Ratu Maharani, gadis 17 tahun yang terkenal bandel di sekolahnya, dengan keempat sahabatnya menghabiskan waktu bolos sekolah dengan bermain "Truth or Dare" di sebuah kafe. Saat giliran Ratu, ia memilih Dare sebuah ide jahil muncul dari salah satu sahabatnya membuat Ratu mau tidak mau harus melakukan tantangan tersebut.
Mau tahu kisah Ratu selanjutnya? langsung baca aja ya kak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Kejutan dari Nathan
Keesokan paginya di mansion Nugroho, Nathan menghidupkan mesin Honda sport barunya yang baru tiba. Dengan semangat tinggi, ia berencana menjemput Ratu dari mansion Alatas dan mengantarkannya ke sekolah memakai motor sport impiannya. Nathan ingin memberikan kejutan istimewa: motor impian Ratu.
“Nathan, motor siapa itu?” tanya Mama Nadia saat muncul di ambang pintu, ditemani Papa Narendra yang hendak berangkat kerja.
“Motor aku, Ma,” jawab Nathan cepat.
“Sejak kapan suka pakai motor? Biasanya kamu lebih asik ganti mobil,” celetuk Papa Narendra.
“Sejak kenal Ratu,” ujar Nathan sambil tersenyum lebar.
Mama Nadia menatap dengan antusias, “Jadi calon menantu Mama suka motor gede, ya? Dulu Mama juga pernah suka motor sport loh.”
“Nggak cuma suka, Ma, dia juga jago balap,” tambah Nathan.
“Wah, keren banget calon menantu kita!” seru Mama Nadia.
“Calon sayang, belum menantu,” sambut Papa Narendra nakal.
"Apa bedanya sih, pa! Bentar lagi juga akan jadi mantu kita," balasnya dengan semangat.
"Ya ya, terserah Mama deh, Papa juga ikut senang, akhirnya kita akan punya Mantu idaman Mama kan,"
"Ia Pa, Ratu itu paket komplit deh jadi calon mantu Mama!" jawab Mama Nadia bangga.
Nathan yang memperhatikan ke-dua orang tuanya malah asik mengobrol langsung menyela.
"Kok, pada heboh sendiri sih, ya sudah Nathan mau jemput calon istri dulu ya!" pamit Nathan cepat.
“Eh, tapi kamu kan hari ini ada jadwal, kan?” tanya Papa Narendra.
“Aku sudah tukar shift dengan teman, jadi pagi ini bisa antar-jemput Ratu. Sore baru kerja lagi,” jelas Nathan.
Dengan penuh percaya diri, Nathan menggeber motor sport barunya menuju mansion Alatas. Tak butuh waktu lama Nathan kini, sampai di depan gerbang, Pak Satpam yang mengenalnya segera membuka pintu dengan senyum ramah.
“Den, Nathan, selamat pagi,” sapa Pak Satpam sambil tersenyum.
Nathan membalasnya dengan senyum hangat, “Selamat pagi, Pak. Terima kasih sudah membukakan.”
Setelah melewati gerbang, Nathan masuk ke halaman mansion besar itu, memandang sekeliling dengan rasa kagum akan kemegahan tempat itu sekaligus tidak sabar bertemu Ratu.
Sementara itu di dalam, situasi yang berbeda terjadi. Di ruang makan, Daddy Anggara dan Eyang Rita sudah duduk santai di meja sarapan mereka. Keduanya sudah terbiasa dengan kebiasaan Ratu yang selalu terburu-buru setiap pagi, hampir tak pernah bisa bangun pagi tepat waktu.
Dengan yakin Daddy Anggara berkata, “Kalau Ratu sarapan, itu kejadian langka. Dia pasti turun sudah siap-siap pergi.”
Eyang Rita tersenyum dan mengangguk setuju.
“Ya, dia selalu begitu. Entah kapan anak itu bisa disiplin waktu?”
Baru saja Eyang Rita selesai bicara, suara langkah kaki bergema di tangga. Ratu muncul, melesat turun dengan berlari kecil, rambutnya terurai indah sama dengan suasana wajahnya yang tampak cerah.
“Pagi Eyang, Daddy,” sapa Ratu cepat sambil menyeka sisa-sisa kantuk di matanya.
Daddy Anggara tersenyum sambil mengangguk, “Santai saja, sayang. Sarapan dulu ya, biar energi kamu kuat buat belajar.”
“Tapi aku harus buru-buru, Dad!” jawab Ratu sambil mengambil seiris roti dan segelas susu dengan cepat.
Selesai dua tiga suapan kecil, Ratu langsung melesat ke pintu keluar, meninggalkan Daddy Anggara dan Eyang Rita yang hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah Ratu.
Di luar, Nathan sudah menunggu dengan motor sport barunya. Ia langsung bersemangat melihat Ratu muncul di ambang pintu, matanya berbinar saat Ratu berjalan mendekat, nafasnya masih tersengal akibat lari kecil.
“Hy, Ratu! Sudah siap?” sapanya ramah sambil menepuk jok motor.
Ratu terkejut dan tersenyum. “Kok kamu nggak bilang mau jemput aku? Wah, motornya keren banget! Ini motor impianku?”
Nathan tersenyum lebar. “Iya, aku tahu kamu suka motor sport, jadi aku pesan khusus buat kamu. Semoga kamu suka.”
Mata Ratu membelalak, tak percaya. “Serius? Ini buat aku?”
Nathan mengangguk mantap. “Iya, kejutan buat kamu.”
Ratu terdiam sebentar, lalu matanya berkaca-kaca. “Terima kasih ini kejutan yang luar biasa!" ucap Ratu tulus dengan mata berbinar.
Daddy Anggara yang hendak berangkat ke kantor jadi penasaran mendengar suara samar Ratu yang sedang mengobrol dengan seseorang, lantas ia mempercepat langkahnya penasaran.
"Eh, ada Nathan, kenapa tidak masuk," sapa Daddy Anggara.
Keduanya langsung menoleh ke arah pintu utama, dengan sedikit sungkan Nathan menjawab.
"Pagi Tuan Anggara, tidak usah masuk lagi Taan , Nathan izin mengantar Ratu ke sekolah ya!" pinta Nathan sopan.
"Eh, jangan terlalu formal, panggil Daddy aja ya," protes Daddy Anggara.
Nathan tersenyum hangat, lalu mengangguk pelan, "Baik Daddy," ucapnya pelan. Daddy Anggara membalas dengan senyum hangatnya.
"Kalau begitu kalian hati-hati ya, jaga baik-baik putri Daddy ya, Daddy juga harus segera pergi!" lanjut Daddy Anggara dan langsung melangkah menuju mobilnya yang sudah menunggu tak jauh dari motor Nathan.
"Baik Daddy, Daddy juga hati-hati!" ucap Nathan.
Daddy Anggra menganguk singkat dengan senyum kecilnya lalu gegas pergi.
Setelah mobil Daddy Anggara menghilangkan di balik tembok pagar mansion, Nathan juga mengajak ratu untuk segera pergi.
Nathan membantu Ratu memakai helmnya lalu memakai helm untuk dirinya sendiri. Setelah memastikan Ratu duduk dengan nyaman baru Nathan menghidupkan mesin motornya dan tancap gas meninggal mansion menuju sekolah Ratu.
Di dalam perjalanan mereka di atas motor sport itu terasa ringan, angin pagi berhembus lembut menyapu wajah Ratu yang tersenyum sumringah. Namun, rasa penasaran mulai menggelitiknya.
“Nathan,” Ratu memecah keheningan, “Aku penasaran banget, gimana kamu bisa tahu aku suka motor sport? Kamu bahkan sampai pesan yang khusus buat aku.”
Nathan menyunggingkan senyum kecil, matanya berbinar. “Aku memang memperhatikan hal-hal kecil tentang kamu, Ratu. Aku ingin kamu merasa spesial.”
Ratu langsung salting saat mendengar kata-kata Nathan, wajahnya kembali bersemu merah merasa bahagia sekaligus terharu di perlakukan seperti itu oleh Nathan. lalu buru-buru ia mengalihkan pembicaraan.
“Eh ... kenapa kamu harus jemput aku pagi-pagi begini? Apa enggak ada jadwal penerbangan hari ini? Yang aku tahu seorang pilot pasti sibuk banget.”
Nathan menarik nafas pelan, matanya fokus ke jalan di depannya namun senyumnya tetap mengembang.
“Hari ini aku sengaja off, Ratu. Aku ingin pakai waktu itu buat kita. Aku juga tahu, setelah nikah nanti, waktu kita akan jauh lebih terbatas,” jawab Nathan jujur.
Ratu menunduk sebentar, merasa hatinya tersentuh. “Nathan ... terima kasih sudah mikirin aku kayak gini.”
Nathan menggeser duduknya sedikit agar lebih dekat, suaranya lembut.
“Itu karena aku mau selalu ada buat kamu, bukan cuma sebagai suami, tapi juga sahabat dan pendukung terbesarmu.” ujar Nathan tegas.
Ratu terdiam tanpa menjawab ucapan Nathan lagi tapi dalam hati merasa ada ribuan kupu-kupu yang sedang berterbangan di dalam perutnya.
Waktu berjalan begitu cepat dan kini mereka sudah berada di pintu gerbang sekolah, Ratu segera turun dengan terburu-buru dari boncengan Nathan. Baru saja ia menginjakkan kaki di tanah, tiba-tiba Ica dan Della datang tepat di belakangnya, tersenyum jahil sambil menggodanya.
“Cie, cie, yang diantar ayang nih!” Goda Della dengan nada menggoda, diikuti oleh tawa kecil Ica yang ikut tersenyum jahil.
Nathan membuka helmnya dengan perlahan, membuat semua siswa dan siswi yang melihatnya terpana oleh ketampanannya. Ratu yang merasa risih melihat perhatian yang tertuju kepada Nathan segera mengambil helm yang ada di pangkuan pria itu dan dengan cepat memasangnya kembali ke kepala Nathan.
“Nah, ini lebih baik,” ucap Ratu dengan senyum kecil penuh kepuasan.
Sementara itu, Nathan hanya tersenyum kecil, menikmati wajah mengemaskan calon Ratu hatinya itu.
"Sudah sana balik, sengaja bangat tebar pesona sama tuh cewek-cewek genit," lanjut Ratu dengan wajah kesalnya
Nathan tersenyum gemas, menikmati tingkah cemburu Ratu yang selama ini ia rindukan.
“Ah, akhirnya kamu mulai menerima aku, dan membuka hati,” gumam Nathan dalam hati.
Sebelum beranjak, Nathan membuka kaca helmnya perlahan, menatap Ratu dengan penuh kasih. “Semangat belajar ya. Jangan sampai bolos lagi, ingat, mataku ada di sekolah ini untuk mengawasi kamu,” ujarnya sambil mengacak lembut rambut Ratu.
Ratu mendelik kesal, “Ah, Nathan! Rambutku jadi berantakan nih,” protesnya sambil mengembangkan pipinya, mencoba menjauhkan tangan Nathan.
Nathan justru makin gemas. “Ih, jangan merajuk dong, sayang,” ucapnya lembut. Mendengar panggilan ‘sayang’, pipi Ratu langsung merona merah.
Dengan cepat Ratu berbalik, agar Nathan tak melihat wajahnya yang memerah. “Sudah, sana cepat pergi. Aku harus masuk kelas,” pinta Ratu terburu-buru.
Nathan hanya menggeleng pelan sambil tersenyum. Lalu menyalakan mesin motornya dan berkata.
“Aku pamit ya. Ingat pesanku!”
Ratu hanya mengangguk pelan tanpa menatap Nathan lagi, lalu melangkah memasuki gerbang sekolah dengan hati yang penuh rasa campur aduk.
Tanpa mereka sadari, di belakang mereka ada Angkasa dan Mika, yang baru saja tiba. Mereka berhenti agak jauh, menatap tajam ke arah Ratu dan sahabatnya, matanya menatap tajam Ratu dan Nathan.