Di tengah hamparan alam semesta yang tak terbatas, jutaan dunia dan alam berputar dalam siklus abadi. Dari yang paling terang hingga yang paling gelap, dari yang paling ramai hingga yang paling sepi. Namun, di balik semua keindahan dan misteri itu, satu pertanyaan selalu berbisik di benak setiap makhluk: siapa sebenarnya yang berkuasa? Apakah manusia yang fana? Dewa yang dihormati? Atau entitas yang jauh lebih tinggi, yang bahkan para dewa pun tak mampu melihatnya?
Pertanyaan itu memicu hasrat tak terpadamkan. Banyak manusia, di berbagai dunia, memilih jalan kultivasi. Mereka mengorbankan waktu berharga, sumber daya, dan bahkan nyawa untuk satu tujuan: keabadian. Mereka menghabiskan usia demi usia, mengumpulkan energi langit dan bumi, hanya untuk menjadi lebih kuat, untuk hidup selamanya. Jalan menuju keabadian bukanlah jalan yang mudah. Keserakahan, ambisi, dan iri hati menjadi bayangan yang selalu mengikuti, mengubah sahabat menjadi musuh dan mengubah kedamaian menjadi kehancuran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35: Kota di Antara Sekte
Di taman bunga rahasia Sekte Bahagia, seorang Penjaga Api Phoenix kembali, berlutut di depan Liu Yan. "Master," lapornya, "saya mendapat informasi bahwa Lin Hao pergi dari sekte bersama beberapa murid menggunakan kapal terbang. Karena tingkahnya mencurigakan, tetua keenam memerintahkan seseorang untuk mengawasi. Kami mendapat laporan bahwa Lin Hao pergi ke Sekte Pembunuh."
Mendengar itu, Liu Yan memukul meja dengan marah, melepaskan energi spiritualnya yang membara. "Anak ini!" teriaknya. "Hal bodoh apa yang ingin dia lakukan sampai pergi ke Sekte Pembunuh? Benar-benar membuatku malu!"
Tetua Xing mencoba menenangkannya. "Master Sekte Api Phoenix, tolong redakan amarahmu sedikit. Nanti pondok ini bisa terbakar."
Liu Yan menarik napas dalam-dalam, menarik kembali energi spiritualnya.
Lin Shui kemudian berbicara, "Sepertinya keadaan semakin berbahaya. Kemungkinan besar Lin Hao membawa Mutiara Laut untuk membuat perjanjian dengan Sekte Pembunuh. Kita harus melakukan sesuatu."
"Master Sekte Pembunuh berada di ranah awal Surgawi, dan mereka memiliki dua tetua yang sudah mencapai ranah Nirwana," kata Tetua Xing, memberikan informasi penting.
Liu Yan berdiri. "Aku akan memerintahkan tetua pertama dan murid pertamaku untuk pergi ke Sekte Pembunuh."
"Saya juga akan memerintahkan tetua pertama dan murid pertama saya untuk menemani, mengambil kembali Mutiara Laut itu," tambah Lin Shui.
Dengan raut wajah penuh amarah, Liu Yan beranjak pergi. Ia menaiki burung Phoenix-nya, yang melesat cepat dan melepaskan gelombang kejut yang menghempaskan bunga-bunga di sekitar.
Melihat kepergian Liu Yan, Lin Shui berpamitan. "Saya akan kembali, Tetua Xing. Sangat berbahaya jika Mutiara Laut itu jatuh ke tangan Sekte Pembunuh."
"Baiklah, hati-hati," jawab Tetua Xing. "Sampai bertemu lagi, Master Sekte Tujuh Mata Air." Lin Shui menghilang dalam pusaran air dan muncul di punggung ikan pari besarnya, lalu pergi dari taman.
Melihat kepergian mereka, Tetua Xing bergumam, "Dari masalah kecil, bisa timbul masalah yang lebih besar. Terkadang, hidup dalam keabadian penuh dengan rahasia dan pertumpahan darah. Ke depannya, jika kamu sudah duduk di kursi Master Sekte, kamu harus bisa menekan amarah dan lebih bijaksana agar hari-hari menjadi lebih baik," ucapnya kepada muridnya, Yue Li, yang sedari tadi diam dan menyeduhkan teh.
Yue Li memberi hormat. "Baik, Master. Yue Li akan mengingat ajaran Master."
°°°
Beberapa minggu kemudian, di tengah lautan, Yun Fei sedang asyik bermain dengan kelima bayi hewan spiritual ilahi. Sementara itu, Xue Wei tetap waspada, berjaga-jaga, dan Zhong Li duduk santai di pinggir dek kapal, menatap luasnya lautan.
Tidak lama kemudian, sebuah daratan terlihat. Seseorang berteriak, "Itu daratan! Kita sampai di Benua Selatan!" Mendengar itu, semua penumpang di kapal merasa lega. Mereka telah melewati berbagai bahaya, termasuk monster dan pertempuran sengit melawan ular laut berkepala tujuh. Perjalanan yang penuh ketegangan akhirnya berakhir.
Kapal mulai merapat di Pelabuhan Awan, sebuah kota besar yang sangat ramai. Setelah turun, Xue Wei berbicara kepada Zhong Li, "Tuan, sebaiknya kita mencari penginapan terlebih dahulu."
Zhong Li mengangguk. Xue Wei pun berjalan lebih dulu mencari penginapan yang sederhana. Setibanya di sana, ia memesan tiga kamar dan makanan untuk mereka bertiga.
Di meja makan di lantai bawah penginapan, Xue Wei kembali mengeluarkan giok petanya. Ia meletakkan giok itu di atas meja dan mulai memindai rute selanjutnya.
"Tuan," kata Xue Wei kepada Zhong Li, "dari Pelabuhan Awan, kita akan menuju ke utara. Perjalanan ini akan memakan waktu sekitar satu setengah bulan."
Ia kemudian menjelaskan rute tersebut. "Kita akan melintasi Hutan Batu Awan, sebuah hutan yang dipenuhi pilar-pilar batu raksasa yang menembus langit. Konon, pilar-pilar ini dihuni oleh makhluk spiritual dari elemen tanah dan angin. Setelah melintasi hutan itu, kita akan tiba di Sekte Lima Elemen, sebuah sekte yang menguasai kelima elemen alam."
"Setelah dari Sekte Lima Elemen, kita akan melanjutkan perjalanan ke timur selama dua minggu. Kita akan melintasi Dataran Suci Buddha, tempat di mana aura spiritual sangat kuat dan banyak kultivator dari seluruh Alam Atas datang untuk bermeditasi," lanjutnya. "Di sana, kita akan menemukan Sekte Buddhisme, yang dikenal karena ajaran kebijaksanaan dan ketenangan."
Mendengar penjelasan Xue Wei, Yun Fei bertanya, "Paman, apa tidak ada kota sebelum ke Sekte Lima Elemen dan Sekte Buddhisme?"
Xue Wei tersenyum tipis. "Ada, Nona. Ada sebuah kota yang bernama Kota Elemen. Kota ini terletak di perbatasan antara Hutan Batu Awan dan wilayah Sekte Lima Elemen. Kota Elemen terkenal dengan penginapan dan restoran yang unik, di mana para koki ahli menggunakan bahan-bahan langka dari lima elemen untuk menciptakan hidangan lezat dan pil spiritual. Selain itu, di sana juga ada pasar besar tempat para kultivator menjual dan membeli artefak serta ramuan spiritual dari berbagai elemen."
"Setelah melintasi Dataran Suci Buddha, Nona juga akan menemukan kota yang lebih damai dan tenang. Kota itu bernama Kota Kesunyian, di mana para kultivator sering bermeditasi dan mencari pencerahan."
Mendengar penjelasan Xue Wei, Yun Fei terlihat gembira. "Wah, Paman, aku ingin mengunjungi Kota Elemen dan mencoba makanan di sana," ucapnya dengan air liur menetes.
Xue Wei tersenyum. "Tentu, kita akan ke sana. Mungkin di Kota Elemen kita bisa menemukan makanan yang cocok untuk kelima bayi hewan spiritual," jawabnya.
Yun Fei semakin gembira dan berteriak, "Yeayy! Semoga di sana aku bisa mendapatkan makanan kesukaan kalian berlima," katanya sambil melirik dan mengusap tas tempat berdiam kelima bayi hewan spiritual ilahi.
"Cepatlah makan, Nona," kata Xue Wei. "Sebaiknya kita beristirahat agar besok bisa melanjutkan perjalanan ke Sekte Lima Elemen."
Yun Fei segera menyantap makanannya dengan lahap.
Tidak lama kemudian, malam pun tiba. Zhong Li berdiri di luar penginapan, ditemani oleh Xue Wei, menatap gemerlap lampu kota yang ramai.
"Xue Wei," kata Zhong Li, "sejak kita menaiki kapal, aku merasakan ada beberapa kekuatan yang memantau kita dari balik dimensi. Tetaplah fokus dan jaga Yun Fei."
Xue Wei tertegun sejenak. "Jika ada kultivator yang mengintai dari balik dimensi, berarti mereka adalah sosok yang sangat kuat, Tuan. Setidaknya berada di ranah Nirwana. Apa mereka mengincar bayi hewan spiritual ilahi, Tuan?"
Zhong Li mengangguk. "Sepertinya begitu. Tunggu saja sampai mereka bergerak lebih dulu."
"Baik, Tuan," jawab Xue Wei. "Saya akan berjaga di dekat kamar Nona Yun Fei."
Setelah itu, Xue Wei pergi. Zhong Li menatap dingin ke langit, di mana bulan biru cerah yang saling berdekatan dengan bulan merah redup terlihat semakin terang benderang.
dan mampu membangun resto dan penginapan
terimakasih tuan zao li atas kebijakanmu
,semoga xue Wei bisa membantu masalah kecil tadi
tpi memang kamu orang baik shui, tak pandang bulu saat menolong rang lain,
semoga ttep. jadj orang baik