Melati, mantan atlet bola pingpong, menjadi tersangka pembunuhan sepupunya sendiri yang adalah lawan terakhirnya dalam turnamen piala walikota. Setelah keluar dari tahanan, ia dibantu teman baiknya, Aryo, berusaha menemukan pelaku pembunuhan yang sebenarnya.
Namun ternyata Melati bukan hanya menghadapi licik dan bengisnya manusia, namun juga harus berurusan dengan hal-hal gaib diluar nalarnya.
"Dia, arwah penuh dendam itu selalu bersamamu, mengikuti dan menjagamu, mungkin. Tapi jika dendamnya tak segera diselesaikan, dibatas waktu yang ditentukan alam, dendam akan berubah menjadi kekuatan hitam, dia bisa menelanmu, dan mengambil kehidupanmu!" seru nenek itu.
"Di-dia mengikutiku?!" pekik Melati terkejut.
Benarkah Aryo membantu Melati dengan niat yang tulus?
Lalu, siapa pelaku yang telah tega menjejalkan bola pingpong ke dalam tenggorokan sepupunya hingga membuatnya sesak napas dan akhirnya meninggal?
Mari berimajinasi bersama, jika anda penasaran, silahkan dibaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Jebakan
Melati melaju dengan kecepatan sedang, sudah lama tak mengendarai motor, ada rasa canggung yang membuatnya merasa harus berhati-hati.
"Semoga tak terjadi apapun, Pria tua itu... dia membuatku tak tenang, setiap ucapannya, membuat bulu kudukku merinding! Persetan dia ayahku atau bukan, aku tak akan mudah terperdaya!" monolognya tak sedikitpun mengurangi fokus pada kemudinya.
"Semoga tak terjadi apapun pada Mika maupun Aryo!" imbuhnya teringat ucapan-ucapan Pram yang dengan santai menyuruh Melati memakai cincin pemberian Aryo, seolah dia sudah tahu semua hal sejak awal.
…….
Di sudut toserba, Aryo masih duduk di depan laptopnya, matanya memindai layar dengan intens. Dia telah mencari jawaban selama hampir satu jam, dan akhirnya dia menemukan apa yang dicari —log akses laptop yang bisa memberitahu siapa yang terakhir mengakses dokumen misterius itu.
Aryo menggulir layar ke bawah, dan tiba-tiba jantungnya berdegup kencang. Nama "Ayah" muncul di layar, beserta tanggal dan waktu akses. Aryo merasa seperti tersengat listrik. "Ayah?" gumamnya, pikirannya mulai berputar.
Aryo melihat tanggalnya lagi, dan napasnya terasa seakan terhenti. “It-itu adalah hari terakhir aku bertemu ayah!”
Aryo merasa seperti terhanyut dalam kenangan. Dia ingat hari itu, ingat percakapan terakhir mereka, “Kau tahu temanmu yang bernama Layla, atlet yang meninggal secara mengenaskan beberapa hari lalu? Ayahnya dengan kejam menukar nasib buruknya dengan gadis lain. Tapi sepertinya karma tetap kembali pada si pembuatnya," terang ayah Aryo waktu itu.
“Maksud ayah?”
“Ya seperti yang kau tahu, pada akhirnya Layla tetap meninggal, bahkan dengan cara yang se-sadis itu, dibunuh oleh gadis yang ditukar nasib dengannya. Sungguh ironi, kan?”
Aryo tidak tahu apa yang harus dia rasakan, apakah dia harus marah, sedih, senang atau justru bingung. Yang jelas, ayahnya telah meninggalkan satu petunjuk yang mungkin akan berguna.
Aryo menatap foto itu dengan intens, memikirkan alasan yang membuat ayahnya menyimpan foto itu di laptop Aryo. "Pesan apa yang ingin disampaikan ayah?" pikirnya lagi kemudian melihat wajah-wajah di foto itu, mencoba mengenali ekspresi dan suasana hati mereka.
“Pak Pram, Layla, pelatih Man, Melati, pak Budi ayahnya Layla, pak Banu, dan putranya… para pria itu memiliki tato yang sama,” monolognya tetap fokus. “Tapi dari semua anak-anak itu, hanya Melati yang masih hidup. Putra pak Banu menghilang seperti Sita, dan Layla dibunuh secara misterius.
Aryo kembali mengumpulkan beberapa ingatan penting. "Arwah Layla menyerukan ada Melati, apa dia bermaksud menunjuk pada tato bunga itu? Lalu pria bertato bunga ini pun ada dalam mimpiku."
Aryo merasa seperti berada di tengah labirin yang terlalu sulit untuk menemukan jalan keluar, dengan banyak pertanyaan dan sedikit jawaban. Dia terus mengumpulkan potongan-potongan informasi, mencoba menyusunnya menjadi gambaran yang utuh. Tato bunga, mimpi, pembunuhan, kehilangan keluarga... semua itu pasti ada hubungannya.
"Aku harus bertanya langsung pada Melati, aku rasa aku harus pulang, semoga dia sudah selesai dengan ritual aneh yang dilakukan Ega," ucapnya kemudian menutup laptop dan membereskan barangnya.
Namun, saat Aryo hendak melangkah keluar dari pintu toserba, seseorang menabrak bahunya.
"Oh, maaf, aku tak sengaja!" seru pria asing itu menoleh pada Aryo yang sedikit terhuyung.
Aryo tersenyum dan menggelengkan kepala, "Tidak apa-apa, aku baik-baik saja.” Aryo memperhatikan pria asing itu, ada sesuatu yang familiar tentang wajah itu, tapi Aryo tidak bisa memastikan bagian mana.
Aryo masih berdiri di ambang pintu, memikirkan tentang pria itu, ketika pandangannya jatuh pada lengan pria itu. “Tato bunga melati yang sama dengan yang ada di foto ayahnya!” pekiknya seakan tak percaya.
"Tato itu... Sorot mata itu... Aku tahu siapa dia!" seru Aryo, suaranya seperti tercekat di kerongkongan, merasa seperti telah menemukan petunjuk penting lagi.
"Adit? Cih! Sorot mata itu adalah milik pelatih Pram, senyumnya juga, aku tak mungkin melupakan senyum dingin itu! Senyum yang sama yang kulihat di stadion waktu itu, ia tersenyum saat melihat lawan Melati tewas!'
Aryo berdiri terpaku, tubuhnya terasa menggigil saat menemukan satu pemikiran rumit itu. "Kenapa aku baru menyadarinya! Senyum itu juga yang ada dalam mimpiku!"
Aryo mengurungkan niatnya untuk pergi, ia kembali masuk ke dalam toserba lagi.
"Ada yang ketinggalan, Nak?" tanya ramah sang pemilik toserba.
"Ah... a-aku tiba-tiba haus... aku harus beli minuman dingin... sepertinya," jawabnya dengan gagap.
Aryo menuju ke showcase tempat minuman dingin disimpan, namun sudut matanya terus mengamati pria yang ia yakini sebagai Adit, sekaligus pelatih Pram.
'Apa dia kunci dari tewasnya banyak atlet itu, juga hilangnya adikku?' batin Aryo. 'Aku masih bingung, tapi mengawasinya, kurasa tidak salah juga."
Tak lama kemudian, Pria itu, yang ternyata adalah pelatih Pram yang sudah kembali menyamar sebagai Adit, berjalan keluar dari toserba kemudian memasuki mobil blind Van miliknya yang terparkir di halaman toserba itu.
Tak ada pilihan, Aryo merasa harus mengikutinya, ia melaju dengan jarak aman menggunakan motornya yang lain.
Sedangkan di dalam mobilnya, Pram tersenyum menyeringai, mengawasi bayangan Aryo dari kaca spion. "Bagus, kamu masuk perangkap!”
………
Di rumahnya Aryo, Melati bergegas memasuki rumah setelah memarkirkan motor yang dikendarainya.
"Kak Sita, akhirnya kau pulang juga!” sambut Mika yang sudah berdiri di balik pintu.
Seruan Mika tentu mengagetkan Melati, membuatnya terjingkat dan mundur beberapa langkah dengan mata terbelalak sempurna.
Mika menyapa Melati dengan ekspresi riang penuh semangat. “Ayo, kita ke rumah pak Banu, pasti acaranya sudah mau dimulai!" ujarnya kemudian menghampiri Melati yang berdiri tertegun menatap kearahnya.
Melati menatap aneh pada Mika yang tiba-tiba terlihat sehat, bahkan melupakan kejadian yang sebelumnya. "Kau... baik-baik saja? Dimana Aryo?" tanyanya sembari menelisik situasi rumah.
"Entah, sudahlah, dia kan pemilik rumah, biarkan saja sesukanya, kamu tamu istimewa, pasti sudah ditunggu, termasuk aku."
Melati kembali mengernyit, merasakan aura yang berbeda dari Mika. 'Apa dia dikendalikan lagi oleh sesuatu?' telisik Melati.
Mika menarik lengan Melati, lalu menggoyangkannya dengan lembut. "Kak Sita, jangan bengong, buruan ganti baju, atau mau seperti itu saja?"
Meski masih merasa aneh, namun Melati segera membersihkan badan di kamar mandi, kemudian mendandani diri seperlunya.
Melati kembali dibuat heran saat melihat Mika kembali terbaring di sofa dengan mata tertutup. 'Aneh banget sikapnya,' batinnya. 'Apa dia tidur lagi? Aryo juga kemana lagi malah ngilang!'
Melati duduk sejenak di meja makan, lalu merogoh ponselnya untuk menghubungi Aryo. 'Semoga tak terjadi apapun padanya!'
"Hmm, aneh. Kenapa ponselnya tidak bisa dihubungi?" pikirnya Melati mulai merasa khawatir, terutama setelah melihat Mika yang masih terbaring di sofa dengan mata tertutup.
...****************...
Bersambung....
Gw lagi kumat malas bales komentar, ntar gw balas kalau udah mood ya, up pun semua gw, jadi kalian juga bacanya semau kalian aja biar impas.🤣