NovelToon NovelToon
Istri Jenderal Yang Mencuri Hatinya

Istri Jenderal Yang Mencuri Hatinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Cewek Gendut / Era Kolonial
Popularitas:14k
Nilai: 5
Nama Author: ICHA Lauren

Aku membuka mata di sebuah ranjang berkelambu mewah, dikelilingi aroma parfum bunga yang asing.
Cermin di depanku memantulkan sosok wanita bertubuh besar, dengan tatapan garang dan senyum sinis—sosok yang di dunia ini dikenal sebagai Nyonya Jenderal, istri resmi lelaki berkuasa di tanah jajahan.

Sayangnya, dia juga adalah wanita yang paling dibenci semua orang. Suaminya tak pernah menatapnya dengan cinta. Anak kembarnya menghindar setiap kali dia mendekat. Para pelayan gemetar bila dipanggil.

Menurut cerita di novel yang pernah kubaca, hidup wanita ini berakhir tragis: ditinggalkan, dikhianati, dan mati sendirian.
Tapi aku… tidak akan membiarkan itu terjadi.

Aku akan mengubah tubuh gendut ini menjadi langsing dan memesona.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jebakan Berbalik Pujian

Usai memberikan sambutan yang memukau, Nateya kembali duduk dengan anggun. Gaun malamnya jatuh indah mengikuti gerakan tubuhnya.

Anelis yang duduk di samping langsung menyentuh tangan ibunya dengan penuh semangat. Dengan bahasa isyarat sederhana, ia menggerakkan jari-jarinya menandakan rasa bangga. Sementara, sinar mata Julian nampak berbinar.

Nateya tersenyum hangat, lalu menunduk sedikit untuk mengecup ubun-ubun putrinya. Hatinya menghangat, karena kedua anaknya kini memberikan dukungan penuh.

Namun, keheningan penuh kagum itu segera dipatahkan oleh suara Nyonya Cornelia yang tiba-tiba berdiri lagi. Meski matanya menyiratkan kekesalan yang tak bisa ditutupi, ia menampilkan wajah yang begitu manis.

“Ah… luar biasa sekali sambutan dari Seruni. Siapa sangka, putri pertama kami bisa begitu lancar berbahasa asing. Kami sangat bangga mendengarnya."

Kalimat itu terdengar seperti pujian, tetapi intonasinya penuh sindiran.

Cornelia lalu melanjutkan, “Dan, sebagai penutup makan malam keluarga ini, sudah sepantasnya kita melakukan toost, sebagai ucapan syukur atas kesembuhan Jenderal Adrian.” Ia menoleh pada putrinya. “Amara Sayang, giliranmu yang memimpin."

Amara segera berdiri dengan wajah penuh percaya diri. Ia meraih dua gelas dari meja. Satu gelas kristal tebal, dan satu lagi gelas kristal tipis bermotif ukiran khas Bohemia. Gelas itu adalah peninggalan lama keluarga sang ibu. Di dalamnya, sudah dituangkan anggur merah Vermouth yang tajam aromanya.

“Saya tidak ingin berdiri seorang diri di sini," ucap Amara dengan suara yang dibuat manis, “Saya ingin Kak Seruni ikut mendampingi saya."

Sontak mata semua tamu kembali tertuju pada Nateya. Elias spontan ingin mencegah, tetapi Nateya sudah berdiri anggun, seolah ia tak gentar. Ia berjalan perlahan ke tengah ruangan.

Tanpa menunda lagi, Amara menyerahkan gelas bohemian itu. Namun, begitu jari Nateya menyentuh bagian leher gelas itu, tiba-tiba terdengar suara retak halus.

Kraakkk!

Kristal tipis itu bergetar, lalu pecah seketika. Pecahan tajamnya menyambar ke bawah, tepat mengenai tangan Amara yang masih memegang bagian badan gelas satunya.

“Aaakhhh!!” Amara menjerit.

Darah segar langsung mengalir dari sela jemarinya, tertetes di lantai marmer yang berwarna putih.

Pecahan kristal berkilat, membiaskan cahaya lampu, sementara sisa anggur merah tercecer ke gaun sutra Amara, menciptakan noda mirip darah yang kontras.

Para tamu langsung terkejut. Beberapa wanita menjerit kecil, sementara mata Cornelia menyala penuh amarah.

Amara terisak, memeluk tangannya yang berdarah.

“K-Kakak… kenapa Kakak melukaiku?” suaranya bergetar, penuh drama. “Aku hanya ingin mengajak Kak Seruni berdiri bersamaku, tapi Kak Seruni ternyata sebenci itu padaku."

Ia menangis tersedu, membuat beberapa kerabat berbisik-bisik. Beberapa menatap Nateya dengan curiga, seolah membenarkan ucapan Amara.

Melihat situasi semakin keruh, Elias segera maju, ekspresinya kaku. Namun semua tatapan kini terarah pada Nateya, menunggu bagaimana ia akan merespons tuduhan terselubung itu.

Amara langsung pura-pura lemas. Dengan tubuh gemetar, ia meraih lengan Elias.

“Kak Elias, tolong aku… a-aku takut darah."

Air mata Amara mulai mengalir. Kepalanya bersandar pada bahu lebar Elias, seolah tubuhnya akan ambruk kapan saja.

Wajah dingin Elias berubah cemas. Ia tahu betul sejak kecil Amara memang fobia darah. Tanpa pikir panjang, ia meraih pinggang Amara dan menopangnya erat. Namun, sorot mata Elias menyapu cepat ke arah Seruni, penuh pertanyaan.

“Tenang, Amara, aku ada di sini.”

Suasana ruang makan mendadak kacau. Beberapa tamu wanita berbisik-bisik, sebagian pria menggeleng prihatin. Di tengah kegaduhan itu, Jenderal Adrian bangkit dari kursinya dengan wajah merah padam.

“Seruni, apa yang kau perbuat ini?! Bagaimana bisa kau melukai adikmu sendiri di acara resmi keluarga? Kau membuat aib di depan para tamu!" bentaknya dengan nada tinggi, hingga bergema di seluruh ruangan.

Ketegangan kian memuncak. Namun, Nateya tetap tenang.

Tanpa menghiraukan Elias dan Amara, ia segera berjalan mendekati ayahnya. Nateya menatap langsung ke wajah Jenderal Adrian, lalu menggandeng tangan pria itu dengan lembut.

“Papa, mohon jangan marah. Penyakit jantung Papa bisa kambuh kalau emosi. Biarkan aku menjelaskan sebentar saja.”

Jenderal Adrian terdiam, napasnya memburu, tetapi ia memilih duduk kembali. Semua tamu ikut menahan napas menunggu apa yang akan dikatakan Seruni.

Nateya lantas berbalik, mengangkat pecahan gelas yang masih berserakan di lantai dengan sapu tangan. Ia menunjukkannya pada para tamu.

“Lihatlah ini,” katanya lantang. “Kristal Bohemia ini sudah tua, tipis, dan rapuh. Gelas warisan memang indah, tapi tidak lagi layak dipakai untuk toost seperti ini. Retakannya sudah terlihat jelas di bagian bawah. Maka, bukan aku yang membuat gelas ini pecah, melainkan kelalaian seseorang dalam menyiapkan gelas yang sudah rapuh.”

Bisik-bisik langsung terdengar. Beberapa tamu mengangguk, bahkan ada yang berani berkomentar lirih, “Benar, saya tadi juga melihat goresan di gelas itu.”

Cornelia menggertakkan giginya. Wajahnya menegang, tetapi tak bisa menyangkal.

Dengan langkah mantap, Nateya beralih ke arah Amara yang masih terisak dalam pelukan Elias. Ia berjongkok perlahan, menyentuh lembut pergelangan tangan Amara.

“Amara, aku tahu kau takut darah. Tapi luka ini tidak parah. Jangan panik.”

Amara berusaha menarik tangannya, tapi Nateya tetap menahannya. Ia menoleh ke arah pelayan.

“Tolong ambilkan kotak obat yang kalian punya dan bawa kemari. Cepat.”

Pelayan segera berlari dan kembali dengan kotak kayu berisi peralatan medis sederhana. Semua tamu menatap penuh penasaran.

Elias membuka mulut, hendak mengatakan sesuatu, tetapi Nateya sudah membuka kotak itu dengan cekatan. Tangannya lincah seolah sudah terbiasa.

Ia membersihkan luka Amara dengan kain steril yang dibasahi alkohol, lalu menempelkan balutan tipis dengan teknik yang sangat rapi.

“Begitu darahnya berhenti, tidak akan terjadi infeksi,” ucap Nateya sambil menepuk lembut pergelangan tangan Amara. “Lukanya juga sudah aku bersihkan, kau tidak perlu takut lagi.”

Suasana berubah sunyi. Para tamu terpana. Mereka tak pernah melihat Seruni, yang dulu dikenal ceroboh dan pemarah, mampu bersikap setenang seorang dokter profesional.

Salah satu tamu bahkan berbisik kagum, “Dia punya keahlian medis rupanya."

Amara hanya bisa memelototi Nateya dengan mata berair. Terjepit oleh kenyataan bahwa “jebakan” yang dirancang ibunya malah membuat Seruni semakin banjir pujian.

Elias yang masih memegang bahu Amara menatap Seruni lekat-lekat. Sorot matanya sulit dibaca, antara tercengang, kagum, sekaligus ragu.

Tak ingin Elias berbalik memperhatikan Seruni, Amara kembali menyandarkan tubuh di dada Elias, seperti orang yang hampir pingsan.

"Kak Elias, kepalaku pusing sekali. Tolong bawa aku ke kamar," rengeknya, lirih.

1
Nurma Sari
thor tamabhin epesod donk.. aq ga puas baca satu epesed
Jjlynn Tudin
benci btul bgini ohh bnyk2 org knp mw minta tolg sama laki org puiii
Jjlynn Tudin
bukan Salah pelekor juga sih lelakinya yg Salah🤣
Nurma Sari
lanjut thorr aq suka sekali..
Erna Fkpg
lanjuuut thor
🌸 Maya Debar 🌸
Tak tunggu selalu upnya Thor 😍😍❤️🥰🤩🥰🥰🥰🤩🤩🤩🤩🤩🥰😍🥰
Nurhalimahbunga
Elias anj...
Nurhalimahbunga
jijik x lihat Amara dan Elias pasangan sampah cocok kalian ber 2
Maria Maria
ceraikan saja Elias buang ke tong sampah' suami bodoh begitu GK sesuai pangkat jenderal 🤮
Erna Fkpg
dasar suami bodoh malah membela orang lain dr pd istrinya mending buang aja kelaut
Nurhalimahbunga
ulat bulu kalah ini belum seberapa, masih banyak lagi kejutan dari nateya
Erna Fkpg
hahaha nateya dilawan mana bisa dokter dr masa depan
Erna Fkpg
kutunggu -tunggu akhirnya up juga terimakasih thor tetap semangat
Nurhalimahbunga
gak sabar nunggu kelanjutannya kak
Cty Badria
gue suka gaya lo
Erna Fkpg
dikit amat thor upnya yg banyak dong thor tetap semangat
Bunny🥨: “Ketika tubuh jadi taruhan untuk keadilan. Mampir juga yu di ceritaku berjudul "kesepakatan di Atas Ranjang.” ditunggu kehadirannya ❣️
total 1 replies
Arinta Maya Hardjito
Tak tunggu selalu up-nya Thor 🩷🩷🩷🩷❤️❤️😍😍😍❤️❤️❤️😍
Erna Fkpg
kutunggu upmu thor kalau bisa setiap hari dong thor soalnya ceritanya bagus GK sabar nunggu kelanjutannya ❤️❤️❤️
🌸 Maya Debar 🌸
Tak tunggu selalu upnya Thor 😍😍💋🥰🥰🤩🤩🥰😍😍❤️🥰🤩🥰😍🥰 semangat dan i love you 💋💋💋💋❤️❤️❤️❤️❤️❤️🤩🤩🤩😍🥰🥰
Erna Fkpg
kurang thor berasa sedikit bacanya klau bisa double upnya /Wilt//Wilt//Wilt/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!