Semua orang yang hidup di alam mistis lima persennya adalah reinkarnasi.
Kesempatan untuk menghidupkan orang yang telah mati, sudah terjadi dalam berbagai cara.
Awalnya aku bertekad ingin menghidupkan Kak Ying mantan pelayanku, tetapi cara siluman rubah putih di dunia ini tidak bisa diterima begitu saja.
Dia menghidupkan seseorang yang berarti bagiku, namun bukan seperti orang yang kukenal.
Selain itu, dunia ini juga memiliki banyak kultivator sesat yang mencoba mengendalikan manusia untuk dijadikan tumbal.
Saksikanlah perjalananku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syah raman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 -Di Balik Perguruan Seni Bela Diri Taichun
Aku menggunakan seluruh kekuatanku untuk gabung dengan klub ngeteh, yang mungkin tujuan arahnya masih belum jelas. Namun perasaanku sekarang agak lebih nyaman; karena aku punya teman yang bisa diajak bercanda dan berdebat hal-hal yang tidak perlu.
Seandainya ibuku masih hidup, mungkin beliau akan bangga saat dia tahu bahwa sekarang anaknya belajar hidup mandiri.
Hal yang paling sulit di pagi hari hanya mencuci pakaianku sendiri, karena tidak ada pelayan yang langsung bekerja, sedangkan waktu kerja mereka sekitar jam 11, mungkin karena mereka sudah memiliki keluarga, mereka adalah pekerja di asrama ini yang sudah terlatih & terpercaya untuk mengurus anak-anak di sini.
Untuk memudahkan pencucian dan mandi yang lebih nyaman, ada sungai di belakang bangunan asrama yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki saja, sekitar sepuluh langkah sudah sampai.
Veronica sejak awal lebih dulu membawa wadah berisi pakaian belum dicuci & lulur alami untuk kami mandi, aku membawakan 3 gayung dengan beberapa alat pencukur rambut, dan Ani membawa sebuah kain dinding agar tidak ada yang mengintip kami dari arah mana pun.
"Kalau seperti ini, aku tidak biasa."
"Berarti ksu termasuk orang yang rugi." Veronica menyerangku dengan semburan air dari gayung yang dia gunakan.
"Dingin." Aku langsung menggigil.
Aku melihat dari sisi lain; Ani telihat malu menunjukkan tubuhnya yang tertutup oleh handuk.
"Kau kenapa?"
Ani tidak menjawab sedikit pun, dia hanya menutupi bagian dadanya.
"Dia memang seperti itu, bahkan sejak awal bersamaku."
"Mungkinkah... '' aku memandang ukuran tubuh yang berbeda, jadi kesimpulannya aku bisa memastikan, ''kecil.''
Ani semakin menjauh. "Ada apa dengan perbedaan ini?!"
Ada sebuah akar yang membuat kakinya tersangkut; sehingga dia jatuh dengan pelan.
"Aduh." Ani mengeluh.
"Kau tidak apa?" Aku mungkin berada jauh dari posisinya jatuh.
Seorang lelaki yang pernah menyelamatkanku telah datang.
Ani diangkat secara perlahan oleh lelaki itu.
"Jangan berlari... di sini licin."
"Aku tidak percaya diri karena punya tubuh yang kurus."
"Meski kau kurus, tapi kepercayaan dirimu membuatku terpesona... kalau aku punya pacar, aku ingin memandangnya dari fisik saja."
Tangan mereka saling berpegangan.
"Ehm... '' Veronica berdehem.
Aku menikmati adegan romantis ini saja sambi bersebelahan dengannya.
"Oi, jangan lupakan kami~" Kata Veronica lagi.
Ani segera melepas pegangan itu hingga kembali dengan percaya diri.
"Arul, jangan sok romantis deh, padahal kau ke sini ingin mengintip saja." Tegur dari Veronica.
"Hah, dasar... cewek sok tahu... padahal kau itu gemuk."
Veronica melempar sihir berbentuk api kecil yang mengejar lelaki itu.
"Ah, tidak-tidak!" Arul terus dikejar api kecil hingga menjauh dari hadapan kami.
Aku menghela nafas. 'Kegiatan yang tidak berguna.'
....
Kali ini kami makan bersama di sebuah warung yang tidak gratis.
"Meski kita ini pondokan, bukan berarti kita makan gratis." Veronica mengatakan itu, dia memesan nasi uduk dengan lauk ikan haruan dan gabus.
Aku mengangguk saja, suara dari seseorang yang sedang ngeteh di sampingku juga membuatku bertanya.
"Kenapa ya?"
"Mungkin karena kita dianggap mitra, bukan orang yang bekerja dengan upah." Ani menjelaskan itu.
Itulah penyebab aku berada di perguruan bela diri ini... karena tidak terlalu banyak aturan yang mewajibkan murid untuk terlalu mendalami segala mata pelajaran yang ada. 'Kakek cukup menyebalkan,'
"Jika aku boleh bertanya, dimana orangtuamu sekarang?" Veronica melanjutkan makannya lagi.
"Kedua orang tuaku ada di... '' tidak boleh membocorkan identitasku, ''kota Mount Angel, tapi ibuku telah meninggal... dan ayahku pergi menjadi seorang pedagang."
"Wah, aku sangat meminta maaf... sungguh aku tidak tahu jika ibumu sudah meninggal. Jika seandainya kau kesepian, kami siap menemanimu."
Kemudian aku mengangguk, ''terima kasih."
Seketika seseorang datang di samping Ani, itu adalah lelaki mesum yang sok baik.
"Arul, untuk apa kau di sini, ingin cari masalah lagi ya?" Veronika terlihat kesal.
"Bukan, sebenarnya aku hanya ingin meminta maaf atas kejadian kemarin."
"Sudah hobi ngintip, malah minta maaf lagi, apa sih maksudmu?"
"Biar aku jelaskan mengapa semalam aku ada di tempat kalian. Sebenarnya keluargaku adalah klan yang punya kemampuan memecahkan beberapa kasus kriminal, jadi aku tertarik untuk berlatih sebagai pemecah misteri."
Veronica makan nasi uduk lagi.
"Heh, jangan abaikan aku!"
"Teruskan saja,'' kataku.
Arul kemudian mulai cerita; ''kali ini banyak murid dan orang-orang yang hilang di sekitar daerah perguruan ini. Mereka hilang secara bergantian dan tidak lagi ditemukan."
"Bukankah mereka hilang hanya karena pergi tanpa izin?"
"Bukan... '' Arul menghentak meja, dia mengagetkan beberapa orang di warung makan ini, tapi tangannya saat ini bertumpu di punggung Ani.
"Ini pasti ulah siluman rubah."
Veronica berdecak, ''cukup membuatku takut... tapi tidak ada bukti yang kuat, dan siluman rubah telah disegel oleh klan Uzumaki, itu sangat tidak mungkin dia bisa berkeliaran di desa ini, apalagi daerah ini banyak dijaga oleh para petarung handal."
"Itulah yang membuat semuanya menarik, aku malah ingin mencari tahu lebih lanjut."
"Sudahlah Rul, kau ini urus saja latihan kultivasimu, meski kau cepat, tapi kemampuan Qi mu berada di bawah semua murid di sini."
Arul memegang dadanya sendiri, seperti menyabarkan dirinya dari kenyataan, ''kau ini... mulutmu sangat berbisa."
Dibalik perdebatan ini, aku melihat Ani yang ada di sampingku, pipinya memerah dan dia menahan sesuatu keluar dari mulutnya.
"Kau tidak enak badan?" Tanyaku ke Ani.
"Gugup... ueek.'' Ani muntah.
Aku gegabah, ''ambilkan tisu!"
.....
Kali ini aku hanya ingin istirahat, karena seharian mengurusi hal-hal yang tidak penting, hanya sedikit teori bela yang bisa aku serap denga baik, selebihnya keusilan teman-temanku sangat berbekas hingga membuatku tertawa sendirian.
Kamarku berada di lantai dua. Dari sini aku bisa berkultivasi dengan tenang di atas sebuah ranjang yang cukup kokoh, kali ini lampu semprong dan cahaya bulan yang melewati jendela cukup untuk aku berkonsentrasi.
Dengan cara kultivasi pada umumnya; aku berada di ruang alam penyimpanan yang cukup berbeda dari sebelumnya, mungkin luasnya telah bertambah 1 meter karena kemampuanku sedikit meningkat.
"Zhui Mei, ikutlah denganku." Suara seorang wanita.
Aku keluar dari alam penyimpanan, melirik area sekitar; tidak ada seseorang pun dari balik jendela. Sangat tidak mungkin ada orang selarut ini memanggilku.
Untuk kedua kalinya, aku harus lebih fokus untuk menembus level Dou Wang & memiliki sayap Qi.
Sebuah gulungan ada di sebuah ruang bawah tanah dari alam penyimpananku, kali ini aku mulai membukanya dan ingin menyatukan beberapa komponen element Qi yang berbeda; Qi Phoenix & Naga yang berasal dari kedua orang tuaku.
"Daripada kamu berkultivasi dengan cara yang tidak praktis, lebih baik kamu ikuti caraku... kamu akan bisa lebih cepat ke tingkat berikutnya." Suara itu terdengar lagi di telingaku.
Seketika wanita itu adalah jelmaan dari musang putih, dia sekarang ada di depanku dalam satu ruangan yang sama.
"Kau musang putih, siluman yang menculik semua orang." Aku menyerang dengan cara menusukkan pedang ke arahnya.
Tapi dia hilang bagai debu.
"Pedang ini milikku... kau tidak akan bisa menghabisiku begitu saja." Kata siluman musang putih.
"Tidak, pedang ini milik orang tuaku, kau tidak bisa mengakuinya begitu saja."
Siluman rubah putih tertawa, "ayahmu adalah sekutu dari raja iblis, dan aku juga termasuk di dalamnya... itu hadiah dariku di masa lalu."
"Tidak mungkin!" Aku menggerakkan pedangku ke atas lalu ke bawah.
Wanita siluman rubah putih hilang dengan menyisakan rambut-rambut halus yang melayang mencemari udara.
"Kau akan tahu kebenaran dunia ini, tidak akan ada ketenangan selamanya, sampai kau benar-benar bisa ada di singgasana para dewa."
"Omong kosong!" Teriakku... kemudian aku menerjangnya dengan kecepatan tinggi, tapi aku malah jatuh ke permukaan karena ada bulu kecil yang menggumpal di bawah sendalku.
Siluman rubah putih telah hilang dari pandanganku.