Ayunda Nafsha Azia, seorang siswi badung dan merupakan ketua Geng Srikandi.
Ia harus rela melepas status lajang di usia 18 tahun dan terpaksa menikah dengan pria yang paling menyebalkan sedunia baginya, Arjuna Tsaqif. Guru fisika sekaligus wali kelasnya sendiri.
Benci dan cinta melebur jadi satu. Mencipta kisah cinta yang penuh warna.
Kehadiran Ayu di hidup Arjuna mampu membalut luka karena jalinan cinta yang telah lalu dan menyentuhkan bahagia.
Namun rumah tangga mereka tak lepas dari badai ujian. Hingga membuat Ayu dilema.
Tetap mempertahankan hubungan, atau merelakan Arjuna kembali pada mantan kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 33 Zizi
Happy reading
"Maaf --" Satu kata yang terucap dari bibir Arjuna sebelum kembali menutup pintu kamar mandi.
Lekuk indah yang baru saja tersaji di hadapan, membuat degup jantung-nya bertalu cepat. Melebihi ketukan irama yang semestinya.
Bagaimana pun juga Arjuna hanya laki-laki biasa, yang mungkin tidak bisa menjaga syah-wat jika melihat keindahan yang melekat pada tubuh kekasih halalnya.
Bisa saja ia meminta hak-nya sebagai seorang suami. Namun demi memenuhi ucapan yang pernah dituturkan pada Ayu, Arjuna berusaha menahan.
Aku nggak akan meminta hak ku sebelum kamu benar-benar siap. Aku juga nggak akan menuntut mu untuk menunaikan kewajibanmu sebagai seorang istri, jika kamu masih merasa terbebani dan belum mampu menjalani. Yang aku mau, tetaplah berada di sisiku. Jangan pernah berpikir untuk pergi. Apalagi meminta pisah.
Rangkaian kata itu selalu tersemat di ruang pikir. Bersifat seperti janji yang tidak bisa diralat ataupun diingkari.
Helaan napas panjang keluar dari indera penciuman, seiring harapan yang tercetus di dalam benak. Semoga degup jantungnya kembali normal, sebelum wajah Ayu kembali memenuhi ruang pandang.
Sama seperti Arjuna, degup jantung Ayu pun bertalu cepat.
Malu menyelimuti diri, sehingga tangannya ragu untuk meraih daun pintu.
Ck, bagaimana ini? Masa' aku mau sembunyi terus di kamar mandi. Batinnya mencetuskan monolog dan memaksanya untuk mengalahkan rasa malu.
Setelah sepersekian detik berperang dengan kata hati, Ayu memutuskan untuk segera keluar dari dalam kamar mandi.
Kakinya terayun ragu, dengan kepala yang sedikit menunduk untuk menyembunyikan wajah yang terbingkai rona malu.
"Sudah selesai mandinya, Ay?" Arjuna berusaha mencairkan suasana dan mengusir rasa canggung.
Seutas senyum manis diperlihatkan untuk menyambut sang istri yang tengah berjalan menghampiri.
"Udah." Ayu menjawab singkat, lalu duduk di atas karpet lantai berbahan wol. Tepat di sisi Arjuna.
Rambut panjang yang masih sedikit basah dan tergerai indah, membuat Arjuna tak kuasa menafikan pesona yang tersuguh.
Perpaduan manis dan cantik. Tanpa polesan make up tebal yang melekat sedikit pun. 'Ayu alami'.
"Dimakan buburnya. Keburu dingin."
"Iya." Ayu mengangguk pelan, tanpa berani menatap lawan bicara karena rasa malu yang masih mendominasi.
Aroma bubur ayam racikan tangan Arjuna sukses menggugah selera. Membuat cacing-cacing di dalam perut berteriak nyaring dan meminta tuannya untuk segera melahap.
Hening.
Tidak ada percakapan yang mengiringi ritual makan malam, hingga dua mangkuk bubur ayam di hadapan Ayu dan Arjuna tandas tak tersisa.
"Enak nggak buburnya, Ay?" Arjuna membuka obrolan.
"He-em, enak."
"Mau aku buatin lagi?"
"Nggak. Udah kenyang."
Suasana kembali hening. Namun segera terpecahkan oleh suara Arjuna yang terdengar pelan, dengan pilihan kata yang diharapkan tidak menyinggung perasaan.
"Ay, tadi ... aku menemukanmu sedang menangis di belakang gudang sekolah. Kalau boleh tau, apa yang sebenarnya terjadi?"
Ayu menghela napas dalam.
Terselip setitik ragu bercampur rasa malu yang bercokol di dalam hati untuk menuturkan pengakuan Machan sore tadi.
"Ay, katakan padaku." Arjuna menatap lekat wajah Ayu yang masih sedikit menunduk dan menggenggam jemari tangan yang menumpu di paha, sehingga mendorong Ayu untuk menanggapi.
"Tadi, aku bicara empat mata sama Machan. Tentang coklat dan surat yang pernah aku kasih buat kamu --"
"Machan bilang, dia sengaja ngebuang coklat yang dibelinya sendiri, biar aku berpikir ... kamu ngebuang coklat yang aku kasih."
"Motivasi nya apa?" Arjuna menyela. Mimik wajahnya tampak tenang, meski dada bergemuruh. Ia heran, kenapa Machan tega melakukan hal itu pada Ayu--sahabatnya sendiri.
"Biar aku membenci mu. Karena, dia juga cinta sama kamu. Aku cuma nggak habis pikir ... sahabatku sendiri bisa tega ngelakuin hal sejahat itu." Ayu tersenyum getir. Nada suara yang diperdengarkan tidak seperti biasa. Pelan dan sedikit tertahan.
Pengakuan Machan berhasil mengikis rasa percaya-nya pada seorang sahabat. Benci dan kecewa melebur jadi satu, mengganti kedudukan rasa kasih yang bertahta di relung kalbu.
Mungkin akan mudah memaafkan, tapi teramat sulit untuk melupakan. Terlebih, menumbuhkan rasa percaya seperti dulu.
"Tentang Machan, nggak usah terlalu dipikirkan, Ay. Yang terpenting kamu sudah tau kebenarannya. Aku nggak pernah membuang coklat pemberian mu. Ambil hikmahnya dan hempas rasa sakit hati mu. Maafkan dia," tutur Arjuna.
"Nggak semudah itu. Karena gara-gara dia, aku jadi sangat membencimu."
"Ay, semua orang pasti pernah melakukan salah dan khilaf. Alhamdulillah, Machan mau mengakui dan meminta maaf."
"Dia mau ngaku dan minta maaf karena sudah ada Dimas yang gantiin posisi-mu di hatinya. Andai belum ada yang gantiin, mungkin dia bakal tetap tutup mulut dan nggak mau ngaku."
"Jangan berpikiran seperti itu, Ay. Dia sahabatmu --"
"Terkadang, antara musuh dan sahabat itu beda tipis. Ada kalanya dia jadi tempat ternyaman buat berbagi cerita dan ngedukung semua hal yang kita lakuin. Namun ada kalanya dia justru jadi benalu dan tega menusuk dari belakang."
Arjuna memahami perasaan Ayu saat ini. Ia lebih memilih untuk tidak menanggapi dengan rangkaian kata. Namun cukup mendengar dan menyimaknya.
Dilihat dari jarak yang sangat dekat dan dalam waktu yang cukup lama, wajah Ayu mengingatkan Arjuna pada seseorang yang pernah ditemui-nya enam tahun lalu.
Seorang gadis kecil yang pernah memberi gelang dan menyumpahinya.
"Zizi --"
🍁🍁🍁
Bersambung
Apa dia masih sempat bobok siang dgn tugas sebanyak itu.
Mas Win juga CEO..ya kali cuma suamimu aja
Dia tetap Deng Weiku.
Di tik tok aku udah banyak saingan. masa di sini juga
Ayu udah gak perawan.
Dan dia perawani oleh gurunya sendiri...😁😁
mandi berdua juga harusnya.
khilaf lagi ntar. Fix gak ke sekolah mereka hari ini
surga dunia..
aseeekk