Ini bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang pengkhianatan tak berujung, tentang pengorbanan dan harapan yang gagal untuk dikabulkan.
Angelika Sinnata. Cantik, anggun, berparas sempurna. Sayangnya, tidak dengan hatinya. Kehidupan mewah yang ia miliki membuat dirinya lupa tentang siapa dirinya. Memiliki suami tampan, kaya dan penuh cinta nyatanya tak cukup untuk membuat Angelika puas. Hingga ia memilih mengkhianati suaminya sendiri dengan segala cara.
Angelina Lineeta. Cantik dan mempesona dengan kesempurnaan hati, sayangnya kehidupan yang ia miliki tidaklah sesempurna Angelika.
Pertemuan kembali antara keduanya yang ternyata adalah saudara kembar yang terpisah justru membuat Angelina terjebak dalam lingkaran pernikahan Angelika.
Apa yang Angelika rencanakan? Dan mengapa?
Lalu, apa yang akan terjadi dengan nasib pernikahan Angelika bersama suaminya? Akankah tetap bertahan?
Ikuti kisah mereka...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Tamu Tak Diundang.
"Panggilan tidak dapat terhubung, silakan tinggalkan pesan setelah bunyi bip..."
Angelika mendengus kesal seraya menurunkan ponsel dari telinganya saat ia kembali mendapatkan jawaban dari operator. Berapa kali pun ia mencoba menghubungi Dean, jawaban yang ia dengar tetap sama.
"Apa yang sedang dia lakukan sebenarnya?" gerutu Angelika.
Angelika duduk di sofa hanya dengan mengenakan kemeja milik Dean, menyilangkan kakinya dan menyandarkan punggung ke sandaran sofa, mulai merasa bosan hanya berdiam diri di apartemen tanpa melakukan apapun, tetapi bukan Angelika namanya jika ia tidak bisa melakukan apapun yang ia inginkan. Menunggu bukanlah hal yang ia suka.
Satu tangannya mulai menggulir ponsel, memesan pakaian yang sesuai dengan seleranya melalui toko yang menyediakan jasa kirim dan menunggu. Tak lama, suara bel pintu apartemen terdengar, seorang kurir pria tersenyum ramah begitu Angelika membuka pintu, lalu pergi setelah menerima sejumlah uang.
Tak membuang waktu, Angelika segera mengganti pakaiannya, mencari alamat di mana perusahaan Dean berada dan beranjak keluar meninggalkan aparteman Dean dengan satu tujuan. Perusahaan Dean.
.
.
.
"Mi amor, aku kembali."
Satu kalimat yang baru saja Dean dengar membuat waktu seolah berhenti berjalan.
Suara itu...
Wajah Dean terangkat cepat, tubuhnya membeku, rahangnya mengeras bersamaan dengan kedua tanganya yang terkepal erat.
Natalia, wanita cantik nan seksi bersurai hitam yang pernah mengisi hati Dean di masa lalu. Wanita yang meninggalkan luka begitu dalam di hatinya, wanita yang mengkhianati dirinya demi pria lain dan nyaris ia lupakan kini berdiri di hadapannya.
Wanita itu melangkah mendekat, tersenyum memikat dengan tatapan mata yang mampu menggetarkan hati pria mana saja yang menatapnya.
"Mi amor..."
Natalia bergerak maju, mengulurkan tangan saat jarak di antara mereka hanya menyisakan setengah langkah, dan menyentuh wajah Dean.
Namun, sebelum tangan itu berhasil meyentuh pipi Dean, pria itu mendorong kursinya mundur, bangun dari duduknya dan menatap tajam pada Natalia.
"Ada urusan apa kau datang kemari?" tanya Dean dingin.
Natalia tercengang sesaat, netranya menatap lekat wajah kekasihnya, lalu tersenyum getir.
"Kenapa kamu bersikap sedingin itu padaku?" protes Natalia. "Bukan sambutan seperti ini yang aku harapkan darimu."
Dean mendengus, melipat kedua tangannya tanpa melepaskan pandangan dari Natalia.
Masih segar dalam ingatannya saat ia melihat Natalia yang saat itu masih berstatus sebagai kekasihnya. Wanita yang ia cinta sepenuh hati, yang sayangnya ia tidak mendapatkan balasan seperti yang hatinya harapkan.
Wanita itu mengkhianati cintanya dan pergi bersama pria lain dengan dalih pekerjaan sebagai seorang model. Saat itu ia hanya diam, menelan kepahitan itu seorang diri tanpa mengeluarkannya, menumpuknya menjadi satu di dalam hatinya dan memilih menutup diri sampai ia bertemu dengan Angelika. Dan sekarang, ia tidak akan bersikap seperti dulu, tak peduli apapun status yang Angelika.
Ia tahu dan ia sadar jika jalan yang ia ambil dengan menarik Angelika ke dalam hidupnya adalah salah mengingat Angelika berstatus seorang istri. Namun, pengakuan Angelika yang ragu apakah dia mencintai suaminya membuat ia menyingkirkan penghalang itu.
"Apakah kau mengharapkan aku memberimu sambutan manis?" Dean setengah mencibir. "Maaf saja, kau datang ke tempat yang salah."
"Dean..."
Suara Natalia terdengar begitu merdu, tetapi tak cukup untuk meluruhkan kebekuan yang kini tampak begitu jelas di wajah Dean.
"Aku datang untuk mengatakan maaf," ujarnya penuh sesal.
"Permintaan maafmu kuterima, tapi bukan kumaafkan. Ada urusan lain?" sambut Dean tanpa minat.
"Aku salah, aku akui itu," ucap Natalia dengan wajah sendu.
"Apakah kau baru saja dicampakan?" tembak Dean tanpa memikirkan bagaimana reaksi Natalia setelah mendengar pertanyaannya.
Kedua mana Natalia melebar sesaat, merasa tak percaya dengan pendengarannya mendengar pria yang di masa lalu senantiasa bertutur kata lembut, kini melontarkan pertanyaan yang terasa begitu pedas baginya meski itu adalah benar. Ia bersalah sudah meninggalkan pria yang mencintainya.
"Aku menyesal, Dean. Beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Aku masih mencintaimu."
"Cinta?" Dean tertawa dingin. "Cinta yang kamu bahas adalah cinta yang bisa kau nikmati di atas ranjang dan meninggalkannya setelah kau puas. Benar bukan?" sambungnya tajam.
Natalia memejamkan mata, tidak menemukan kata yang bisa ia gunakan sebagai sanggahan.
'Drrtt... Drrtt...
Suara getar ponsel itu menyela, menarik perhatian Dean untuk mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan melihat nama 'Angelika' tertera pada layar ponsel.
"Pergilah. Kembalilah pada pria yang kau cinta, aku tidak mencintaimu lagi," usir Dean.
Meski hanya sekilas, Natalia melihat wajah Dean melembut saat menatap layar ponsel. Pria itu kembali menatapnya, membiarkan ponselnya kembali berdering seolah menunggu dirinya keluar.
"Beri aku satu kesempatan saja, Mi amor..."
"Berhenti menggunakan panggilan itu," tukas Dean tidak suka. "Keluar dari kantorku atau aku akan menggunakan caraku untuk membantumu keluar." tekannya diakhiri ancaman.
Natalia mengamati pria itu, berulang kali pria itu menurunkan pandangannya untuk menatap ponsel, tetapi tidak segera menjawab panggilan yang masuk, apakah itu kekasih pria itu?
"Apakah karena wanita yang terus menghubungimu? Dia kekasih barumu?" tebak Natalia.
"Ya," jawab Dean singkat.
Jawaban yang berhasil membuat rasa nyeri menusuk hati Natalia. Apakah itu juga yang Dean rasakan saat ia memilih karirnya dan pergi meninggalkan pria itu.
"Sekarang, pergilah," usir Dean. "Atau kau membutuhkan bantuanku untuk pergi?"
Natalia menghembuskan napas panjang, mengangguk dengan senyum getir yang terlihat jelas di wajahnya.
"Baik, aku akan pergi," ucap Natalia.
Natalia menatap Dean selama beberapa saat sebelum berbalik menuju pintu, kembali menatap pria itu dan pergi meninggalkan ruangan.
Tepat setelah pintu ruangannya menutup sempurna, Dean menghubungi wanita yang baru saja menghubunginya.
Di saat yang sama, langkah Natalia yang baru saja keluar dari lift terhenti ketika netranya menangkap sosok wanita yang terasa familiar berpapasan dengannya, wajah yang sudah ia lihat di dua tempat berbeda dan ini kali ketiga ia melihat wajah wanita itu.
Pertanyaan tentang mengapa wanita itu berada di kantor Dean mau tak mau mengusik hatinya. Terutama saat melihat wanita itu masuk ke dalam lift yang hanya dikhususkan untuk ke ruangan Dean yang menjadi CEO.
Kedua matanya terpejam sejenak, menggali ingatan terakhir di mana ia melihat wanita bersurai coklat berpenampilan mempesona itu. Hingga, kedua matanya terbuka dan segera berbalik tepat saat pintu lift menutup bersamaan dengan ingatannya tentang seseorang.
"Penjaga pantai."
. . . .
. . . .
To be continued...