bagaimana jadinya jika seorang gadis desa yang sering dirundung oleh teman sekolahnya memilih untuk mengakhiri hidup? Namun, siapa sangka dari kejadian itu hidupnya berubah drastis hingga bisa membalaskan sakit hatinya kepada semua orang yang dulu melukainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mas Bri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Bab 14
Acara makan yang seharusnya hening, kini berubah riuh hanya karena perjodohan. Begitu selesai makan, keempat laki-laki itu pergi bersama ke kantor. Hanya Nyonya Maya dan pelayan saja yang berada di rumah.
Ayu bergegas membereskan sisa makanan yang ada di meja dibantu yang lain. Maya baru saja kembali dari teras depan setelah mengantar keempat laki-laki yang selalu membuat heboh rumah.
“Ayu,” panggilnya sembari berjalan mendekat.
“Iya, Nyonya.”
“Setelah ini ikut saya belanja, kamu siap-siap dulu,” ucap Maya lalu pergi meninggalkan gadis cantik itu sendiri.
“Baik Nyonya.” Ayu pun bergegas menyelesaikan pekerjaannya dan segera mengganti bajunya.
Sudah lama Maya tidak pergi belanja dengan pelayan cantiknya ini sejak dia ikut anak pertamanya. Mumpung ada kesempatan, Maya pun memanfaatkannya dengan baik. Sebelum nanti William pulang dan mengajaknya kembali ke rumahnya. Wanita paruh baya itu tahu betul bagaimana sifat anaknya, dia tidak akan memperbolehkan pelayan pribadinya pergi selain dengan dia.
Ayu terlihat cantik menggunakan rok selutut berwarna biru navy dengan kaos polos putih yang terlihat pas dengan warna roknya dan tas kecil berwarna coklat tua. Dia tampak semakin bersinar saat menggunakan warna putih dengan rambut panjang yang digerai. Tidak lupa dia juga menggunakan parfum andalannya aroma cherry yang membuat tuannya terus terbayang-bayang.
“Wah … cantiknya,” puji Nyonya Maya begitu Ayu berjalan menuju arahnya.
“Ayo cepetan, keburu William pulang dan kamu tidak diperbolehkan keluar,” ujar wanita paruh baya itu.
Dua wanita itu berjalan beriringan menuju mobil yang sudah terparkir rapi di teras depan. Pak Amir membuka pintu untuk majikannya dan Ayu duduk di samping kemudi. Tidak butuh waktu lama untuk mereka sampai di supermarket terbesar di kotanya.
Ayu mengambil troli dan mendorongnya tepat di belakang majikannya.
“Kalau ada yang kamu mau, ambil saja,” ucap Maya sambil berjalan menyusuri setiap rak makanan.
“Baik, Nyonya.”
Lama mereka berjalan dan tidak ada obrolan sama sekali. Mata Ayu terus menelisik setiap snack yang berjajar di sampingnya. Ada satu snack yang dia mau tetapi susah mengambilnya karena posisinya yang terlalu tinggi. Berkali-kali dia melompat masih belum bisa digapai.melihat sekeliling juga tidak ada petugas yang biasanya jaga.
“Eh…” celetuk gadis itu sambil sedikit merunduk. Saat akan mengambil snack yang dia inginkan, tiba-tiba ada seorang laki-laki tampan dan berpostur tinggi berdiri tepat di belakangnya. Dia lalu membantu gadis itu mengambilkan barang yang Ayu mau.
“Terima kasih,” ucap Ayu tersenyum ramah. Kedua manik mata itu saling menatap satu sama lain.
“Lain kali minta tolong, jangan ambil sendiri,” bisik laki-laki tampan yang membantunya.
“Iy-iya, terima kasih.” Ayu bergegas pergi meninggalkannya dan mencari majikannya.
Dirinya sudah melupakan kejadian itu tetapi tidak dengan laki-laki tampan dan tinggi yang terus teringat dengan aroma tubuhnya.
“Manis,” gumamnya tersenyum misterius.
Sudah hampir satu jam mereka keliling dan membawa banyak belanjaan hingga satu troli penuh, akhirnya Maya menyudahinya.
Ayu membatu Pak Amir memasukkan semua barang ke bagasi. Setelah semua beres mereka bergegas masuk mobil. Tetapi saat akan meninggalkan parkiran, ponsel Nyonya berdering panggilan masuk dari putra pertamanya.
Selesai dengan panggilannya, Nyonya Maya meminta Pak Amir menunggu sebentar William karena akan kemari menjemput pelayan pribadinya.
“Betulkan, Yu. Belum juga satu hari kamu di tinggal di sini denganku, anak itu sudah repot-repot menjemputmu untuk pulang,” keluh Maya dengan memasang wajah kesalnya.
Gadis cantik itu hanya tersenyum mendengar majikannya menggerutu.
“Memangnya kalau di sana apa yang dia lakukan? Betah sekali di rumah barunya.”
“Tidak banyak, Nyonya. Tuan lebih sering bekerja dan membaca di ruang pribadinya,” jelasnya.
“Kalau dia sudah punya istri nanti, pasti dia akan dikurung seharian di rumahnya. Tidak akan ada satu manusia yang boleh melihat istri tercintanya,” lanjut Maya. Gadis itu hanya bisa tersenyum mendengar ucapan majikan wanitanya. Padahal yang dia tahu William tidak seperti itu jika di rumah, mungkin.
Kurang lebih 10 menit, mobil sport itu tiba di parkiran samping mobil berwarna hitam milik mamanya. William bergegas menuju pintu di mana Ayu duduk.
“Dia tidak akan hilang jika pergi bersama mama, Will,” ucap Maya dari jendela mobil. Kepalanya dia keluarkan agar terdengar jelas di telinga sang anak.
Anak laki-laki itu hanya diam tidak ingin menjawab ucapan mamanya. Jika dia meladeni ucapan Nyonya Issac, bisa-bisa sepatu di kaki mamanya akan pindah di kepalanya.
Setelah gadis itu keluar, mobil Nyonya Maya pun melaju santai untuk kembali pulang. Ada rasa lega bisa pergi belanja bersama gadis cantik hari ini. Kalau pergi dengan suaminya, yang ada dirinya akan selalu bertengkar karena apa yang dia mau tidak sama dengan usulan suaminya.
Setelah mobil hitam itu menghilang dari pandangan, William membukakan pintu untuk pelayan cantiknya.
“Apa kamu lelah?” tanya laki-laki tampan itu.
“Tidak, Tuan.”
Saat Ayu akan memasuki mobil, ada sepasang mata yang sejak tadi memperhatikannya. Senyumnya terus mengembang membayangkan betapa kecantikan itu memikat hatinya. “Semoga bertemu kembali,” lirihnya sebelum akhirnya dia juga pergi.