NovelToon NovelToon
Menolak Miskin Di Dunia Lain

Menolak Miskin Di Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Bepergian untuk menjadi kaya / Romansa / Fantasi Wanita / Time Travel / Ahli Bela Diri Kuno / Harem
Popularitas:18.3k
Nilai: 5
Nama Author: MuTaz

Aku yang selama ini gila kerjaan, saat ini juga akan angkat kaki dari dunia kerja untuk menikmati kekayaanku. Aku sudah menyia-nyiakan masa mudaku dan kini usiaku bahkan sudah 45 tahun namun masih belum menikah juga karena terlalu sibuk mencari harta.

"Aku sungguh menyesal hidup hanya mendekam di ruang operasi!" Seketika mataku berkunang-kunang lalu..

'Klap'.

"Argh... uangku! Hidup mewahku! Dimana kalian semua."

Untuk kelanjutannya, yuk ikuti perjalanan ku di dunia lain untuk mendapatkan kembali harta, tahta dan lelaki tampan.

Lelaki tampan manakah yang akan ku pilih dan lelaki tampan mana yang kalian pilih?



Info ~

Karya yang saya buat ini hanya untuk hiburan semata dan berdasar pada karangan imajinasi penulis MuTaz. Saya membagikan hasil karya ini agar pembaca bisa menikmatinya.

Selamat membaca.. dan salam kenal..

Terimakasih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MuTaz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Solusi Sementara

Setelah kembali dari hutan, aku segera mengeluarkan semua keranjang yang terisi penuh dengan bahan pangan mulai dari sayur - sayuran, buah - buahan, ikan, jamur dan lainnya.

Bahkan aku pun membawa berbagai jenis tanaman obat. Tentu saja semua itu tidak gratis, akan tetapi aku akan menjualnya dengan harga yang tidak terlalu mahal agar semua orang bisa membelinya.

"Banyak sekali bahan pangan yang kamu bawa nak?" Ucap Paman Guan mendekat ke arahku sesaat setelah aku memanggilnya dengan lambaian tangan.

"Tentu saja Paman, ini pun pastinya masih jauh dari kata cukup untuk memenuhi kebutuhan beberapa hari ke depan." Ucapku.

Aku sangat suka dengan sayuran di dunia ini karena tidak tau kenapa sayuran di sini bisa bertahan dan tetap dalam kondisi segar setelah dipanen sampai dengan lima hari kedepan. Begitupun dengan tanaman lainnya walaupun tidak dimasukkan ke lemari pendingin pun akan tetap awet asalkan ditempatkan di tempat yang tidak terkena matahari langsung.

"Aku tidak menyangka jika semua bahan ini kamu dapatkan dari hutan, apa kamu akan menjualnya dengan harga tinggi nak?" Ucap Paman Guan tampak khawatir.

"Tidak, aku akan menjualnya dengan harga yang terjangkau Paman." Ucapku.

"Me-memangnya berapa nak?" Tanya Paman Guan ragu.

"Aku serahkan saja padamu Paman, terserah Paman mau menjualnya berapapun harganya." Ucapku.

"Tidak nak, ini semua milikmu. Apalagi bahan pangan saat ini lebih berharga dari apapun." Ucap Paman Guan menolak.

"Em.. aku terlalu malas berjualan Paman. Aku lebih suka langsung menerima uangnya saja." Ucapku.

"Hm.. ya sudah, karena kamu sudah percaya padaku akan aku urus sebaik mungkin. Aku tidak akan mengecewakanmu nak." Ucap Paman Guan bersungguh-sungguh.

Kami pun akhirnya memindahkan semua keranjang ke atas gerobak yang sudah disiapkan oleh Paman Guan.

Sembari menunggu Paman Guan dan Bibi Sarah berjualan, aku menuju ke tendaku untuk membuat makanan untuk makan siang para relawan yang sudah bekerja keras.

"Aku tidak akan membagikannya dengan para relawan dari kelompok dagang Rubela, bukankah mereka sudah memiliki banyak stok makanan." Gumamku.

"Jika mereka mau, ya mereka harus bayar. Mereka pasti punya uang yang banyak." Gumamku lagi.

Aku pun segera menyiapkan peralatan memasak.

"Nak.. Nak Rayna.. apa kamu di dalam?" Ucap seseorang dari luar tenda.

"Bibi Sarah?" Ucapku ketika melihat Bibi Sarah yang sedang berdiri di depan pintu tendaku sambil membawa gerobak berisi sekeranjang ikan dan jamur.

"Maaf nak, kami tidak bisa menjual ikan dan jamur ini." Ucap Bibi Sarah tampak merasa bersalah.

"Tidak apa - apa Bibi, memangnya kenapa ikan dan jamur ini tidak laku terjual?" Tanyaku penasaran.

"Semua orang takut memakan jamur karena sering terjadi keracunan sampai orangnya meninggal. Dan untuk ikan ini juga tidak ada seorang pun yang pernah membuatnya menjadi makanan karena rasanya sangat pahit dan tidak enak, baunya juga sangat menjijikan seperti bau binatang yang membusuk." Jelas Bibi Sarah.

"Oh.. jadi karena itu, ya sudah biar aku saja yang memasak bahan - bahan yang tersisa ini." Ucapku.

"Memasaknya?" Ucap Bibi Sarah tampak ragu.

"Iya, em.. apa Bibi Sarah mau membantuku?" Ucapku.

"Baiklah nak, mari biar aku bantu kamu." Ucap Bibi Sarah sambil membantuku memindahkan keranjang berisi ikan dan jamur ke dalam tenda.

Aku membuat pepes ikan bandeng, pepes jamur dan nasi liwet. Pertama - tama aku meminta Bibi Sarah untuk memasak nasi liwet sesuai resep yang telah aku berikan padanya. Sedangkan aku pergi ke sungai untuk membersihkan sisik, insang dan isi perut ikan.

Sepertinya orang - orang di sini hanya asal memasak ikan tanpa dibersihkannya terlebih dahulu. Dan mungkin saja juga ikan yang mereka olah juga sudah tidak segar lagi makannya berbau tidak sedap.

...----------------...

Beberapa saat kemudian akhirnya kami selesai membuat makanan, ternyata waktu yang dibutuhkan untuk memasak cukup lama karena jumlahnya juga sangat banyak.

"Em.. enak sekali ikan ini nak, tapi rasanya aku pernah memakannya." Ucap Bibi Sarah.

"Tentu saja, apa Bibi ingat makanan yang pernah kita makan bersama di penginapan tempat Bibi bekerja dulu?" Ucapku.

"Oh.. ya, saat itu..apa masakanmu juga terbuat dari ikan yang sama dengan pepes ini?" Ucap Bibi Sarah.

"Iya benar Bibi, bukankah waktu itu Bibi juga menyukainya?" Ucapku.

"Tentu nak, tapi aku tidak mengira kalau itu ikan karena rasanya sangat berbeda." Ucap Bibi Sarah.

"Ekhem.. bau apa ini? Kenapa enak sekali." Ucap Paman Guan memasuki tendaku karena tidak tahan dengan aroma masakan yang sampai tercium dari luar tenda.

"Ngapain kamu ke sini? Apa jualannya sudah selesai?" Tanya Bibi Sarah.

"Iz.. galak sekali kamu, tentu saja sudah terjual semuanya. Ini nak uang hasil penjualannya." Ucap Paman Guan menyerahkan kantung berisi uang padaku.

"Lap dulu air liurmu itu yang sudah keluar kemana - mana." Ucap Bibi Sarah.

Aku hanya menahan tawa melihat pertengkaran mereka sembari membuka kantung yang diberikan oleh Paman Guan. Di dalam kantung terdapat banyak sekali uang. Dari mulai uang tembaga, perak sampai uang emas.

"Kerja bagus Paman, ini upah hasil kerja keras Paman dan Bibi yang telah membantuku." Ucapku sambil memberikan uang pada Paman Guan dan Bibi Sarah.

"Hah, tidak usah nak. Kami hanya membantumu saja dan tidak bermaksud meminta bayaran." Ucap Paman Guan diikuti anggukan Bibi Sarah.

"Tidak apa - apa Paman, Bibi, tanpa kalian selama ini aku pasti akan kesulitan jika mengurus semuanya sendirian." Ucapku dengan tulus.

"Terimakasih banyak nak, selama ini juga kamu sudah sangat baik pada kami." Ucap Bibi Sarah sambil meneteskan air mata penuh bahagia.

"Sudah jangan menangis lagi Bibi, ayo lebih baik kita makan bersama sebelum membagikan makanan ini ke semua orang." Ucapku sambil memeluk Bibi Sarah.

...----------------...

Selesai membagikan makanan aku pun menyisakan makanan untuk aku bagikan ke kediaman Klan Asran.

Setelah menunjukkan plakat tanda pengenal yang pernah diberikan oleh Ketua Klan untukku, aku pun diperbolehkan memasuki pintu masuk Klan.

Saat sedang mencari keberadaan Ketua Klan kebetulan aku berpapasan dengan Bara.

"Rayna, kamu di sini?" Ucap Bara.

"Ya, kebetulan sekali. Apa kamu melihat di mana Ketua Klan berada?" Ucapku.

"Tentu, kemarikan keranjang yang kamu gendong itu." Ucap Bara mengambil alih keranjang yang aku bawa.

"Apa yang kamu bawa di keranjang ini?" Tanya Bara penasaran.

"Makanan untuk aku bagikan di kediaman ini." Ucapku.

"Untukku?" Ucap Bara sambil menatapku.

"Tentu saja untukmu juga, karena itu aku membawanya lebih banyak." Ucapku membuat Bara tampak senang.

Saat ini kami berdiri di depan sebuah pintu berukuran besar yang tertutup rapat. Ada dua orang penjaga yang berjaga di samping pintu iu. Aku menatap Bara sambil bertanya lewat isyarat mata.

"Masuklah." Ucap Bara sambil melangkah masuk setelah pintu perlahan dibuka oleh penjaga pintu.

Aku hanya mengikuti ucapan Bara dan melongok ke dalam untuk melihat apa yang ada di balik pintu besar itu.

"Hah!" Ucapku spontan karena ternyata di dalam sepertinya adalah ruang utama milik Klan. Banyak sekali orang di dalam seperti para pejabat Klan.

"Tunggu, kenapa kita masuk. Sepertinya mereka sedang rapat." Ucapku sambil menahan langkah Bara dengan menarik bajunya.

Aku sangat malu karena semua orang menatap ke arah kami.

Tiba - tiba Bara justru malah menarik lenganku dan terus melangkah masuk mendekati Ketua Klan yang sedang duduk di atas tempat duduknya yang berada di tengah ujung ruangan.

1
Dewi hartika
ini pembunuhan berantai,harus cepat selidiki juga,agar tertangkap pelaku.ok lanjut thor di tunggu kelanjutannya 💪💪
Dania
ku tunggu up nya tor
Dewi hartika
terus kembangkan inspirasimu thorr ceritanya selalu meningkat kosa katanya bagus ayu semangat up datenya.💪💪
Dania
misi
Dewi hartika
bagus gunakan kelebihan,agar berguna sekarang dan nanti,di tunggu kelanjutannya.
Aiden Pratama Tungga
bahasa nya gaul bet cok🤣
Dania
lanjut torr
Dewi hartika
saingan bara bertambah lagi nich lanjuttt,😁😁😁
Dania
lanjut min
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Sribundanya Gifran
lanjit
Pecinta Gratisan
mantap💞 jiwa
Pecinta Gratisan
mantap💞 thor cerita nya💞
Pecinta Gratisan
wait and see🤭
Suzana Diro
hmmm dah macam j********
malas nak cakap cerita bagus tapi tolong jangan banyak adegan 18sx
tolong yang athor
jadi nak baca tidak syok kalau banyak sangat 18sxnya
/Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/
Fransiska Husun
sudah punya kekuatan kok lemah sekali
Fransiska Husun
up up lagi
Fransiska Husun
up up lagi semangat thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!