Sesama Author tolong saling menghargai, dilarang mampir jika hanya skip skip saja dan baca setengah-setengah, 🙏
Sebuah pernikahan harus didasari oleh kejujuran dan rasa saling percaya, tapi apa jadinya jika seorang Suami selalu berbohong kepada Istrinya dan lebih memilih menuruti semua keinginan Orang tua serta Keluarganya dibandingkan dengan keinginan Sang Istri?
Yuni selalu berharap jika Sang Suami bisa menjadi sandaran untuk dirinya, tapi ternyata semua itu hanya menjadi angan-angannya saja, karena Hendra bahkan tidak pernah membela Yuni ketika dia dihina oleh keluarga Suaminya sendiri.
Akankah Yuni bertahan apabila keluarga Sang Suami selalu campur tangan dalam rumah tangganya?
Baca kisah selengkapnya dalam Karya saya yang berjudul 'Suamiku Boneka keluarganya'.
Mohon dukungannya untuk Karya-karya receh saya, 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Antika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Pada saat Yuni masuk ke dalam rumah, Yuni melihat Hendra yang sedang bermain dengan dua Keponakannya.
Yuni semakin merasa kesal karena selama ini Hendra terlihat lebih menyayangi Keponakannya dibandingkan dengan Anak kandungnya sendiri.
"Yun, kamu sudah pulang?" tanya Hendra, tapi Yuni melewatinya begitu saja.
Hendra menyusul Yuni ke dalam kamar mereka, karena Hendra ingin meminta maaf tentang kejadian tadi siang.
"Yun, aku tau kalau kamu marah, aku tau kamu pasti merasa kecewa. Aku benar-benar minta maaf sayang," ucap Hendra dengan memeluk tubuh Yuni.
Yuni menghela napas panjang, kemudian dia berusaha melepaskan diri dari pelukan Hendra.
"Mas, dalam hukum Agama, jika seorang Suami tidak mengakui Istrinya berarti sudah jatuh talak satu, meski pun itu hanya bercanda," tegas Yuni.
"Yun, tapi aku melakukan semua itu karena terpaksa. Kamu tau sendiri kalau selama ini Mama selalu melarang aku mengakui kamu sebagai Istriku saat kita berada di Perusahaan," ucap Hendra.
"Kamu memang Anak yang berbakti Mas, bahkan kamu sampai rela menyakiti hati Istrimu dibandingkan membantah perintah Mama kamu. Tapi satu hal yang harus kamu tau, jika do'a seorang Ibu tidak dapat menembus langit apabila kamu menyakiti hati Istri kamu sendiri," ucap Yuni yang sudah benar-benar kecewa terhadap Hendra.
Hendra menjatuhkan tubuhnya di hadapan Yuni, kemudian Hendra kembali meminta maaf kepada Istrinya tersebut.
"Yun, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku benar benar minta maaf karena telah menorehkan luka pada hati kamu," ucap Hendra dengan menggenggam erat tangan Yuni.
"Percuma kamu meminta maaf jika pada akhirnya kamu terus mengulanginya lagi. Apa mengantar Lisa juga merupakan bakti kamu kepada Mama, Mas?" sindir Yuni.
"A_aku hanya kasihan karena Lisa tidak membawa mobil, apalagi tadi hujan, jadi sekalian aku mengantarnya pulang. Lagian rumah kita juga searah," jawab Hendra dengan tergagap.
"Kamu memang benar-benar lelaki yang baik Mas, kamu masih memikirkan nasib mantan kamu supaya tidak kehujanan, bahkan kamu sampai tidak melihat keberadaan Istri kamu yang berdiri di tengah hujan deras," sindir Yuni.
"Yun aku_" perkataan Hendra terhenti karena Yuni kembali angkat suara.
"Apa kamu mau bilang kalau tadi kamu tidak melihat keberadaanku yang sudah berusaha mencegat mobil kamu?" ujar Yuni dengan tersenyum mengejek.
Yuni tidak habis pikir dengan jalan pikiran Hendra yang lebih mementingkan orang lain dibandingkan dengan Anak dan Istrinya sendiri.
"Mas, sepertinya bagi kamu, aku dan Anak-anak memang tidak penting, makanya selama ini kamu lebih mementingkan orang lain dibandingkan dengan kami," ucap Yuni dengan mata berkaca-kaca.
Hendra sebenarnya terkejut ketika mendengar perkataan Yuni, karena Hendra sama sekali tidak melihat keberadaan Yuni yang mencegat mobilnya, apalagi tadi Lisa sengaja menghalangi Hendra.
"Yun, kamu pasti salah paham. Aku benar benar tidak melihat kamu, aku kira kamu sudah pulang duluan."
"Sudahlah Mas, aku tidak mau mendengar alasan kamu lagi," ucap Yuni yang sudah terlanjur kecewa terhadap sikap Hendra.
Hendra kembali mencoba membujuk Yuni dengan mengatakan kalau dia bersedia pindah rumah.
"Yun, aku benar-benar ingin memperbaiki hubungan kita. Aku bersedia kita pindah dari sini dan tinggal di rumah kontrakan. Sekarang juga aku akan menyampaikan tentang rencana kita kepada Mama," ujar Hendra dengan menangkup pipi Yuni.
Hati Yuni menghangat ketika mendengar perkataan Hendra, apalagi Yuni tidak menyangka jika Hendra bersedia pindah dari rumah orang tuanya.
"Mas tidak berbohong kan?" tanya Yuni mencoba memastikan jika dirinya tidak salah dengar.
"Yun, tidak mungkin aku berbohong. Oh iya, aku juga dengar dari Denis kalau kamu akan mengajak Denis dan Dira pergi ke Taman bermain. Apa aku boleh ikut?" tanya Hendra, dan Yuni tersenyum serta menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
......................
Setelah Yuni selesai membersihkan diri, Yuni menghampiri Hendra yang sedang mengobrol dengan Mama Meti, apalagi Yuni sudah tidak sabar ingin segera pindah rumah.
Yuni terkejut ketika mendengar Mama Meti yang marah bahkan terdengar mengancam Hendra.
"Satu langkah saja kamu berani meninggalkan rumah ini, kamu Akan melihat Mama mati Hendra !!"
Yuni diam mematung ketika mendengar perkataan Mama Meti. Yuni sama sekali tidak menyangka jika Mama Meti sampai berbicara seperti itu kepada Hendra.
"Yuni," ucap Hendra ketika melihat Yuni yang sudah berada di ruang keluarga.
Mama Meti langsung menghampiri Yuni untuk memarahinya, karena Mama Meti tidak rela jika Hendra sampai ke luar dari rumahnya.
"Dasar Menantu tidak tahu di untung, masih mending aku sudi menampung kamu di rumah ini, kalau kamu mau pergi dari sini, kamu pergi saja dengan kedua Anak kamu, tidak usah mengajak-ngajak Anak ku !!" bentak Mama Meti.
Yuni menghela nafas panjang mendengar perkataan Mama Meti yang selalu membuatnya sakit hati, tapi bagaimanapun juga Mama Meti adalah Ibu mertua yang harus selalu Yuni hormati.
"Ma, Yuni bukannya tidak bersyukur karena mama sudah mengijinkan kami tinggal di rumah ini, kami juga sangat berterimakasih dengan kebaikan hati Mama, tapi kami juga ingin belajar hidup mandiri. Apa kami salah jika kami ingin mencoba semua itu?" tanya Yuni yang mencoba berbicara selembut mungkin supaya tidak menyinggung perasaan Mama Meti.
"Tentu saja salah, karena Hendra itu Anak laki-laki. Jadi, meskipun sudah menikah, Anak laki-laki akan tetap menjadi milik Ibunya dan tetap harus bertanggung jawab terhadap keluarganya. Bilang saja kalau selama ini kamu merasa keberatan karena Hendra memberikan sebagian gajinya kepada kami."
"Ma, selama ini Yuni tidak pernah mempermasalahkan tentang Mas Hendra yang memberikan gajinya kepada kalian. Mama juga pasti tau sendiri jika selama ini Mas Hendra bahkan sampai lupa untuk memberikan nafkah kepada anak dan Istrinya. Seandainya semua itu terjadi kepada Kak Rani, apa yang akan Mama lakukan?" ujar Yuni yang tidak pernah mengerti jalan pikiran Hendra dan keluarganya.
Mama Meti yang mendengar perkataan Yuni semakin geram Karena sekarang Yuni mulai berani membalas perkataannya.
"Semua itu tidak akan pernah terjadi kepada Rani Anakku, karena Suaminya sangat mencintai Rani, jadi kamu tidak usah berbicara yang tidak tidak," tegas Mama Meti.
Yuni yang sudah bertekad ingin ke luar dari rumah Mama Meti, akhirnya meminta ijin kepada Hendra.
"Mas kalau begitu ijinkan aku dan Anak-anak pergi dari rumah ini. Kami bisa mengontrak di dekat rumah orang tuaku supaya kami tidak menjadi beban kalian lagi," ujar Yuni kemudian melangkahkan kakinya ke dalam kamar untuk mengemasi pakaian.
Hendra yang tidak ingin berpisah dengan Yuni dan kedua Anaknya bergegas menyusul Yuni.
"Yun, Mas mohon kalian jangan pergi dari rumah ini. Mas tidak mau berpisah dengan kamu dan Anak-anak."
"Maaf Mas, tapi aku sudah tidak sanggup lagi tinggal satu atap dengan Keluarga kamu," ucap Yuni dengan menangis.
*
*
Bersambung
emang agak lain pak Ibrahim ini
semangat thor
semangat thor asli kesel banget gue sama Hendra dia itu bukan bodoh lagi iiiiiiiiihhhhhhh kesel banget awas luu Hendra habis kau