Dijebak oleh sahabat dan atasannya sendiri, Adelia harus rela kehilangan mahkotanya dan terpaksa menerima dinikahi oleh seorang pria pengganti saat ia hamil. Hidup yang ia pikir akan suram dengan masa depan kacau, nyatanya berubah. Sepakat untuk membalas pengkhianatan yang dia terima. Ternyata sang suami adalah ….
===========
“Menikah denganku, kuberikan dunia dan bungkam orang yang sudah merendahkan kita."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33 ~ Terungkap (2)
Bab 33
Abimanyu tersenyum sinis mendapati Zahir walk out dari ruangan itu. Terdengar bisik-bisik, sepertinya bukan hanya keterkejutan siapa sebenarnya Abimanyu juga sikap Zahir yang sempat memekik pada Mona.
Indra meneruskan bicara mengenalkan Abimanyu yang sudah dikenal oleh sebagian karyawan, khususnya divisi marketing. Bahkan MC memberikan waktu untuk Abimanyu bicara.
“Selamat pagi, menjelang siang,” sapa Abi dengan mode cuek dan datar seperti biasa.
“Saya rasa, tidak perlu lagi basa basi memperkenalkan diri. Saya tahu kecemasan sebagian yang hadir, pasti mengingat dosa kalian selama ini. Sudah pernah menindas atau menghina saat posisi saya sebagai OB. Tidak usah khawatir akan balas dendam apalagi merekomendasikan untuk pemecatan hanya karena pernah bertitah aneh-aneh,” tutur Abi.
Kemal yang berdiri tidak jauh dari podium tersenyum, begitupun dengan Indra. Menatap putranya yang begitu gagah di atas sana, mulai mengabdikan diri untuknya juga perusahaan. Ada perasaan lega karena Abimanyu akhirnya kembali ke pelukannya. Penyesalan yang sudah tidak berarti dan terlambat, tapi ia yakin akan berakhir bahagia. Mungkin mendiang istrinya sedang menyaksikan putra mereka akhirnya menempati dan mengambil apa yang sudah menjadi haknya.
“Selama ini bukan mata-mata, tapi serius mengamati ritme pekerjaan mulai dari yang paling bawah sampai tingkat manajemen. Sekaligus membuat kesal papi saya. Dia pasti jengkel melihat saya membawa nampan berisi kopi apalagi antri beli nasi padang paket ekonomis.”
Terdengar kekehan dan gelak tawa.
“Kalau selama ini saya tidak pernah muncul, karena belum waktunya. Saya harus belajar untuk berada di posisi ini. Untuk kandidat yang tidak terpilih, jangan kecil hati karena anda belum beruntung. Jadi, mohon kerjasamanya kita majukan dan kembangkan lagi Digital Solution. Terima kasih.”
Indra berdiri dan tepuk tangan dengan lantang begitupun dengan Kemal, diikuti oleh yang lain.
“Ah, satu lagi,” ucap Abi. “Untuk diketahui, saya sudah menikah. Jadi, para wanita jangan lagi tanya status apalagi nomor whats*app karena ada hati yang saya jaga."
***
Zahir kembali ke ruang kerjanya, diikuti oleh Neli. Kedua tangannya bertumpu ke atas meja, dengan masih terengah seakan baru saja berlari maraton. Masih tidak percaya kalau Abimanyu adalah putra dari Indra Daswira. Kemana saja ia selama ini, sampai melewati hal sebesar itu.
“Bangs4t,” pekik Zahir lalu mengangkat name table dan melempar ke tembok dan mengacak mejanya dengan membuang berkas dan barang yang ada di atas sana.
Neli terperanjat menyaksikan kemarahan Zahir.
“Bapak, butuh sesuatu?” tanya Neli.
“Keluar!” teriak Zahir, Neli bergegas keluar ruangan dan menutup pintu.
Ponsel yang berada di saku jas bergetar, ternyata panggilan masuk dari sang istri. Sebenarnya malas menjawab dengan situasi saat ini, apalagi rencana menikahi wanita itu demi dukungan dari pemegang saham gagal membuatnya diangkat menjadi direktur.
Belum sempat menyapa saat ia menjawab panggilan, wanita itu sudah lebih dulu bicara.
“Sayang, sudah selesai rapatnya? Selamat ya, kamu diangkat jadi direktur. Aku ikut bangga.”
Zahir menarik nafas. “Dasar perempuan si4l, kamu mengejek aku hah? Maksud kamu bangga apa? Siapa yang direktur?” cecar Zahir sambil memaki.
“Sayang, kamu kok … hei, Zahir. Apa maksudmu berteriak dan memaki, berani kamu ya.”
Zahir mengakhiri panggilan sepihak.
“Bangs4t, semuanya bangs4t.”
Emosinya sudah tidak terbendung, meski sudah meluapkan dengan berteriak dan membuat ruang kerjanya berantakan. Belum sepenuhnya reda, ia butuh melampiaskan amarahnya. Dia butuh alkohol juga wanita, seperti yang biasa dilakukan.
Brak.
Neli dan Mona yang berada di luar terlihat teg4ng saat Zahir membuka pintu dan membantingnya lagi.
“Kalian berdua, ikut aku!”
“Tapi pak, setelah makan siang ada rapat manajemen. Ini baru disampaikan pak Kemal,” sahut Neli.
“Halah, itu urusanku. Sebaiknya kalian ikut atau aku pecat!” Mona dan Neli saling tatap lalu mengekor langkah Zahir, tidak berani menolak.
Sedangkan di tempat berbeda, Adel baru kembali dari toilet. Mual dan muntah karena awal kehamilan masih mengganggu. Sudah mengoles minyak kayu putih di dahi dan mencium aromanya dan air hangat masih belum mereda.
“Ini serius Mas Abi ya, Abi yang pernah jadi OB.”
Adel sempat melirik ke arah meja rekannya yang sedang berkumpul entah membicarakan apa, tapi menyebut nama suaminya.
“Iya, ini Abimanyu.”
“Kayaknya bukan deh, lebih ganteng ini.”
Mengabaikan pembicaraan itu, Adel kembali fokus pada layar komputer. Ponselnya di silent, tidak melihat informasi di grup kerja terkait pengangkatan direktur baru. Bahkan ada pesan masuk dari Abi dan tidak disadari.
“Ya ampun Adel, ternyata kamu ….”
“Tau nih Adel, jangan dendam sama kita ya.”
Adel mengernyitkan dahi, dia menjadi tema ghibah dari rekannya dan tidak mengerti apa yang dibicarakan.
“Kenapa sih?” tanya Adel.
“Eh, ayo kerja, nanti kita dilaporkan.”
Perkumpulan itu pun bubar, semua kembali ke meja masing-masing membuat Adel semakin heran dan bingung. “Aneh,” ucapnya lalu kembali fokus dengan layar komputer.
Tiba jam istirahat, sebagian besar sudah meninggalkan ruangan untuk keluar makan siang. Masih merasa aneh karena beberapa rekan Adel pamit padanya dan bersikap ramah mengajak ikut serta.
“Mereka kenapa sih,” gumam Adel sambil menggeleng pelan. Membuka goody bag mengeluarkan lunch box. Meski tidak berselera, tapi harus tetap makan. Bukan hanya untuk dirinya, tapi juga janin yang sedang tumbuh dalam tubuhnya.
Terdengar perbincangan, menyapa seseorang. Entah siapa yang datang, Adel menatap potongan buah dan menu makan siangnya.
“Selamat datang di divisi marketing, ada yang bisa kami bantu, pak.”
“Tidak ada, saya mau bertemu istri saya.”
“Oh, silahkan.”
“Kalian lanjut saja, ini waktu istirahat.”
Adel pun menoleh, mengenal suara itu. Suara Abi, suaminya. Ia beranjak dari kursi, mendapati seorang pria menghampiri. Abimanyu, suaminya. Kenapa pula ada di sini, bahkan dengan penampilan berbeda. Menggunakan setelan kerja, dengan jas dan berdasi.
“Mas, Abi.”
Abi tersenyum. “Hm, aku Abi, suamimu.”
“Kok ada di sini, dan ….”
“Ah, kamu nggak seru. Padahal aku kasih kejutan. Pasti belum buka hp ‘kan.”
Adel gegas membuka ponsel sedangkan Abi berdiri menunggu sambil tersenyum dengan tangan berada di saku celananya.
“Maksudnya … Mas Abi, putra Pak Indra?” tanya Adel menatap suaminya lalu kembali melihat layar ponsel.
Abi mengangguk.
“Hm, aku memang putra Pak Indra. Namaku Abimanyu Bagas Daswira. Maaf kalau selama ini tidak jujur, nanti sore aku dan Papi akan temui Papa kamu.”
“Hahh!”
\=\=\=\=\=\=
Belum beres Zahir,kalau belum kejang2 nggak puas kita 🤣
Lagi bucin²nya suamimu..
🥹🥹🥹🥹🥹
anak yang terlahir dan dididik dari seorang pelakor mank beda yaaaa...
ngeri bener...gak takut dosa ke orang tua...
ya mau gimana lagi,sepak terjang emaknya aja dia tau,jadi ya hilang rasa hormat anak ke ibunya...
ayooook cari cara lain lagi ...
yang lebih dahsyat rencana nya...
yang bisa sekali tepuk kamu dan moda langsung ikutan modar
ada aja ya pemikiran mu Del 😆😆😆