Di dunia Bintang Biru, setiap manusia akan melalui ritual kebangkitan bakat. Mulai dari peringkat terendah Rank F hingga yang tertinggi Rank SSS, bakat inilah yang menentukan jalan hidup seseorang—apakah menjadi manusia biasa atau pahlawan yang mampu mengguncang alam semesta. Sejak lahir, Ye Chen dianggap tak memiliki masa depan. Bakatnya hanyalah elemen kayu dan aura rubah biasa. Namun, tak seorang pun tahu bahwa rubah di dalam dirinya adalah Rubah Ekor Sepuluh, eksistensi mitos yang melampaui seluruh makhluk sihir. Saat upacara kebangkitan dimulai, seluruh langit bergetar. Ye Chen justru memecahkan batas manusia dan memperoleh bakat misterius: Saitama—Fisik Tak Terbatas, kekuatan tubuh yang berkembang tanpa ujung hingga melampaui segala logika. Namun perjalanan Ye Chen tak sendiri. Kekasih masa kecilnya, seorang gadis berbakat yang selalu berada di sisinya, membangkitkan garis keturunan kuno Uchiha sejak kecil, lengkap dengan mata yang menyala bak api takdir. Tidak hanya itu, dia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daud Nikolas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 15
Ledakan besar terjadi, abu menyebar ke segala arah, dan tanah di sekitar membentuk lubang sedalam lima meter. Di dasar lubang itu, Xiao Lin dan Yu Zhong terkapar lemah, tubuh mereka penuh luka dan debu. Dengan susah payah, mereka mengangkat kepala, menatap sosok goblin besar yang masih berdiri di depan mereka.
Mereka tahu, mungkin ini akhir. Namun, di balik ketakutan itu, terselip keteguhan. Setidaknya kami melakukan sesuatu yang berarti sebelum mati, pikir Xiao Lin dalam hati.
Goblin besar itu tertawa kasar, suaranya bergema di seluruh hutan.
“Hehehe... manusia lemah berani membuat masalah di hutan Angin Gelap milikku? Mati kau!”
Ia mengangkat tinjunya yang diselimuti api, siap menghantam mereka berdua.
Namun sebelum tinju itu turun, suara keras menggema dari kejauhan.
“Rasenshuriken!”
Sebuah bola spiral raksasa berbentuk shuriken muncul dari arah langit, berputar dengan kecepatan tinggi disertai hembusan angin tajam. Dalam sekejap, serangan itu menghantam tubuh goblin dengan keras.
Ughh!
Monster itu terseret sejauh lima puluh meter, lalu ledakan besar terjadi.
BOOMMM!
Gelombang kejut menyapu seluruh area, membentuk pusaran angin raksasa selebar seratus meter. Debu dan api berputar di tengah-tengahnya, menciptakan pemandangan seperti setengah bola badai di atas tanah.
Xiao Lin dan Yu Zhong tertegun, mata mereka membulat melihat kekuatan sebesar itu.
Dari balik asap ledakan, muncul sosok pria berjubah kuning keemasan. Cahaya panas berkilau di sekeliling tubuhnya, membuat udara bergetar. Itulah Ye Chen, dengan mode Kurama aktif. Matanya tajam, auranya menyala seperti api matahari.
Ia menatap dua pemuda di tanah yang penuh luka itu, lalu perlahan mengangkat tangannya. Dari balik jubahnya, muncul tangan-tangan energi berwarna kuning keemasan yang menjulur panjang, lalu membungkus tubuh Xiao Lin dan Yu Zhong.
Energi itu hangat, lembut, namun penuh kekuatan. Luka-luka di tubuh mereka mulai menutup, tulang yang patah perlahan tersambung kembali.
Xiao Lin terkejut. “I-ini... apa yang terjadi?”
Yu Zhong menatap tubuhnya yang mulai sembuh, wajahnya masih diliputi rasa tak percaya. Dalam beberapa menit saja, mereka sudah pulih total.
Ye Chen menatap mereka dan tersenyum ringan. “Apakah kalian sudah baikan?” tanyanya tenang.
Pertanyaan itu membuat Xiao Lin dan Yu Zhong terpana. Mereka menatap wajah Ye Chen yang bercahaya di bawah sinar api kuningnya — tampan, gagah, dan memancarkan aura kuat.
Mereka saling pandang sebentar, lalu bingung sendiri. Kenapa kami malah terpana pada seorang pria? pikir mereka bersamaan.
Ye Chen hanya tersenyum samar, sementara tangan-tangan energi itu perlahan memudar dan kembali masuk ke balik jubahnya. Angin berhembus pelan, membawa aroma debu dan panas yang tersisa dari ledakan tadi.
“Ehh… terima kasih atas bantuanmu, saudara,” ucap Xiao Lin sambil menangkupkan kedua tangannya dengan hormat.
Yu Zhong ikut menunduk sopan. “Benar, kalau bukan karena kau, kami pasti sudah mati di sana.”
Ye Chen menatap mereka berdua, suaranya tenang namun terdengar heran. “Kenapa kalian ada di tempat seperti ini?”
Mendengar pertanyaan itu, Xiao Lin dan Yu Zhong saling pandang, lalu wajah mereka memerah malu. Dengan sedikit ragu, mereka mulai menceritakan semuanya — bagaimana mereka datang bersama teman-teman mereka, bagaimana Lou Yu melarikan diri, dan bagaimana mereka nyaris tewas melawan goblin level A.
Ye Chen mendengarkan tanpa memotong. Setelah cerita selesai, ia terdiam beberapa detik. Tatapannya tajam, nada suaranya pelan tapi tegas.
“Lou Yu itu benar-benar pecundang,” katanya datar. “Meninggalkan rekan di medan berbahaya seperti ini… bukan seorang pria sejati.”
Belum sempat mereka menanggapi, BOOOMMM!
Suara dentuman luar biasa keras terdengar. Tanah dalam radius 1000 meter berguncang hebat, pepohonan bergetar, bahkan sungai di kejauhan ikut berombak. Udara di sekitar mereka bergetar, dan suara hewan-hewan liar menghilang dalam sekejap.
Ye Chen, Xiao Lin, dan Yu Zhong segera menahan diri agar tidak jatuh. Debu beterbangan, dan kilatan cahaya merah menyala jauh di kejauhan.
“Apa… apa yang terjadi di sana?” seru Xiao Lin dengan wajah pucat.
Yu Zhong menatap ke arah ledakan itu, suaranya bergetar. “Itu… kekuatan seperti apa sampai bisa mengguncang area sejauh ini?”
Namun Ye Chen hanya tersenyum tipis, tanpa sedikit pun tanda panik. “Heh… sungguh, Lan Shuang itu tak pernah bisa menahan diri.”
Kedua pemuda itu menatapnya heran. “Saudara perempuanmu?” tanya mereka hampir bersamaan, nada suara mereka campuran antara takut dan tidak percaya.
Ye Chen mengangguk santai. “Ya. Kalau begitu… kalian mau melihat sendiri?”
Xiao Lin dan Yu Zhong saling berpandangan. Wajah mereka sempat ragu, tapi rasa penasaran mengalahkan semuanya. Mereka mengangguk kuat, mata mereka berbinar walau ada ketakutan di dalamnya.
“Baiklah,” kata Ye Chen sambil menatap ke arah asap tebal di kejauhan. “Kita lihat sendiri… seberapa jauh adikku membuat keributan kali ini.”
Ye Chen mengedarkan tangan kanannya, memunculkan energi kuning keemasan yang menyelimuti Xiao Lin dan Yu Zhong. Dalam sekejap, tubuh mereka terangkat dari tanah, melayang bersama Ye Chen yang terbang dengan tenang di udara.
“I–ini? Bisa terbang?” seru Yu Zhong kaget.
Xiao Lin menatap Ye Chen dengan mata melebar. “Itu berarti... kekuatanmu sudah mencapai alam ruang hampa?”
Ye Chen hanya tersenyum samar tanpa menjawab, lalu melesat cepat menembus angin. Tubuh mereka bertiga melaju bagaikan cahaya, meninggalkan jejak energi di belakang.
Beberapa menit kemudian, mereka tiba di lokasi ledakan. Pemandangan di depan mereka membuat kedua remaja itu terdiam membeku.
Sebuah lubang raksasa terbentang di bawah sana—dalamnya sekitar 20 meter dan lebarnya lebih dari 50 meter. Tanah di sekelilingnya hancur lebur, pohon-pohon tumbang, dan udara masih bergetar akibat sisa energi petir.
Di tengah kawah besar itu berdiri Susanoo ungu raksasa setinggi seratus meter. Tubuhnya kokoh, memegang busur raksasa dengan mata menyala garang, bentuknya masih tahap 3 sempurna meski tidak memakai perfect Susanoo.
Di atas dahinya, berdiri seorang gadis berambut panjang, wajahnya cantik dan tenang—Lan Shuang. Tatapannya dingin, kakinya menginjak tubuh monster raksasa setinggi sepuluh meter yang kini sudah remuk tak berbentuk, darahnya mengalir ke tanah seperti sungai merah.
Xiao Lin dan Yu Zhong menelan ludah, tubuh mereka bergetar menatap pemandangan itu.
“S–saudara Chen... i–ini kah adikmu?” ujar Xiao Lin terbata, matanya masih tak lepas dari sosok gadis itu.
Ye Chen menatap Lan Shuang dan mengangguk ringan. “Ya, dia Lan Shuang.”
“Gila…” gumam Yu Zhong pelan. “Jendral monster itu bahkan tak sempat melawan… hanya diinjak begitu saja.”
Lan Shuang berdiri di atas Susanoo-nya tanpa ekspresi, tatapannya datar seperti es. Ye Chen mendekat perlahan lalu bertanya dengan nada heran,
“Shuang, apa yang terjadi? Kenapa serangannya sampai mengguncang satu gunung?”
Lan Shuang menatapnya, suaranya tenang namun tegas.
“Tidak apa-apa, Kak. Barusan ada jendral monster yang datang. Dia bilang diperintah membunuh orang yang telah membantai monster di pinggiran pegunungan. Mungkin maksudnya… kita.”
Ye Chen tersenyum tipis. “Begitu ya… jadi mereka mulai bereaksi.”
Lan Shuang hanya mengangguk pelan, masih berdiri tegak di atas kepala Susanoo dengan aura petir biru yang bergetar di sekeliling tubuhnya.