Lily, seorang mahasiswi berusia dua puluh tahun, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis hanya karena satu malam yang penuh jebakan. Ia dijebak oleh temannya sendiri hingga membuatnya terpaksa menikah dengan David Angkasa Bagaskara- seorang CEO muda, tampan, namun terkenal dingin dan arogan.
Bagi David, pernikahan itu hanyalah bentuk tanggung jawab dan penebusan atas nama keluarga. Bagi Lily, pernikahan itu adalah mimpi buruk yang tak pernah ia minta. Setiap hari, ia harus berhadapan dengan pria yang menatapnya seolah dirinya adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya.
Namun, seiring berjalannya waktu, di balik sikap angkuh dan tatapan tajam David, Lily mulai menemukan sisi lain dari pria itu.
Apakah Lily mampu bertahan dalam rumah tangga tanpa cinta itu?
Ataukah perasaan mereka justru akan tumbuh seiring kebersamaan atau justru kandas karena ego masing-masing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diandra_Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Putus!
Semua wartawan tengah berkumpul saat konferensi pers berlangsung.
Tak ingin menunda waktu, Tuan Handoko mengundang para wartawan untuk datang ke perusahaan miliknya. Dalam kesempatan kali ini, ia akan tunjuk gigi untuk memberikan klarifikasi tentang skandal yang menimpa putra sulungnya itu.
Tak luput dari pantauan media, Lily yang digandeng oleh David pun terus menjadi sorotan. Wanita itu menggunakan masker dan kacamata hitam, ia tak berani menunjukkan wajahnya secara langsung. Terlebih hal itu memang perintah dari David agar wartawan tidak mencurigai sandiwara ini lewat mimik wajah Lily.
"Jadi benar bahwa anda telah menikah siri dengannya?"
"Apa alasan anda menikah siri?"
"Apakah kalian berselingkuh? Jadi anda menduakan Veronica?"
"Mengapa anda tega pada Veronica? Apakah hubungan kalian memang sudah renggang?"
"Lalu apa rencana anda selanjutnya? Dan bagaimana kelanjutan hubungan anda dengan Veronica?"
Pertanyaan-pertanyaan menohok terus dilontarkan para wartawan. Kilatan dari cahaya kamera juga mengiringi jumpa pers ini.
"Baik, saya akan jelaskan semuanya. Harap tenang." David mencoba menenangkan para wartawan yang nampak geram. Pasalnya mereka yakin jika David berselingkuh dan menduakan artis papan atas itu. Mereka tidak menyangka jika pengusaha muda yang digadang-gadang akan menikah tahun depan dengan Veronica itu ternyata sudah menikah siri dengan wanita lain.
Foto pernikahan semalam menjadi bukti. Tentu foto-foto itu sudah tersebar luas dengan cepat. Unggahan seseorang yang merupakan orang suruhan Handoko mengatakan bahwa pernikahan David dan Lily dilangsungkan minggu kemarin secara tertutup.
"Saya memang menikah siri dengan istri saya. Perkenalkan namanya Lily Jelita Wijaya, kami menikah siri karena memang ingin menyembunyikan dari publik. Istri saya masih kuliah, saya tidak ingin mengganggu aktivitas belajarnya jika pernikahan ini tersebar."
David melirik ke arah Lily. Ia menautkan jemarinya lalu ia pamerkan pada wartawan semua. Nampak cincin di jari manis keduanya sebagai tanda pengikat hubungan resmi itu.
"Tapi nasi sudah menjadi bubur. Karena sudah ketahuan, jadi mau tak mau kami harus umumkan. Rencananya kami akan segera melangsungkan resepsi bulan depan. Kalian tunggu saja undangannya," ujar David dengan santai.
"Lalu bagaimana dengan Veronica? Apa kalian masih berhubungan?" tanya salah satu wartawan yang tak sabar mendapatkan gosip tentang artis cantik itu.
"Aku dan Veronica..." David menggantung Kalimantnya. Ia ragu, lidahnya terasa kelu dan tenggorokannya tercekat. Ia yakin jika saat ini, Veronica juga sedang melihatnya.
"Bagaimana David? Apa kalian masih bersama atau sudah...."
"Kami sudah putus. Baik, saya rasa wawancara kali ini selesai. Terima kasih semuanya."
David segera menarik tangan Lily untuk menjauh dari para wartawan yang haus akan berita itu. Para wartawan itu sepertinya belum puas. Mereka masih mengrjar bahkan setelah David dan Lily masuk ke dalam mobil.
"Cepat jalan!" titah David pada supir pribadinya.
"Baik, Tuan."
Mobil pun melesat meninggalkan kerumunan wartawan itu. Lily terus diam, sementara David terlihat sangat kesal. Ia meninju telapak tangan kiri dengan kepalan tangan kanannya.
"Arrggghhh... Para wartawan sialan! Menyusahkan sekali!!!" Pekiknya.
Lily tak berani bersuara. Ia takut jika pria disampingnya itu malah akan melampiaskan kemarahannya padanya.
"Veronica pasti marah besar," ungkapnya berbicara sendiri dengan nada frustasi.
Pria itu meraih ponsel di balik jas miliknya. Ia menghubungi seseorang.
"Reymond!!! Siapkan mobil. Temui aku di pertigaan jalan!" titah David pada asisten pribadinya.
"Pak Seno, berhenti disana. Saya akan turun!" titah David pada supir.
"Mas mau kemana?" Lily refleks bertanya seperti itu.
David meliriknya dengan tajam. Tentu saja ia tak senang jika wanita itu bertanya-tanya atau ikut campur urusannya.
"Bukan urusanmu!" tegas David yang lagi-lagi membuat Lily bungkam.
Bibir wanita itu langsung mengerucut sebal. Untung saja ia menggunakan masker, jika tidak pasti David akan lebih geram melihat ekspresi kesal dari wajah gadis itu.
"Nanya begitu doang jawabnya ketus, Dasar pria kejam," ucap Lily pelan. Samar terdengar oleh David.
"Apa kau bilang tadi?" tanyanya dengan tatapan membunuh.
"Eh, eng–enggak kok. Aku gak bilang apa-apa," sahut Lily panik. Ia merutuk , bisa-bisanya mengumpat saat ada orangnya.
David yang suasana hatinya sedang tidak baik dan kesal itu ingin memberi pelajaran pada Lily. Namun sebuah mobil sedan sudah menepi tepat di depan mobilnya berhenti saat ini.
"Awas kau. Urusan kita belum selesai!" ancamnya seraya membuka pintu mobil lalu menutupnya kembali dengan kencang.
BRUUUGGK.
Lily terlonjak kaget. Begitupun dengan Pak Seno, supir keluarga Bagaskara.
"Yang sabar ya, Non Lily. Tuan muda memang seperti itu. Dia hanya sedang kesal karena banyak masalah, aslinya dia baik kok," ujar Pak Seno.
"Iya, Pak," jawab Lily tak ingin membahas lebih banyak tentang CEO kejam itu.
'Baik apanya. Iblis itu sangat kejam. Mit amit deh kalau terus menerus hidup dengannya. Semoga saja dia cepat balik lagi sama pacarnya biar aku bisa cepat terbebas juga,' gumam Lily yang malah mendoakan agar hubungan David dan Veronica bisa kembali seperti dulu. Seperti yang selalu diberitakan bahwa artis cantik itu memiliki hubungan romantis dan harmonis dengan pria yang kini telah menjadi suaminya.
Sementara itu, di dalam Mercedes Benz milik David yang dikemudikan oleh Reymond, pria itu terlihat sangat gelisah. Ia terus melihat ke arah ponselnya. Pesan maupun panggilan tak satu pun dibalas oleh wanita terkasihnya.
"Mau kemana kita, Dav?" tanya Reymond. Mereka memang atasan dan bawahan, namun jika sedang berdua, mereka tidak pernah bicara formal. Meski bagaimana pun, Raymond adalah sepupunya. David sebenarnya tidak tega, mengingat Reymond bekerja dibawah tekanan Tuan Handoko.
David juga berjanji pada dirinya sendiri, suatu saat ia akan membebaskan orang tua Reymond yang saat ini diasingkan oleh ayahnya sendiri.
"Ke villa mawar. Aku yakin jika Veronica ada disana!" titah David yang dibalas anggukan mantap oleh Reymond.
Sebelumnya David sudah memerintahkan anak buahnya untuk mengintai Veronica di apartemen juga di rumahnya yang ada di komplek perumahan elite. Namun nihil, kedua tempat itu sepertinya kosong.
David yakin saat ini Veronica ada di vila pribadinya. Vila mawar yang terletak di puncak, Bogor. Vila itu merupakan Vila sederhana yang letaknya ada di dataran tinggi dengan pemandangan hamparan kebun teh dan pohon Cemara yang menyejukkan mata.
Tidak ada yang tahu jika Vila tersebut merupakan Vila milik artis papan atas. Veronica sengaja menyembunyikannya agar vila ini menjadi tempat untuknya menenangkan diri dari kemelut pekerjaan yang melelahkan.
Butuh waktu hampir tiga jam karena jalanan yang macet untuk sampai kesana. David segera turun dari mobil mewah miliknya.
Pria itu langsung dihadang dua pria bertubuh besar yang berjaga di gerbang yang terbuat dari kayu jati itu. Penjagaan ketat semakin membuat David yakin jika Veronica ada di dalam.
"Mana Veronica? Aku mau bertemu dengannya!" tegas David dengan ekspresi tak bersahabat. Ia tak suka dengan tatapan dua pria berwajah sangar khas preman itu.
"Nona Veronica tidak ada. Sebaiknya anda kembali dan jangan pernah kemari lagi!" sentak salah satu dari pria itu.
"Berani kau mengancamku, Haah? Aku tahu Veronica ada di dalam. Aku mau ketemu dengannya. Awas kalian!!!"
David dengan emosi langsung mendorong dua pria berbadan tinggi besar itu. Namun tenaganya tak sepadan dengan pria yang sudah terlatih menjadi seorang bodyguard tersebut.
"Jangan macam-macam, Tuan. Pergilah sebelum anda babak belur," ujar salah satu pria itu sambil tertawa meremehkan.
"BRENGSEK, KALIAN!!!"
Tanpa aba-aba, David segera melayangkan bogem mentahnya. Namun dengan cepat, salah satu dari pria itu dapat menangkap kepalan tangan David yang menurutnya tidak ada apa-apanya itu. Bodyguard itu segera memelintir tangan David lalu rekannya tanpa ampun segera memberikan pukulan bertubi-tubi.
BUGH.
BUGH.
BUGH.
"Arrggghhh!!!" David meringis dan mencoba untuk melawan. Namun tangannya dikunci ke belakang oleh salah satu pengawal itu. Yang satunya masih terus menghajar muka dan perutnya tanpa ampun.
Reymond terlihat panik. Ia hendak menolong David, namun dengan satu tendangan dari penjaga itu, Reymond terpental dan tersungkur di jalanan berbatu kerikil yang ada di depan Vila tersebut.
"Sudah kami bilang. Kalian bukan tandingan kami. Hahahaha ..." Suara dua pengawal itu terdengar membahana. Mereka langsung melemparkan tubuh David hingga ambruk di samping Reymond.
Darah segar mengalir dari sudut bibir David. Kepalanya berdenyut hebat, ia juga merasa bagian pinggang dan perutnya sangat sakit. Ia akui, para pengawal bayaran Veronica memang hebat. Mereka sudah terlatih dan dibayar mahal oleh artis papan atas itu untuk melindunginya kemanapun dia berada.
Reymond mencoba untuk membantu David bangkit. Ia mengajak bos nya itu untuk masuk. Sudah pasti dirinya akan kena marah besar Tuan Handoko jika tahu bahwa anak sulungnya itu babak belur seperti ini.
"Sebaiknya kita pulang, Dav. Mereka sangat kuat," ucap Reymond seraya membantu David untuk berdiri.
Sambil meringis menahan rasa sakit, David pun bangkit meski terhuyung-huyung. Ia mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah segar menggunakan ibu jarinya.
Pria itu hendak masuk ke dalam mobil, namun tiba-tiba pintu gerbang Vila tersebut terbuka.
Seseorang menatapnya dengan datar. Wanita seksi itu berdiri di ambang pintu gerbang, ada rasa rindu dan benci yang bercampur menjadi satu.
"Veronica..." David tersenyum melihat wanita yang begitu ia cintai itu. Ia berpikir pasti Veronica akan iba dan mau memaafkannya. Apalagi melihat penampilan David yang menyedihkan akibat serangan dari pegawal pribadi artis cantik itu.
"Mau ngapain kamu kesini?" tanyanya ketus.
David berjalan meski sempoyongan. Ia hendak meraih tangan sang kekasih. Namun Veronica segera menepis tangan pria itu.
"Jangan sentuh aku. Pergilah! Jangan cari aku lagi. Kita sudah putus!" Seru wanita itu dengan santai namun begitu menusuk sanubari.
"A–apa? Putus? Gak, Sayang. Kita gak putus. Kita baik-baik saja. Kamu hanya salah paham,," ucap David mencoba membela diri.
"Kita sudah putus, Dav. Kau sendiri yang mengatakannya pada para wartawan. Sebaiknya kau pergi dari hadapanku. Dan Ingat, pertunangan kita batal!" tegas wanita itu seraya melemparkan sebuah cincin ke arah David lalu dengan segera masuk dan menutup kembali pagar Vila tersebut.
David menggeleng dengan keras. Ia berteriak memanggil-manggil Veronica. Dirinya tak menyangka jika Veronica akan mengambil keputusan ini tanpa mendengar penjelasan darinya dulu.
"Sayang, bukalah! Buka pintunya. Kita harus bicara. Aku akan jelaskan semuanya. Honey, Maafkan aku. Aku tak bisa hidup tanpamu!" teriak David sambil terus menggedor pintu pagar kayu itu.
**
Bersambung...