berbagai teknologi canggih yang terintegrasi. Ia langsung tertarik dengan sistem keamanan dan sistem pengaturan suhu ruangan yang canggih. Kamar ini mencerminkan kepribadiannya yang praktis dan detail.
Ketiga kakak Senja itu tampak puas dengan pilihan kamar masing-masing. Rumah besar itu, yang tadinya terasa asing dan penuh misteri, kini terasa lebih hangat dan nyaman. Mereka akhirnya memahami bahwa di balik kemewahan dan rahasia yang tersimpan, ada ikatan keluarga yang kuat dan penuh kasih sayang. Senja, dengan segala kejutan dan rahasianya, telah mempertemukan mereka kembali dalam sebuah ikatan yang lebih erat.
si kembar tidak lagi 1 kamar dan memilih pisah kamar mulai sekarang karena privasi mereka tidak mau di ganggu lagi.
Bab 3: Kamar untuk Mami
“Ayo, Mami ikut aku. Aku sudah mempersiapkan kamar untuk Mami,” ajak Senja, tangannya meraih tangan ibunya dengan lembut. Senyumnya tulus, mencerminkan kasih sayang yang mendalam. Ia memang sudah menyiapkan kamar untuk keluarganya sejak pertama kali Kakeknya membelikan rumah itu, sebuah tindakan yang menunjukkan perencanaan dan kasih sayang yang matang.
Mereka berjalan menuju sebuah kamar yang terletak di sayap lain rumah. Kamar ini lebih kecil dari kamar-kamar para kakak Senja, tetapi didekorasi dengan sangat hangat dan nyaman. Warna-warna pastel yang lembut mendominasi ruangan, menciptakan suasana yang tenang dan damai. Terdapat sebuah meja rias kecil yang elegan, dan sebuah tempat tidur yang nyaman dengan seprai bermotif bunga-bunga. Di sudut ruangan, terdapat sebuah kursi malas yang nyaman untuk membaca buku.
Setelah Mami Sekar masuk dan duduk di kursi malas, Senja duduk di sampingnya. Suasana hening sejenak, hanya diiringi suara kicauan burung dari taman yang terlihat dari jendela.
“Mami… maafkan Senja,” ucap Senja, suaranya sedikit bergetar. “Senja nggak pernah cerita tentang rumah ini, tentang balapan… tentang semuanya.”
Mami Sekar mengelus rambut Senja dengan lembut. “Mami mengerti, Nak. Mami tahu kamu punya alasanmu sendiri. Yang penting sekarang, kamu sudah berbagi dengan kami semua.”
Senja mengangguk, air matanya mulai menetes. “Senja takut mengecewakan Mami.”
“Tidak, Nak. Mami bangga padamu. Kamu berani mengejar mimpimu, meskipun itu penuh tantangan. Yang penting, kamu selalu menjaga dirimu dan tetap bertanggung jawab,” kata Mami Sekar, suaranya penuh kasih sayang. Ia memeluk Senja erat-erat, menghapus air mata putrinya.
“Terima kasih, Mami,” bisik Senja, memeluk ibunya kembali. Ia merasa beban di hatinya sedikit berkurang. Rahasia yang selama ini ia pendam akhirnya terungkap, dan ia mendapatkan dukungan dan penerimaan dari ibunya. Di kamar yang nyaman itu, di tengah suasana hangat dan penuh kasih sayang, Senja merasa hatinya tenang. Rumah besar itu, yang tadinya terasa seperti tempat persembunyian, kini menjadi tempat yang penuh cinta dan kebersamaan.
Bab 4: Malam di Rumah Baru
Setelah percakapan yang mengharukan itu, Mami Sekar dan Senja bergabung dengan Galih, Raka, dan Radit untuk makan malam. Suasana makan malam terasa lebih hangat dan akrab daripada sebelumnya. Mereka berbagi cerita, tertawa, dan saling bertukar pikiran. Rumah besar itu, yang tadinya terasa dingin dan penuh misteri, kini dipenuhi dengan kehangatan dan kebersamaan keluarga.
Galih menceritakan tentang rencana nya yang akan membuat band dengan radit dan Hendra, Dirga juga ingin ikut bergabung dalam band itu..
Mami Sekar mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali memberikan saran dan dukungan. Ia merasa lega karena anak-anaknya telah saling terbuka dan berbagi satu sama lain. Ia juga bangga melihat mereka telah tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan berprestasi.
Setelah makan malam, mereka berkumpul di ruang keluarga, menonton film bersama. Suasana riang dan penuh canda tawa memenuhi ruangan. Mereka bermain game, bercerita, dan saling bercanda. Malam itu, untuk pertama kalinya, mereka semua merasa benar-benar menjadi satu keluarga yang utuh dan bahagia.
Rumah besar itu, yang dulunya menyimpan banyak rahasia, kini menjadi saksi bisu kebersamaan dan kehangatan keluarga. Senja, yang awalnya merasa terbebani oleh rahasianya, kini merasa lega dan bahagia. Ia telah menemukan kembali ikatan keluarga yang kuat dan penuh kasih sayang. tempat di mana rahasia terungkap dan cinta terjalin erat.
!!!!
gak tau diri bgt sihhh loe cha