Tuan D seorang Pangeran dari bangsa Drakula, ia harus menikah dengan seorang gadis dari bangsa manusia yang lahir di Bulan Purnama.
Hingga pada suatu malam, Tuan D bertemu dengan Liana. Seorang gadis cantik yang kebetulan juga lahir di bulan purnama. Saat itu Liana tengah berlari dari kejaran dua orang penjahat yang hendak membunuhnya.
Tanpa berpikir panjang, Liana meminta pertolongan dari Tuan D, karena tidak ada orang lain yang ditemuinya pada malam itu.
Akankah Tuan D mau membantunya? Adakah Syarat yang Tuan D berikan pada Liana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perkelahian Di Rumah Sakit.
Sebuah lengan melingkar dari belakang ke leher Lee hingga pria itu kesulitan bernafas. Tangan kekar itu terus menjepit lehernya dengan kekuatan penuh. Kemudian meninju punggung Lee dengan tangan kiri. Lee merintih kesakitan.
Steve datang tepat waktu. Kedatangan pria itu membuat Trivia terselamatkan. Ternyata saat itu Steve ingin kembali ke ruangan untuk mengambil kunci motornya yang tertinggal. Namun saat menuju ruangan Tri, beberapa meter dari kamarnya, Steve mendengar keributan dan suara Trivia yang memanggil namanya.
Kini Steve menarik rambut Lee dan mengantukkan dengan keras kepalanya ke meja hingga beberapa barang di atas meja seperti gelas, ponsel milik Tri dan hiasan bunga berjatuhan.
Lee limbung dan segera menyadarkan dirinya.
Steve yang masih berada di belakangnya, sengaja memberi kelonggaran dan mengumpulkan tenaganya lebih banyak. Lee berbalik dia ingin membalasnya dengan melayangkan tinjunya ke muka Steve, pria itu tidak mengelak dengan santainya dia menjegal pria itu saat akan maju meninju Steve.
Bruuuk
"Aaarggh!" Teriak Lee kesakitan
Lee jatuh tersungkur, bibirnya terhantam keras ke lantai hingga giginya dan hidungnya merasakan sakit. Lee memegangi hidungnya yang ternyata berdarah, sepertinya hidungnya patah.
Masih belum puas meski berkali-kali kalah telak, dia mampu berdiri dengan kekuatannya yang lima kali jauh lebih besar dari sebelumnya.
Ternyata jika dibandingkan Steve yang berotot kekar, Lee bukanlah tandingannya. Drakula beneran aja dilawan apalagi Lee yang masih setengah manusia, sangat kecil dimatanya.
Sementara mereka berkelahi, Trivia memanggil suster yang berjaga malam saat itu. Wanita itu heran kenapa keributan seperti ini mereka tidak mendengarnya. Apalagi tetangga kamar sebelahnya, sama sekali tidak ada yang keluar.
Setelah Lee beranjak berdiri seraya memegangi hidungnya yang sakit, ia mendekat dan melayangkan tendangan dari samping. Steve mengelak, dia tidak membalas. Ia sengaja memeras tenaga Lee lebih lama.
Lee merasa lemas setelah berkali-kali meninju dan menendang tetapi Steve selalu mengelak dengan gesit bahkan tidak ada perlawanan darinya. Selain kuat Steve juga memakai otaknya, itulah taktik berkelahi.
Setelah dirasa cukup mempermainkan Lee, Steve menaiki ranjang dan melompat melakukan tendangan salto.
Ciiiiaaaat
Debuug
Tendangan itu tepat mengenai kepala bagian belakangnya, hingga membuat Lee jatuh terhuyung ke depan. Begitu Steve mendaratkan saltonya, ia pun kembali menendang rahang Lee serta menyikut ulu hatinya.
Lee terjatuh lemas dengan mulut berbusa.
"Lee," pekik Trivia.
Panggilan itu membuat Steve menoleh dan menatap tajam.
"Kamu masih mengkhawatirkan dia, Maaf tapi kalau tidak segera ditolong dia bisa benar-benar mati. Dan jika dia kembali sehat, pesanku berhati-hatilah,"
"Apa maksudmu?" tanya Trivia.
"Aku berhenti Nona, jaga dirimu baik-baik," ucap Steve seraya merapikan rambutnya kemudian mengambil kunci mobil yang ia letakkan di atas kulkas.
Steve pergi tanpa menoleh kepada Tri dan sedikit membanting pintu saat menutupnya. Sementara Trivia yang masih nyeri dibagian kepalanya, terpaku melihat kepergian Steve. Kali ini benar-benar tidak akan ada seseorang yang menjaganya. Semua bodyguardnya pergi, tidak ada bodyguard yang sebaik, sepeduli dan setampan Steve.
"Tri, kamu bodoh kenapa tadi kami panggil Lee. Aku memanggilnya karena terkejut, aku tidak mengkhawatirkan Lee tetapi aku takut jika Lee mati, Steve lah yang akan di salahkan dan bisa-bisa dia dipenjara. Astaga Steve salah mengira ucapan ku," ucap Tri berkata pada dirinya sendiri.
Trivia masih memanggil suster dengan tombol yang ada disamping ranjangnya. Entah kemana suster yang menjaga di depan. Tak berapa lama beberapa Suster dan satpam datang.
Rupanya Steve yang menyuruh mereka untuk ke ruangan Tri.
"Maafkan saya Nona Tri, sama sekali tidak ada bunyi alarm dari kamar anda, mungkin tombol itu rusak, maafkan juga atas keamanan penjaga yang seharusnya pasien hanya boleh dijaga satu orang tetapi kami kelolosan," ucap suster seraya memeriksa keadaan Tri.
Sementara Lee sudah dibawa oleh satpam untuk diperiksa ke ruangan lain.
"Iya suster, terimakasih. Pria yang tadi apakah masih hidup?" tanya Tri.
"Denyut nadinya masih ada, tapi melihat kondisi fisiknya saya rasa dia tidak akan bertahan lama," ucap salah satu suster yang tadi memeriksa Lee.
Di tempat lain, Steve menendang botol minuman yang tergeletak di jalanan. Ia kesal dengan dirinya sendiri.
"Steve seharusnya kamu tidak perlu berhenti, jika terjadi sesuatu padanya lagi bagaimana?" bisik bayangan Steve di sebelah kanan, ia menyerupai dirinya memakai baju putih.
"Pilihanmu tepat Steve, tinggalkan dia yang tidak pernah melihatmu. Kamu tidak lebih dari seorang bodyguard saja," bisik bayangan Steve di sebelah kiri juga menyerupai dirinya, memakai baju hitam.
"Arrgh bisa diam gak kalian!," Steve berteriak memarahi bisikan-bisikan yang sebenarnya adalah dirinya sendiri.
Steve tidak sadar berbicara sendiri hingga orang lain yang berada disekitar melihatnya, menganggap dirinya sedikit gila. Steve membalas tatapan orang lain yang sedang menatapnya, hanya dengan sekali lirikan orang itu sudah segera pergi mempercepat langkah mereka karena takut.
Sementara itu di rumah sakit, suster yang menangani Lee tidak dapat menghubungi keluarga atau kerabatnya. Ia pun bertanya pada Tri.
Tok Tok Tok
Ketukan kecil di pintu meski tidak ada jawaban yang terlontar dari dalam kamar, sang suster tetap masuk untuk memeriksa sekaligus menanyakan tentang Lee.
"Maaf Nona Tri, saya periksa dulu ya," izin suster kemudian mulai memeriksa kembali dua jam setelah terjadinya keributan tadi.
"Iya Suster," Tri masih terjaga dengan mata yang belum mengantuk.
"Nona Trivia, ada yang ingin saya tanyakan perihal Tuan Lee. Kami tidak bisa menghubungi keluarganya, jika anda tahu keberadaan keluarganya mohon hubungi kami segera agar kami bisa menindaklanjuti pemeriksaan Tuan Lee," ucap sang suster.
"Saya juga tidak mengenal keluarganya," ucap Tri
"Kalau aku tanggung biayanya, jika dia sehat kembali. Apakah dia akan kembali mencelakai ku, tapi jika ku biarkan aku juga salah karena yang membuatnya seperti itu adalah aku, tidak apalah anggap saja permintaan maaf ku," batin Tri.
"Suster lakukan saja pemeriksaan terhadap Tuan Lee, soal biaya nanti saya yang menanggung," ujarnya.
"Baiklah Nona Tri nanti kami akan memasukkan anda sebagai penanggung jawabnya. Nanti saya kembali untuk meminta tanda tangan Anda," ucap suster seraya pergi keluar ruangan.
Tak berapa lama suster datang dengan lembar administrasi yang mengatakan jika Nona Trivia sebagai pembayar atas pemeriksaan Tuan Lee.
"Permisi Nona Tri, mohon tanda tangani surat ini dibagian sini," ucap suster seraya menyerahkan lembar kertasnya. Trivia menerimanya dan segera menandatangani.
"Terimakasih Nona, setelah ini akan kami lakukan pemeriksaan untuk Tuan Lee. Maaf Nona sebaiknya Anda istirahat ya," ucap suster menyarankan.
"Saya tidak bisa tidur, saya takut jika ada orang yang ingin mencelakai saya lagi," ucap Tri.
Trivia mengalami traumatik hingga ia tidak dapat beristirahat kembali meski kini Lee sudah jatuh tak berdaya. Tetapi Ia takut jika Lee atau Lee yang lain menyerangnya.
"Adakah orang yang menjaga anda malam ini?" tanya suster
Trivia menggelengkan kepalanya dengan datar. Ia tak memiliki siapapun saat ini, siapa yang akan datang malam hari tepatnya pukul dua dini hari itu.
"Saya yang akan menjaganya Sus," ucap suara seorang pria di balik pintu.
Trivia yang mengenal suara itu lalu menoleh ke asal suara, ia terkejut jika pria yang tadi pergi mengundurkan diri sebagai bodyguard kemudian datang kembali.
"Steve," ucapnya lirih.
"Jika begitu saya permisi, dan Nona Trivia selamat beristirahat ya," ucap suster seraya meninggalkan mereka.
Steve menutup pintu dan menguncinya, ia kemudian mendekati Tri dan meminta Maaf.
"Maaf jika perkataan ku tadi yang sedikit kasar, tapi aku serius aku mengundurkan diri sebagai bodyguard mu. Aku kembali karena khawatir," ucap Steve
"Kamu khawatir?" Tanya Tri
"Iya, sebagai teman. Sekarang tidurlah, aku akan berjaga disini," ucap Steve dan kemudian menarik selimut untuk Tri.
"Terimakasih," ucap Tri seraya tersenyum.
Melihat senyuman Trivia membuat Steve berdebar di buatnya. Ia tak menyangka jika cinta itu begitu manis. Kemudian Pria itu duduk di Sofa seraya menyalakan televisi dengan suara yang sangat kecil.