Andre baru saja membeli rumah yang letaknya bisa di bilang antara kota dan juga kampung, dan di sinilah dia merasa nyaman dengan harga rumah yang tidak seberapa mahal.
sedikit terpencil namun di bagian depan begitu asri karena ada pohon rambutan yang menaungi rumah tersebut, tapi ketenangan menunggu rumah ini tidak bertahan lama karena sebulan setelah tinggal di sana. Andre kerap kali menemukan jejak kaki berlumpur.
semula di abaikan saja karena dia tidak berpikiran macam-macam, namun itu terus terjadi sehingga rasa curiga pun mulai muncul.
Ada apakah dengan rumah ini?
Apakah ada sesuatu sehingga rumah di jual dengan harga murah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. bau busuk mayat
Praaaaak.
Kepala Pak Min dihantam dengan pedang es miliknya Arya sehingga dia sudah tidak bisa lagi mau bergerak alias tumbang begitu saja, lagi pula ini bukan pedang es biasa kalau sudah merasakan sabetan nya maka sudah pasti akan tumbang, jangan pernah meremehkan kekuatan Pangeran ular yang sangat kejam apa bila sudah bertindak.
Arman menjerit keras karena dia membayangkan betapa sakit nya kepala Pak Min ketika sudah di hantam oleh pedang tersebut, kedua putra Pak Min segera berlari untuk menghampiri jasad Bapak mereka yang tergeletak ketika telah tumbang setelah kalah menghadapi Arya yang sangat kuat ini, Jeno pun hanya diam saja karena dia puas bisa mengalahkan orang yang banyak tingkah.
Semua warga menjadi lega karena jasa telah di temukan dan mereka berharap tidak akan ada lagi keanehan di rumah nya Pak Min, Bambang sebagai RT pun juga merasa bosan kalau hanya sibuk mengurus warganya yang satu ini dari hidup sampai sekarang sudah mati.
Seolah tidak ada warga lain yang mau di urus, tapi yang namanya kemalangan maka tidak ada yang tahu juga sehingga walau ada rasa kesal di dalam hati maka selaku RT dia pun tidak bisa menolak dan mau tidak mau mengurus juga sampai nanti semua sudah selesai dan di makamkan.
"Karena sudah di tangkap seperti ini maka sebaiknya segera di kubur saja tidak perlu menunggu apa pun lagi." Bambang berkata tegas.
"Apa akan terkejar waktu nya, Pak? ini sudah jam sembilan malam dan kita masih harus memandikan mayat beliau!" ujar Hasan.
"Lebih cepat maka akan lebih baik karena saya tidak mau ada kejadian seperti ini lagi." tegas Bambang tidak ingin di bantah.
"Benar apa yang di katakan oleh Pak RT, mari kita kuburkan malam ini saja tidak perlu sampai menunggu besok siang." Zidan juga setuju dengan ucapan Pak RT.
"Nah sebaiknya memang bagus kalau dikubur sekarang dari pada besok, kita tidak tahu apa yang akan terjadi lagi kalau malam ini tidak langsung di kubur." Pak RT sangat senang karena Zidan telah setuju.
"Memang harus di kubur malam ini." Arya pun membuka suara.
Kalau sudah Arya yang buka suara maka tidak ada lagi yang berani membantah karena kalau sampai membantah dan terjadi masalah maka mereka tidak akan bisa meminta bantuan dari nya lagi, lebih baik menurut saja apa yang dia katakan dan malam ini mereka hanya tinggal memandikan jenazah lalu pergi salat dan terakhir menguburkan mayat Pak Min.
"Bagi yang mau membantu saja, kalau ada sebagian yang sudah merasa lelah maka silahkan pulang!" Arya berkata santai karena dia tidak ingin menahan orang yang ingin pulang.
"Ayo angkat sekarang jenazah nya!" Zidan berkata pada Arman dan Andre.
"La Ilaha illallah, La Ilaha illallah."
Semua yang ada di sana segera menyebut nama Allah sambil mengangkat mayat yang telah terbujur kaku dengan mata terbuka lebar, bukan hanya matanya saja yang terbuka melainkan juga bagian mulut seolah lidah itu di tarik keluar. padahal tadi mereka juga melihat bahwa Arya sama sekali tidak ada menarik lidah nya, Arman yang paling sadar kalau ini memang keadaan jenazah sama seperti sebelum dia tinggalkan tadi pagi saat mau menemui warga.
"Kok keadaan wajah Bapak seperti ini, Bang?" Andre bertanya pelan.
"Memang seperti ini lah wajah nya sama seperti ketika tadi pagi ku tinggalkan!" jawab Arman dengan nada yang begitu lemas.
"Ya Allah!" Andre rasa nya begitu pilu menerima kenyataan ini.
"Sudah menjadi resiko kita semua bahwa menduakan Tuhan adalah perbuatan yang sangat keji, bila waktu nya tiba maka kita akan mendapat balasan seperti ini." ucap Arman.
"Sudah jangan membicarakan nya di depan jenazah." Zidan menghentikan obrolan mereka.
"Apa mata Bapak dan mulut nya ini tidak bisa di tutup ya, pak ustad?" Andre menatap Zidan dengan mata yang begitu sedih.
Zidan hanya bisa menggeleng pelan karena ini memang tidak bisa untuk di tutup lagi, entah apa yang sebenarnya telah terjadi karena sekarang tubuh Pak Min memang telah kaku seperti mayat yang sudah lama sehingga tidak bisa untuk di gerakkan atau di atur. bau pun mulai menyeruak dari tubuh Pak Min, bahkan lebih parah ketika dia masih hidup kemarin.
"Mayat nya sudah muncul aroma busuk." bisik Hasan pada Tamrin.
"Hust, jangan bicara seperti itu di depan anak nya!" Tamrin merasa sungkan.
"Ya Allah, maafkan atas ketidak nyamanan Bapak Bapak semua." Arman sampai meminta maaf pada semua orang yang sedang membantu mengangkat mayat Pak Min.
Sebab aromanya memang luar biasa sehingga kalau yang tidak tahan maka akan muntah di tempat, Arman sebagai anak dia pun paham kalau orang ini hanya akan bertahan beberapa menit saja ketika sedang menggotong mayat Pak Min. dia tidak mempermasalahkan hal itu justru Arman sangat berterima kasih karena orang masih mau membantu mereka, hanya anak-anak Pak Min yang harus sadar kalau orang tua mereka memang tidak bisa di toleransi.
"Aku tidak sanggup lagi, tolong gantikan aku!" Udin menatap Arka.
"Ya sudah, aku akan menggantikan mu!" Arka cepat bergantian dengan Udin untuk memikul jasad orang tua ini.
"Huuueek!" Udin malah muntah di sana walau tadi dia sudah sekuat tenaga untuk menahan rasa mual.
"Ya Allah, Din! kok malah muntah di sini pula, tidak enak sama Mas Arman." Digo menarik Udin menjauh.
"Aku sudah berusaha menahan dan ini aku berusaha untuk lari agar sedikit jauh." Udin memang serba salah ketika menahan mual tadi.
Bau yang sangat busuk begitu menyeruak keluar sehingga membuat hidung siapa pun tidak akan sanggup untuk mencium nya, Udin pun sebenarnya tidak berniat untuk muntah di depan keluarga karena dia tahu bagaimana rasanya ketika ada salah satu keluarga kita yang meninggal dan melayat sampai tidak tahan begini.
"Ya Allah maafkanlah aku, bukan niatku untuk menghina mereka!" Udin membatin di dalam hati.
"Sudah tidak apa-apa, cepat lah kita harus mengangkat lagi nanti kalau ada yang tidak tahan." Digo bergegas untuk mendekati yang lain.
"Gantikan aku!" Joko pun sudah berteriak karena dia memang tidak sanggup lagi.
Dua anak Pak Min hanya bisa menahan rasa perih di dalam hati karena dia tahu para warga sungguh tidak kuat mencium bau yang sangat busuk ini, sesungguhnya mereka pun tidak sanggup menahan bau dari tubuh orang tua mereka. namun mau bagaimana karena mereka lah anak-anak Pak Min sehingga harus tetap memikul, dalam hati hanya berharap nanti setelah mandi maka tubuh Pak Min tidak akan bau lagi.
Selamat siang besti.
makin seruuu jalan ceritanya , ga sabar thor, penasaran banget/Bye-Bye/
allahumma sholiallah Sayyidinna Muhammed